Dewi Amalina telah menunggu lamaran kekasihnya hampir selama 4 tahun, namun saat keluarga Arman, sang kekasih, datang melamar, calon mertuanya malah memilih adik kandungnya, Dita Amalia, untuk dijadikan menantu.
Dita, ternyata diam-diam telah lama menyukai calon kakak iparnya, sehingga dengan senang hati menerima pinangan tanpa memperdulikan perasaan Dewi, kakak yang telah bekerja keras mengusahakan kehidupan yang layak untuknya.
Seorang pemuda yang telah dianggap saudara oleh kedua kakak beradik itu, merasa prihatin akan nasib Dewi, berniat untuk menikahi Kakak yang telah dikhianati oleh kekasih serta adiknya itu.
Apakah Dewi akan menerima Maulana, atau yang akrab dipanggil Alan menjadi suaminya?
***
Kisah hanyalah khayalan othor semata tidak ada kena mengena dengan kisah nyata. Selamat mengikuti,..like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadar T'mora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Mandi basah
Jadi, di lantai manakah Dewi dan Alan sekarang menginap?
Mereka ada di lantai 72. Ruang kerja pribadi Alan juga di lantai 72 dan kamar cinderella ini ada disisi kiri ruang kerja. Sementara Alan biasanya menggunakan kamar yang di sebelah kanan ruang kerja dengan tema Pangeran untuk beristirahat sesekali.
Karena belum punya istri, dia lebih sering tinggal di mobil Van-nya yang telah dimodifikasi menjadi hunian. Sekaligus kamuflase terhadap jati dirinya yang sebenarnya.
Puncak tower punya 3 lift khusus dari lantai basement 2 yang bisa diakses sesuai kebutuhan. Untuk lantai 70 dan 72 harus naik melalui lift yang ada di basement 1.
Kenapa Dewi tidak menyadari kalau dia berada dipuncak tower, karena dia sibuk membandingkan kemewahan Dragonasse dengan hotelnya, serta mengagumi ketampanan Alan yang berdiri di sampingnya saat di lift. Sepertinya dia juga tidak tau kalau pintu lift bisa terbuka hanya menggunakan sidik jari orang yang memiliki akses.
Perempuan itu menurunkan celana dalamnya tanpa ragu-ragu. Meskipun Alan mengintip dia tidak akan bisa apa-apa, batin Dewi. Kalau ada apa-apa pun, apa yang mau diambil. Kesuciannya telah dimakan si pengkhianat Arman.
Dewi buang air sambil mengawasi wajah Alan dari pantulan cermin. Apakah pria itu tahan tidak berpaling ke belakang?
Padahal, meski wajahnya ke depan televisi, ekor mata Alan ke cermin depan yang memantulkan bayangan Dewi. Perempuan itu nampak tidak perduli apakah dia mengintip atau tidak, "Jadi rasa khawatirnya tadi hanya basa-basi?" Alan mendengus.
Ada handuk, lengkap dengan peralatan mandi tergantung di rak. Melihat bathtub, Dewi jadi ingin berendam. "Jacuzzi itu, kapan lagi aku bisa memanjakan diri di Hotel orang lain tanpa perlu keluar uang sepeser pun."
Ditambah lagi dia belum mandi. Karena katanya calon pengantin tidak boleh mandi satu hari menjelang hari H, takut hujan lebat.
"Hei, itu hanya akan membuat khawatir keluarga yang mendirikan tenda biru di jalanan dengan menutup akses umum. Tapi acaraku di gedung Hotel yang aman dari guyuran hujan. Biarpun bukan hotel termegah tapi hotelku yang 13 lantai itu sudah masuk 30 besar tertinggi."
Maka sesudah Dewi membasuh pipisnya, dia datang lagi ke Alan. "Alan, aku mau berendam di Jacuzzi."
Sekarang 09.35 malam, belum ada kabar dari Hiro mengenai baju ganti untuk Dewi. "Apa kamu yakin?" tanya Alan.
"Tentu saja," jawab Dewi kemudian berpikir kalau dia tidak boleh ceroboh lagi. Karena dia tidak punya baju ganti apalagi baju mandi, wajahnya memerah. Ntar dikiranya aku minta diperkosa, pikir Dewi. "Lupakan saja," katanya kemudian dia pergi.
"Berendam, lah! Biar aku keluar mencari baju ganti untukmu." Alan berdiri dari duduknya.
Dewi menahan langkahnya menoleh ke Alan yang sangat pengertian. "Jadi aku bisa berendam dengan gaun ini tanpa khawatir basah?"
"Tunggu sebentar, tadi aku minta Hiro untuk membawakan baju ganti. Apakah sudah ada akan aku hubungi sekarang," kata Alan dan ponselnya berbunyi. Sungguh kebetulan masuk pesan dari Hiro bahwa dia menunggu di ruang kerja dengan beberapa paper bag baju ganti.
