Alaish Karenina, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu belum juga menikah dan tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Kabar beredar jika wanita yang akrab dipanggil Ala itu tidak menyukai laki-laki tapi perempuan.
Ala menepis semua kabar miring itu, membiarkannya berlalu begitu saja tanpa perlu klarifikasi. Bukan tanpa alasan Ala tidak membuka hatinya kepada siapapun.
Ada sesuatu yang membuat Ala sulit menjalin hubungan asmara kembali. Hatinya sudah mati, sampai lupa rasanya jatuh cinta.
Cinta pertama yang membuat Ala hancur berantakan. Namun, tetap berharap hadirnya kembali. Sosok Briliand Lie lah yang telah mengunci hati Ala hingga sulit terbuka oleh orang baru.
Akankah Alaish bisa bertemu kembali dengan Briliand Lie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfian Syafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Alasan Ala pergi
Tepat dimalam minggu yang seharusnya jadi momen indah antara Brian dan Maira, malah menjadi momen pahit. Brian memergoki Maira balikan sama mantan dan menemukan bukti chatt mesra pada akun sosial media Maira. Lebih parahnya lagi Maira menjelek-jelekkan Brian pada mantannya.
Sungguh sial sekali.
Tiga bulan mengenal Maira dan langsung melamarnya itu sebuah keputusan yang salah rupanya. Dikala Brian diliputi keputusasaan karena mencari Alaish, dia tidak berpikir panjang untuk menjalin hubungan dengan Maira kejenjang yang lebih serius.
Pernikahan impian yang harusnya terjadi sekitar dua bulan lagi itu rupanya harus Brian kubur. Apapun alasannya Brian tidak peduli karena sudah tidak mau mendengar penjelasan Maira. Gadis itu pasti akan menyangkal semuanya dan membuat semua orang percaya. Biarlah waktu yang akan menjawab semuanya.
Esok dia akan memberitahu kepada kedua orang tuanya dan mungkin sorenya akan ke rumah Maira mengatakan kepada orang tua Maira bahwa pernikahan itu batal.
Namun, dibalik kejadian itu Brian mendapatkan hal baik. Tuhan telah mengabulkan segala doa yang dia panjatkan selama ini. Brian kembali bertemu dengan Ala.
Selama ini Brian percaya bahwa takdir bisa berubah. Memang takdir adalah ketetapan dari Tuhan, tapi dengan kita berdoa terus menerus Tuhan akan senantiasa mengabulkan segala doa yang kita panjatkan. Begitu cara Tuhan agar umatnya mau terus berserah diri kepada-NYA.
Masih tidak percaya jika akun itu milik Ala, Brian terus meremas rambut, mencubit hidung mancungnya dan mengucek mata berkali-kali. Memastikan bahwa ini nyata. Jikapun ini adalah mimpi maka Brian ingin sekali tetap ada di mimpi dan tidak mau bangun.
Tidak peduli dengan kecuekan Ala, Brian pun berbasa-basi. Hati kecil Brian yakin jika Alanya itu juga masih memiliki rasa yang sama. Hanya saja tertutup oleh rasa benci terhadap dirinya yang entah Brian sendiri tidak tahu alasannya.
[Apa kabar, La? Kemana saja kamu selama ini? Aku mencarimu untuk meminta maaf. Mungkin Tuhan mempertemukan kita kembali atas doa-doa yang aku panjatkan. Memberiku kesempatan untuk meminta maaf padamu. Maafin semua kesalahan aku yang dulu ya, La. Aku banyak salah sama kamu dan telah menyakiti kamu.]
Tidak henti-hentinya Brian tersenyum. Hatinya terasa kembali terang karena sinarnya telah ditemukan. Bahkan dia lupa dengan kejadian tadi dialun-alun saat melihat Maira selingkuh. Udah misuh-misuh nggak jelas dan niat mau beli sebotol minuman pun sirna sudah karena bertemu sama Ala lagi.
Empat belas tahun Brian menunggu dan terus mencoba mencari keberadaan Ala. Berdoa dan yakin jika Tuhan akan mempertemukan mereka kembali. Rupanya membuahkan hasil. Ala ... Kembali, dia hadir disaat hati Brian sedang tidak baik-baik saja. Disaat Brian tertimpa masalah.
Tadi setelah menemukan fakta perselingkuhan Maira, Brian sempat mengirim pesan terlebih dahulu kepada Ibu Maira. Mengatakan jika pernikahan itu batal. Ya meski sudah dibalas dengan ucapan pedas tapi Brian nggak peduli. Jadi besok dia akan datang menemui kedua orang tua Maira sesuai permintaan Ibunya Maira.
[Kabar aku baik. Kamu?]
[Ya sudah aku maafkan.]
