Mika dan Dena dua teman masa kecil yang dipertemukan kembali lewat dunia yang nyatanya tak seluas itu, dikehidupan berikutnya keduanya malah kembali menjadi musuh dalam selimut dan lupa dengan identitas satu sama lain dimasa lalu, siapakah yang akan sadar duluan dengan hubungan lama mereka, atau justru keduanya malah tak akan pernah ingat dan kenangan manis dulu hilang lenyap begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chacasdks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penasihat Cinta
"menurut lo semua pacarnya Dena itu cantik apa gak?"
"cantik katanya ey, lo jangan meremehkan selera Dena"
"gila gue gak nyangka kita udah ada di tahap ngeliat Dena punya pacar"
"pacarnya yang kemarin itu kan?"
"BUKAN" sinis mata ketiga perempuan yang tengah bergosip itu serentak tertuju pada Mika ketika perempuan itu berucap dengan nada agak tinggi. "gue tau lo benci banget sama Dena Mik, cuma kali ini Dena udah punya pacar, sabar ya doa lo gak dikabul" Nanda dengan dramatis menepuk bahu Mika, seakan menenangkan temannya yang sejak tadi itu diam dengan wajah masam. Padahal mereka tak tahu saja jika apa yang pernah Mika sumpahi itu malah berbalik padanya,
MASALAHNYA KALIAN SEMUA NGOMONGIN GUE
Andai saja ia bisa teriak seperti itu, tapi alih-alih berkata langsung Mika malah memendamnya. Ia belum menemukan waktu yang tepat untuk memberi tahu ketiga sohibnya. Malam Sabtu adalah malam kramat bagi keempat perempuan itu, sebab setiap malam sabtu keempatnya akan berkumpul di kamar salah satu dari mereka dan saling berbagi cerita mengenai apapun. Dan topik malam ini adalah Dena, laki-laki itu tengah menjadi berita hangat di kelas mereka sebab ia baru saja ketauan mengantar seorang wanita kemarin sore.
"tapi semoga dia sama ceweknya atau apapun itu langgeng deh" harap Nanda di tengah obrolan, Mika menoleh heran "kenapa emang?" Nanda bergumam panjang dengan pipi menggembung.
"soalnya beberapa Minggu ini keliatan bahagia aja gitu, jadi lebih ramah, lebih sering senyum, dan yang paling penting, lebih ganteng" balas Nanda semangat, buat Mika menghembuskan nafas disampinya dengan rahang yang agak menegang, ia tak mungkin akan mengamuk sekarang. Mendengar Nanda memuji pria itu agak buat Mika jengkel, kalau kata orang sih cemburu.
"gue setuju, jadi baik banget, malah udah jarang ngasih tugas, apa pacarnya curhat kali ya kalau tugas dia kebanyakan dan bikin pusing" sahut Wanda tak kalah semangat, mendengar itu Mika malah salah tingkah, sebab bagaimanapun yang Wanda maksud tak lain adalah dia.
"tapi gak enak lah, pacarnya di sembunyiin gitu, gue kalo jadi dia gue pamerin" kali ini Salsa ikut beri pendapat. Baik ucapan Salsa kali ini terdengar seru dan menarik "Dena bukan orang sembarangan Sal, dia masih saudara rektor, kalau ketauan kasian ceweknya" timbrung Wanda, Mika mengerutkan dahi tak paham, kenapa harus kasihan?
"kasihan kenapa?"
"bakal di bandingin Mik, tau sendiri mulut orang-orang sini jahat"
bakal di bandingin Mik, tapi dibandingin soal apa?
"tapi gue gak setuju dah, kan semua orang punya hak atas hubungannya, siapa tau emang ceweknya yang gak mau di publik" ujar Mika beri pendapatnya sendiri. "bener juga, yaudah sekarang jangan ngomongin Dena karena gue ngantuk" ujar Salsa yang kini sudah bersandar di sisi ranjang sambil memeluk bantal guling.
"oh iya, ngomongin soal nyembunyiin lo juga mirip tuh kelakuannya sama Dena, kasih lihat gak ke kita cowok lo yang mana!" ucap Wanda sembari menunjukkan layar ponsel yang menampilkan foto setengah badan di laman media sosial Mika. Yang tengah di todong pertanyaan itu malah menyengir malu. "itu Kak Jaya, teman yang pernah gue ceritain itu, masa kalian lupa"
Wanda merengut berfikir, lalu ber-oh ria ketika mengingatnya. "masa cuma teman sih, mana udah sering jalan sama lo, jujur sama gue kalian udah pacaran ya?" Mika menggigit bibir bawahnya ketika mendengar label yang Wanda beri, "belom pacaran kok, kita masih kenalan gitu, lagian gue yakin dia lebih milih teman ceweknya"
"HAH? GIMANA? CERITA CEPAT!" respon heboh ketiganya buar Mika berdecak malas, ia sebenarnya tak ingin mengungkitnya lagi, tapi sudut pandang orang pasti berbeda bukan? Mika juga butuh sudut pandang orang lain. Ia lantas ceritakan apa yang terjadi kemarin saat makan malam, dengan singkat berharap jika apa yang ia rasakan kemarin dapat mereka pahami dengan mudah.
"jadi gimana menurut kalian?"
"gimana ya Mik, kadang kalau cewek sama cowok temenan tanpa perasaan itu kemungkinan kecil kalau keduanya gak pernah punya perasaan ...," Wanda menggantungkan kalimatnya, menimbang beberapa kali untuk mengucapkan kalimat selanjutnya. "tapi dari cerita yang lu tadi, gue rasa salah satu dari mereka emang masih punya perasaan deh"
Mika menghela nafas berat, bahkan apa yang ia takutkan dapat Wanda rasakan, Mika mau melangkan maju pun rasanya sungkan, sebab takut sudah ada yang menempati tempat yang ia inginkan itu. "tapi Mik, ..." kali ini giliran Nanda yang ikut beri pendapat.
"lu akan tau sendiri kok siapa dari mereka yang sebenarnya menaruh perasaan, semua akan kelihatan tanpa lo minta sekalipun, semoga yang menyimpan perasaan itu bukan Jaya" ucap Nanda yang di akhiri dengan senyum simpul.
"tapi kalau ternyata Jaya yang naruh perasaan gimana?"
"tinggalin Mik, itu jawaban paling tepat" segalanya agak membingungkan sekarang, jutaan kalimat positif yang sudah ia tanamkan beberapa jam sebelumnya hilang seketika, digantikan oleh kebingungan akan ketidaksiapan.
cukup follow me.. Thank you.