Banyak wanita muda yang menghilang secara misterius. Ditambah lagi, sudah tiga mayat ditemukan dengan kondisi mengenaskan.
Selidik punya selidik, ternyata semuanya bermula dari sebuah aplikasi kencan.
Parahnya, aparat penegak hukum menutup mata. Seolah melindungi tersangka.
Bella, detektif yang dimutasi dan pindah tugas ke kota tersebut sebagai kapten, segera menyelidiki kasus tersebut.
Dengan tim baru nya, Bella bertekad akan meringkus pelaku.
Dapatkah Bella dan anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DYD19
Minggu pagi, cuaca di kota ini terasa sejuk. Namun, atmosfer di ruangan divisi kriminal sungguh bertolak belakang. Semua anggota Tim 2 melayangkan tatapan sinis kepada Bella. Tentunya, bukan tanpa sebab.
Tim 2 yang sebelumnya sudah berkhayal akan mendapatkan promosi jabatan dengan syarat mengambil alih dan menutup kasus yang sedang dalam penyelidikan Tim 1, terpaksa harus gigit jari kala mengetahui kasus tersebut akan tetap diselidiki oleh Tim 1.
Benak mereka jadi dipenuhi tanda tanya. Siapa Bella sebenarnya? Bagaimana caranya ia menjilat pada Handoko agar tetap memegang kasus besar yang selalu tak bisa terjamah oleh hukum? Pikiran kotor mereka semakin menjadi-jadi.
Salah satu anggota dari Tim 2, mendekati Kapten Tim 1 yang tengah berdiri di depan dispenser sembari memegang secangkir kopi panas. Entah apa tujuannya, yang pasti bibirnya tersenyum remeh.
"Selamat, Kapten Bella. Sepertinya ... sebentar lagi kau akan naik jabatan," ujar Brian dengan raut tak senang.
Bella menoleh dan memandang Brian tanpa ekspresi, ia menunggu pria itu melanjutkan kata-katanya.
"Saya penasaran, gaya seperti apa yang anda gunakan untuk dapat mempertahankan kasus ini? Apakah gaya seperti ini?" Brian mengacungkan telunjuk kirinya, lalu telapak tangan kanannya melengkung dan melahap telunjuk kirinya dengan gerakan maju mundur.
"Hey! Apa maksudmu?!" teriak Abirama gusar, ia tak terima Bella dilecehkan seperti itu. Taufik dan Rinol pun ikut menatap gusar.
Bella diam saja, matanya tetap fokus menatap Brian yang terkekeh remeh.
"Atau ... anda menggunakan gaya seperti ini?" Brian mengulum telunjuk kirinya dengan gerakan maju mundur. Sontak saja anggota Tim 1 semakin gusar.
Bella mengangkat telapak tangannya ke udara dengan wajah tanpa ekspresi, suasana riuh yang memekakkan telinga mendadak sunyi.
Bibirnya menyunggingkan senyuman nakal. "Kau benar-benar sangat penasaran?"
"Tentu saja." Brian mengeluarkan telunjuk nya dari dalam mulut. Lalu mengarahkan telunjuk penuh liur itu ke dagu Bella.
Wanita berparas cantik nan tegas itu menghela napas pelan. "Aku hanya menggunakan gaya sederhana saja, contohnya seperti ini."
"Aaaarrgghh!" Brian menjerit sekuat hati.
Pria itu menoleh ke bawah dan menatap nanar tongkat keramatnya yang sudah diremas Bella sekuat tenaga. Semua mata yang memandang adegan itu mendelik dan meringis.
"Aku juga menggunakan gaya seperti ini."
BUGH!
Jeritan Brian kembali membahana ketika tongkat keramat miliknya di dalam celana, dihantam Bella dengan ujung dengkulnya. Seringai di bibir Bella membuat Brian ketakutan.
"Dan, gaya seperti ini."
"Aaaarrrgggh, huuuuu ...."
Jeritan terakhir Brian terdengar pilu, saat secangkir kopi panas sudah menyambar ganas dan membasahi tongkat keramat yang selalu dijampi-jampi ketika malam minggu tiba.
Melihat Bella kembali mendekat, Brian mundur beberapa langkah dengan wajah pias. Jika mendapat satu serangan lagi, pria itu jamin hilang sudah masa depannya.
Danu, Kapten Tim 2 yang sejak tadi menyaksikan adegan di depan matanya itu tanpa berkedip, kini menghampiri Brian.
"Kau baik-baik saja, Brian?" tanya Danu khawatir. Ia dapat membayangkan sesakit apa yang dirasakan anggotanya kini.
Brian menggeleng lemah. Dengan bibir bergetar ia berkata, "nyawaku serasa di ujung tanduk, Kapt."
Sang kapten lekas menoleh, menatap sengit pada wanita yang memiliki jabatan setara dengannya.
"Apa perlu kau bertindak sejauh ini?!" bentak Danu pada Bella. Pria separuh baya itu berkacak pinggang dan menatap nyalang.