Brian menghela napas panjang. Ala membalas dengan singkat. Rasanya gemas sekali, tapi nggak apa-apa hal itu tidak jadi masalah bagi Brian. Setidaknya sekarang Brian tahu akun sosial media milik Ala.
[Aku juga baik. Terima kasih ya, sudah memaafkan aku. Dulu kenapa kamu pergi tinggalin aku? Jika karena aku menduakan kamu, bukankah kamu sudah memaafkannya dan aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku sudah buktikan semua itu, tapi kamu kenapa pergi? Aku selama ini cari kamu. Sampai aku membuat kekacauan karena frustasi kamu tinggalin.]
Hati Brian sedikit lega karena Ala sudah mau memaafkannya. Semoga dengan ini jalan Brian untuk memperbaiki hubungan dengan Ala dipermudah. Ya meski menjadi teman, tapi Brian berharap Ala yang akan menjadi masa depannya.
[Jangan bahas masa lalu lagi. Aku sudah lupa dah hidupku sudah tenang.]
Ala benar-benar cuek sekali dengan Brian. Bukan Brian namanya kalau mudah menyerah. Dia akan terus membalas pesan Ala tanpa bosan dan kenal waktu. Biarlah jarum jam terus bergerak dan menunjukkan tengah malam, Brian nggak peduli sama sekali. Kalau sudah sama Ala tuh selalu saja lupa waktu.
Di balik Ala yang cuek, Brian yakin jika masih ada perasaan untuknya. Sekarang, mungkin saja Ala sedang pura-pura cuek. Sok balas pesan singkat padahal aslinya bahagia pasti bertemu Brian kembali.
[Aku hanya ingin meluruskan saja. Kita tidak tahu kapan Tuhan memanggil kita kembali. Jadi apa salahnya kita berdamai dan menyelesaikan masalah di masa lalu yang belum usai. Kenapa kamu pergi? Apalagi tanpa perpisahan. Aku belum menjawab ucapan kamu waktu itu tapi kamu bener-bener nggak datang lagi menemui aku. Tiba-tiba kamu berubah dan nomor pun tidak bisa dihubungi.]
[Kalau saja kamu tahu, La. Sejak saat itu kedua orang tuaku marah padaku karena kamu pergi. Aku kacau, aku bahkan mabuk-mabukan parah karena kehilangan kamu.]
Masa lalu mereka memang belum usai. Dulu ketika Ala meminta putus belum ada persetujuan dari Brian. Laki-laki itu ingin menanyakan perihal tentang Ala yang tiba-tiba berubah saat dirinya sedang berjuang mencari rezeki demi bisa membuat Ala bahagia.
Selama empat belas tahun itu Brian terus dihantui rasa penasaran tentang penyebab Ala pergi dan kenapa menjadi sangat membencinya. Hati Brian sakit karena ditinggal Ala pas Brian mulai mencintai Ala sangat dalam. Meski terluka tapi selama ini Brian tutup luka itu dengan rasa sayang uang yang luar biasa untuk Ala seorang.
[Udah ya, jangan bahas yang lalu. Aku dah maafin kamu dan semua selesai.]
Selesai? Tidak! Bagi Brian semua belum selesai. Tidakkah Ala tahu? Bagaimana perjuangan Brian selama ini? Melupakan Ala mati-matian dengan cara mabuk-mabukan berharap Ala bisa hilang dari pikirannya, tapi semua sia-sia saja. Malah tubuh Brian semakin kurus.
Hingga Brian memutuskan merantau kemana saja untuk bekerja dan cari pengalaman supaya bisa menghibur diri sendiri agar tidak terpuruk dalam kesedihan. Bahkan Brian pun mengukir nama Ala pada tubuhnya supaya Ala tetap ada dihati dan tidak akan pergi. Itu bukti bahwa cinta Brian untuk Ala nggak main-main dan sebagai bentuk mengenang Ala.
Eh malah pas ketemu Alanya cuek dan nggak mau mengatakan yang sebenarnya.
"Dasar betina! Sok cuek padahal aslinya pasti seneng ketemu lagi! Aku yakin pasti kamu masih memiliki perasaan yang sama kan, La?" gumam Brian.
Bukan kepedean tapi hati kecil Brian yang mengatakan hal itu. Brian percaya dengan bisikan hati kecilnya ketimbang bisikan setan.
[Aku hanya ingin tahu, kenapa dulu kamu pergi. Itu aja. Kalau kamu tahu, sampai saat ini aku belum bisa gantiin posisi kamu dihati aku. Bahkan aku mengukir namamu ditubuhku, La. Itu semua aku lakukan untuk mengenangmu. Agar kamu tidak pergi dari hatiku meski orangnya entah kemana.]