"Tunggulah biar aku ambil sebentar." Alan meninggalkan Dewi.
Dewi tidak menunggu dengan hanya berpangku tangan, dia mempersiapkan Jacuzzi dengan mengatur temperatur air yang pas agar tidak terlalu panas ataupun terlalu deras.
.
Alan masuk ke lift kemudian menutupnya. Di dalam kotak persegi itu ada pintu rahasia yang hanya diketahui oleh beberapa orang. Maka Alan mendorong pintu ke samping, dia pun berada di area ruang kerja pribadinya.
"Bos, lihat apakah ini cocok? Saya telah memilih gaun-gaun sesuai dengan selera Nona pertama."
Sebenarnya ada Shoping Mall di lantai 35, khusus area market place. Hiro mengambilnya disana, sedangkan baju ganti Alan cukup ambil di kamar yang satunya. Yaitu kamar tema Pangeran yang ada sebelah kanan ruang kerja.
"Baiklah, aku akan membawanya." Suka tidak suka harus suka kalau tidak mau, terpaksa telanjang. Alan membawa paper bag kembali ke kamar cinderella.
Setidaknya 15 menit ke lobby tapi ini belum 5 menit, "Cepat sekali!" tanya Dewi, barusan dia mau duduk sekedar merendam kaki.
"Hanya turun satu lantai," jawab Alan sembarangan.
Ada 5 kantongan, "Ini semua pakaianku?" tanya Dewi menerima paper bag dari Alan.
"Satu bag ini kepunyaanku." Alan menahan satu beg paper di tangannya.
Dewi membongkar isi bag, "Tidak ada baju mandi," gumamnya.
"Siapa yang mandi pakai baju," saut Alan.
Ck, decak Dewi. "Sekiranya ruangan tertutup aku juga akan telanjang!" ketusnya. Dewi tidak ingin di cap munafik, soalnya Alan sudah pernah melihat tubuhnya di kolam renang Mansion Thamrin mengenakan bikini.
Alan juga tau maksudnya, dia hanya menggodanya. "Apa aku perlu meminta Hiro?" tawarnya basa basi.
"Sudahlah. Biar aku berendam pakai gaun ini toh sudah ada gantinya." Dewi tidak mau terlalu merepotkan teman Alan itu, dia bukan pembantunya. "Kamu gak berendam?" Ups, Dia tau dia salah, "Maaf, maksudku gantian."
"Lihat nanti. Kalau seru aku akan masuk," ujar Alan. Dia tidak akan jual mahal dalam urusan menjalin keakraban dengan Dewi.
Dewi antara senang dan malu. Untungnya ada Alan pengganti Arman, jadi tidak terlalu merana dan patah hati.
.
Gaun bagian luar berbahan sutra tipis kalau kena air akan tetap berbayang meskipun sudah ada lapisan sutra tebal di dalamnya. Paling tidak akan menampilkan lekuknya saat basah.
Alan mengawasi Dewi masuk ke air, khawatir ada yang salah dengan tempat pemandiannya. Dewi telah menekan water pressure ke angka maksimal, Alan menurunkan satu nomor agar tidak terlalu kencang.
"Alamak, kelihatan!" Dewi tersipu tapi tetap kegirangan. Mungkin karena air pam Jacuzzi masih level maksimal, jadilah gaun Dewi tetap mengambang. Sama saja dengan telanjang, pria itu bahkan tidak membuang wajahnya.
Baju dalamnya lumayan tebal bisa dijadikan baju berenang two peace. Sudahlah sekalian aja, pikir Dewi. "Alan aku akan melepas bajuku," ujarnya langsung mengangkat naik gaunnya dilempar ke pinggir bak pemandian.
"Terserah," jawab Alan. Lalu aku akan menderita tekanan batin, desah dalam hatinya. Belum apa-apa Alan merasa ingin buang air seni. Dia hampir mimisan melihat tubuh Dewi yang hanya pakai beha serta celana dalam blackpink.
Pria dewasa itu meneguk ludah susah payah. Masih belum sadar juga kalau kamar ini dibangun karena terinspirasi dirimu, Dewiku? Batin Alan.
"Wu huu, ini seru banget." Dewi berteriak, kesenangan merasakan sensasi melawan arus yang berputar-putar.
"Ayo masuk, Alan." ajak Dewi memberanikan diri. "Tapi ingat! Karena kita hanya pasangan terpaksa, selain bersetubuh yang lain boleh!" tegasnya.
"Dengar apa yang kamu katakan. Kalau gitu aku tidak akan segan," jawab Alan.
Dia ke urinoir. Perlu buang air kecil dulu sebelum masuk ke bak mandi, kan!
________
waahhh makin seru nich thorrr 😍😘
mampir absen yaaa😉😘