"Lalu aku harus apa, Pak Danu? -- Apa aku harus duduk berjongkok, lalu membuka celana pria berwajah kusam itu dan mengecup-ngecup manja teripang yang sering celup-celup dengan para PSK di simpang empat sana?" sarkas Bella.
"Saya rasa, tindakan saya sudah tepat, Pak," lanjutnya. "Justru tindakan anda lah yang patut dipertanyakan sekarang ini."
Danu mengernyitkan kedua alis tebal nya. "Apa maksud mu?"
Bella maju selangkah, berdiri tepat di hadapan Danu. "Sebelum anda meninggikan suara kepada saya, bukankah seharusnya anda mendisiplinkan anggota bermulut lemes seperti Brian ini? -- Tim kalian gagal mengambil alih kasus yang tengah kami selidiki, itu bukan karena aku ahli menjilat ataupun ahli menjajakan selangkangan ku pada atasan yang sudah bangkotan. Melainkan karena kalian memang tidak pantas menangani kasus tersebut."
Mendengarkan perkataan Bella, kedua jemari Danu mengepal erat. Pria berambut klimis itu tak terima.
"Jadi maksud mu, kasus ini lebih pantas ditangani oleh Tim yang sudah lalai dalam bertugas, sampai-sampai ... saksi harus meregang nyawa di ruangan ini? Begitu?" sinis Danu.
Bella tersenyum kecut, harga diri wanita itu terusik mengingat gagalnya ia melindungi saksi kunci untuk menguak kasus besar yang timnya tangani.
"Benar, Tim ku memang gagal melindungi saksi. Tim ku terlalu naif karena menganggap enteng keamanan ruangan yang keseharian nya digunakan oleh dua tim yang selalu bersaing. Ya, kami memang naif sampai-sampai berada di ambang kegagalan. Tapi, asal anda tau, Pak. Bukan hal yang sulit bagi ku untuk mencari tau siapa kaki tangan yang sudah memberikan racun arsenik pada korban. Hanya saja, sengaja tidak saya lakukan demi tidak terulangnya tragedi yang sama."
"Kau menuduh tim ku dal--"
"Semuanya, dengarkan perkataan ku!" Bella berbalik badan sembari menatap orang-orang yang berada di ruangan itu. "Aku tau, kaki tangan pembunuh itu ada di ruangan ini. Entah itu salah satu dari tim Pak Tua di belakang ku, atau justru salah satu dari tim ku sendiri. Namun, siapapun itu, yang perlu kau tau ... tragedi yang sama bisa saja terulang, karena kemungkinan besar kau adalah target selanjutnya."
Setelah berkata demikian, Bella terdiam sesaat. Suasana mendadak sunyi dan tegang. Bella kembali berbalik badan dan menatap dingin pria yang tadi sudah melecehkannya.
"Brian ...," panggil Bella.
"Ya?" Brian meneguk ludah gugup, wajahnya masih meringis.
"Next, kau akan menjadi kasim ku jika kau berani berulah seperti tadi lagi. Mengerti?" ancam Bella. Ekspresinya begitu datar, tak ada kerutan, senyuman, ataupun gerakan-gerakan kecil di bibirnya.
Brian mengangguk dan buru-buru berbalik badan, menyambar tas selempang di meja kerjanya lalu melangkah menuju pintu dengan kedua kaki bergetar. Entah bergetar karena menahan sakit, entah juga karena terintimidasi dengan tatapan tak berekspresi dari Bella.
Satu per satu, Tim 2 membubarkan diri. Wajah lelah bercampur kesal tak ada lagi dir ruangan itu.
Bella juga sudah duduk di belakang meja kerja nya. Kapten cantik itu serius menatap monitor di depan mata, dengan bibir yang sekali-sekali bergumam sendirian. Tampaknya ia sedang menunggu sesuatu.
Bola mata yang nyaris tertidur, mendadak membeliak. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis. Bella berdiri dan memanggil para anggotanya.
"Rinol, Genta. Pergi lah ke Rumah Sakit Mangkujiwo. Selidiki dan kupas semua tentang Dokter Tommy."
"Siap, Kapt!" seru Rinol dan Genta bersamaan.
Abirama dan dua lainnya menatap Bella dengan wajah penasaran.
"Surat izin penggeledahan sudah keluar." Jelas Bella yang berhasil membaca raut penasaran ketiga timnya. "Abirama, Taufik dan Malik pergilah ke kediaman Dokter Tommy. Geledah dan temukan barang bukti."
"Siap, Kapt!"
"Segera kabari ke ponsel ku, apa saja yang kalian semua dapatkan. Aku akan ke bukit untuk menemui Edwin. Barangkali, ingatan pria itu sudah pulih," lanjut Bella.
"Tapi, Kapt. Kondisi anda ...." Abirama menatap lekat netra hitam milik Bella.
*
*
*
Edwin psikopat yang udah ... entahlah sulit menjelaskannya 😀
Keren kamu Kak❤️
tolong triple up 🤭
jantungku kicep tor 😩
udah kyk nonton film Hollywood.
sama film horor korea, yg cowoknya jatuh ke dalam peti yg ada pakunya itu looo, lgsg nancep ke muka 😩