Brian harap dengan mengatakan itu semua, hati Ala menjadi cair dan tidak lagi cuek sama dia. Mau menyelesaikan masalah yang belum selesai itu.
Apa sebab dia pergi tiba-tiba dan langsung menutup semua akses agar Brian tidak bisa menghubunginya?
Mau ke rumah Ala saat itu Brian sedang berada diluar kota untuk bekerja dan baru beberapa hari masuk. Nggak mungkin izin untuk pulang. Brian mencoba menahan diri meski rasanya tidak karuan sampai dia bisa memiliki waktu untuk pulang dan menemui Ala.
Nyatanya ... Ala sudah tidak bisa dihubungi dan benar-benar pergi. Ketika Brian sudah bisa pulang dan bisa ajak Ala jalan-jalan, Brian pergi ke rumah Ala dengan hati bahagia. Berharap gadis itu akan memaafkannya dan bisa merajut kisah yang dulu sempat berakhir. Rupanya semua itu sirna. Ala sudah lulus sekolah dan pergi merantau.
Brian ... Sangat kecewa.
[Lalu kalau nggak bisa gantiin posisi aku, kenapa ada wanita lain? Kamu mau nikah, bukan?]
Pesan balasan dari Ala malah membuat Brian semakin bahagia. Pesan itu menunjukkan jika Ala sedang dilanda cemburu. Brian merasakannya. Ah, jadi rindu dengan wajah Ala yang cemberut ketika cemburu dulu. Sungguh menggemaskan.
[Sudah aku bilang, tidak ada yang bisa menggantikan posisi kamu. Nggak ada yang bisa ambil hati aku seperti kamu mengambilnya. Aku susah buka hati buat orang baru.]
[Cintaku sudah habis di kamu, La. Bahkan orang yang bersamaku saat ini tidak bisa membuatku nyaman saat bersamamu. Kamu benar-benar membuatku sadar ketika kamu pergi. Cintamu luar biasa. Aku pun merasakannya. Maafin semua kesalahan aku ya, La. Katakan apa yang membuat kamu pergi?]
Diantara mereka ini masih ada kesalahpahaman dan memang harus diluruskan. Hanya saja Ala cuek dan susah sekali untuk mengatakan tentang alasan dia pergi.
Sok cuek tapi sekarang Ala malah nunjukin kalau dia cemburu dengan Maira. Brian suka, sangat suka. Itu berarti dugaannya benar jika Ala masih memiliki perasaan yang sama.
[Itu udah berlalu jadi nggak perlu dibahas. Aku udah maafin kamu dan sekarang kita punya kehidupan masing-masing.]
Lagi dan lagi kesabaran Brian harus diuji. Ala tetap tidak mau mengatakan alasan kenapa dia pergi disaat Brian mengadu nasib dikota orang? Padahal Brian sudah janji kepada Ala akan membahagiakan dirinya dan menunggu hingga Ala lulus SMA lalu berjuang sama-sama untuk bisa menjalani hubungan kejenjang yang lebih serius.
[Aku tahu dan aku tidak akan menganggumu lagi setelah kamu mengatakan apa yang sebenarnya membuat kamu pergi.]
Brian terus mendesak Ala. Tidak peduli gadis itu akan marah, yang penting malam ini dia harus tahu alasannya kenapa dulu Ala pergi? Jelas-jelas gadis itu sangat mencintainya tapi tiba-tiba berubah disaat Brian tidak ada disampingnya.
Cukup lama Brian menunggu balasan dari Ala. Mungkin gadis itu sedang menimbang-nimbang untuk jujur padanya. Brian akan selalu menunggu balasan itu. Mau selama apapun Brian sudah biasa menunggu. Bahkan menunggu Ala selama empat belas tahun saja Brian jalani.
[Heri bilang kamu guna-guna aku supaya menuruti semua yang kamu mau. Kamu ambil foto dan sehelai rambut untuk melakukan ritual supaya aku luluh. Jadi perasaan ini benar-benar bukan murni dari hati melainkan kamu yang membuatnya. Semua itu palsu, bukan? Pantas aja pas kamu selingkuh aku biarin dan tetap bertahan.]
Brian membaca dengan perlahan cerita Ala. Betapa mengejutkan sekali jika alasan Ala pergi itu karena pengaruh dari orang lain. Bahkan orang itu sudah Brian anggap seperti saudara sendiri. Rupanya menusuk dari belakang.
"Kurang ajar si Heri ini. Bisa-bisanya menebar fitnah. Dua kali lo hancurin hubungan gue sama cewek gue dulu. Awas aja!"
Kedua tangan Brian mengepal kuat, rasanya ingin membuat laki-laki itu babak belur lagi seperti dulu.
Bersambung....
cintanya mas bri udah stuk di kamu
semangat kakak,