Dia adalah seorang agen intelejen yang di tugaskan di negara yang bertikai.
Di saat perang terkadang dia bertugas sebagai paramedis dan membantu yang terluka.
Hanya saja dalam misi terakhir dia di jebak dan terbunuh, tapi dia tidak ke akhirat.
Dia malah masuk ke dunia kuno, ke tubuh calon Jendral wanita yang di abaikan.
Dia di angkat menjadi jenderal wanita karena ayahnya mendiang Jendral, sehingga gelar harus di wariskan kepada keturunannya.
Tapi, sepupunya menginginkan jabatan itu, sehingga dia berusaha membunuhnya ketika perjalanan menuju ke perbatasan.
"Wanita yang lemah, dan tidak tahu apa-apa tidak cocok menjadi jendral!" Sepupunya menuntut kepada Kaisar.
Melihat jasa-jasa mendiang ayahnya, Kaisar menjadi serba salah.
"Biarkan dia menjadi pengawal pribadi pangeran ke tiga Yang Mulia." Permaisuri mengajukan permintaan.
Pangeran ke-tiga yang cacat, dia adalah panglima perang, hanya saja ketika perang di perbatasan dia mengalami musibah yang hampir merenggut nyawanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18
Yenrou mengangguk tanpa menoleh atau bersuara, dia mengambil kursi kayu dan meletakkannya di sudut ruangan. Kemudian dia duduk di atasnya, tanpa suara, tanpa ekspresi. Dan juga tidak melihat ke arah Zhong Rei Yu.
"..."
Pria yang dari tadi melihat pergerakannya merasa linglung, sedikit mulutnya terbuka.
Dia menarik nafas dalam, tidak bisa berkata apa-apa.
Ketika melihat Yenrou duduk dengan tenang, dia melanjutkan kembali pekerjaan nya yang tadi sempat tertunda karena ke datangan Shen Tianru.
Tapi tiba-tiba Zhong Rei Yu menghentikan kembali aktivitas nya.
"Kamu tidak 24 jam bersamaku. Ketika aku beristirahat, kamu juga melakukan hal yang sama. Karena di malam hari akan ada orang lain yang menggantikan mu. Oya, apakah Yuri telah memberitahukan di mana kamar untuk kau beristirahat?" Pangeran ke tiga memberitahukan jadwal pekerjaannya.
"Belum, pangeran." Jawabnya tanpa menolah.
Zhong Rei Yu hanya melihatnya sebentar, dia menarik nafas setelahnya. Dia menjadi bingung menghadapi wanita pendiam seperti ini, pikirnya.
'Apakah aku salah meminta dia bekerja kepadaku? Tapi ini untuk kebaikan di masa depan.' Gumam Zhong Rei Yu.
"Nanti tanyakan saja kepada kepala pelayan Yuri, di mana kamar pribadimu." Ucapnya lagi dan melanjutkan pekerjaannya kembali.
Sementara itu, Yenrou dan Sengthai saling berkomunikasi tanpa bisa di dengar orang lain.
"Nona, sepertinya kaki pangeran itu bisa di sembuhkan." Sengthai memberi tahukan hal tersebut setelah dia memperhatikan kaki Zhong Rei Yu.
"Um, tapi itu bukan urusan kita." Yenrou menjawab dengan acuh.
Jika di lihat dari ruang kerja Zhong Rei Yu, Yenrou terlihat seperti robot yang sedang duduk. Tanpa pergerakan dan tanpa mengedipkan mata.
Pandangannya lurus ke depan, tepat di depan tembong. Jika orang melihat seolah-olah dia sedang melamun karena matanya tidak benar-benar melihat dinding yang di depannya.
"Nona, bukankah sebaiknya anda lebih perhatian?"
"Tidak perlu, sedari dulu saya tidak di perhatikan orang, untuk apa sekarang saya harus mencari perhatian." Dengan acuh dia membalas perkataan Sengthai.
Sengthai seekor ular yang penuh perhatian dan keingintahuan yang besar. Karena itu dia bisa bertemu dengan Yenrou.
Sedangkan Yenrou gadis pendiam dan tidak perduli dengan lingkungannya. Ini bukan karena tanpa alasan. Sedari ke-dua orang tuanya meninggal, tidak ada yang memperhatikannya.
Dia hidup, hidup sendiri. Walau nenek dan pamannya masih hidup, tapi tidak memperdulikan dia.
Makan tidak makan, mereka tidak mau tahu. Sehingga hal tidak perduli muncul sedari Yenrou kecil. Karena lingkungan nya melakukan hal seperti itu.
Kasih sayang neneknya hanya tertuju kepada keturunan pamannya. Dia, seperti tidak pernah ada di sana.
Terkadang dia merindukan ke dua orang tuanya. Tapi, dia hanya bisa tahan. Dulu, dia pernah menangis ketika masih kecil. Dia sakit dan terluka, tetapi tidak satupun datang untuk menjenguk. Ketika neneknya tahu, bukannya di beri obat atau di hibur. Dia di larang mengeluarkan suara, apa lagi tangisan. Jangan sampai terdengar, karena neneknya akan kembali menghukum nya jika dia sampai menangis.
Sedari itu, air matanya entah kemana pergi. Dan ketika jiwa manusia dari zaman modern masuk, seorang intelejen dan pembunuh bayaran. Membuat tubuh ini semakin tanpa ekspresi.
Sengthai menarik nafas dalam. 'Nona, aku akan merubah mu berlahan.' Gumam Sengthai dalam diamnya, karena dia tidak ingin sampai Yenrou mendengar perkataan nya.
"Aku telah merancang sesuatu." Ucap Yenrou kepada Sengthai dalam ruang dimensi.
"Rancangan apa nona?"
"Nanti malam kita kembali ke kediaman Jendral Gu."
"Untuk apa?"
"Nanti kamu lihat sendiri." Ucap Yenrou dengan sedikit ujung bibirnya melengkung.