NovelToon NovelToon
Signal

Signal

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hilnaarifa

Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.

Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.

Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.

Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.

Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.

Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Sekolah Dominic.

Alice menghirup udara di sekolah nya dengan rakus. Tidak datang ketempat ini selama dua hari cukup membuat nya rindu, meski terkadang dia akan mengeluh tentang untuk apa pergi ke sekolah?

Apa lagi, dia seorang putri dari orang tua

yang kaya raya, tidak perlu bekerja. Dia masih tetap bisa menikmati hidup nya dengan tentram tanpa memikirkan uang.

Dia melangkahkan kaki nya masuk melewati gerbang. Sudah tidak ada lagi tenda-tenda stand makanan ataupun pita yang di lengket kan disana sini.

Beberapa murid mendadak mulai menyapa nya denganramah, yang mana membuat nya bingung. Tapi, dia tetap membalas sapaan mereka sambil tersenyum.

Gigi nya sudah kering karena terus melakukan hal itu setiap murid yang menyapa nya. Okey, dia mulai lelah. Jadi, Alice memutus kan berjalan lebih cepat dari yang biasa ia lakukan demi menghindari orang-orangnya ini.

Dia meletakkan tas nya ketika sudah sampai di kelas. "Hei, Lo tahu, kenapa tiba-tiba murid sekolah kita mendadak jadi ramah sama gue?"Tanya Alice penasaran pada ketua kelas nya.

Gadis berkacamata itu melirik Alice, "Tentu saja, karena Lo kemarin ikut pertandingan basket melawan sekolah Lorence dan membuat kemenangan bagi tim sekolah kita." Jawabnya jujur.

Alice menggaruk kepala nya yang tidak gatal ketika mendengar alasan itu. "Emang segitu nya ya, kehebatan gue?"Kata Alice sedikit berbangga diri.

Gadis berkacamata itu pun mengangguk, "Aksi Lo kemarin itu keren, mereka mendadak jadi fans Lo. Lihat saja di loker, pasti mereka ngasih Lo hadia..."

Belum sempat dia berbicara, gadis itu

merasakan angin berhembus pelan melewati nya, "...ah" lanjut nya pelan.

Alice sudah tidak terlihat lagi di kelas, seperti nya dia segera pergi ketika ketua kelas mengatakan dia memiliki hadiah di loker sekolah nya.

Gadis berkacamata itu mendengus, "Cepat sekali pergi nya." Gumam nya datar. Dia pun mengangkat bahu acuh dan melanjutkan membaca bukunya.

Di lorong Alice tersenyum lebar, dia berlari menuju loker nya dengan semangat. Hingga murid-murid melihatnya kebingungan, tiba disana Alice melihat ada beberapa amplop yang pasti berisi surat.

Dia membuka loker nya dan seketika semua barang di dalam nya jatuh keluar. Alice menganga melihat banyak sekali hadiah di loker nya, dari cokelat, cemilan, permen maupun bunga.

Jika tahu seperti ini, dia akan membawa

plastik tadi, bagaimana dia bisa bawa semua hadiah ini dengan tangan kosong?

"Weh, apa ni? Mendadak jadi selebriti kah?"Ucap Karla yang baru saja datang, gadis itu ingin mengambil buku di dalam loker nya dan malah melihat Alice yang berdiri dengan bodoh, sedangkan di kaki Alice banyak sekali pernak-pernik.

Alice melihat Karla, "Gue dapat hadiah." Katanya dengan bangga.

Karla terkekeh geli mendengar itu, dia mengangguk paham. "Mau Lo apain ni semua hadiah?"Tanya nya penasaran. Alice menjadi bingung.

"Gue nggak bawa plastik tadi." Kata nya pelan. Karla berjalan ke lokernya dan membuka loker itu, mengambil beberapa buka dan sebuah paper bag sedang.

Dia memberikan nya pada Alice, "Taruh disini saja, meski nggak bisa semua. Setidak nya, loker Lo bisa jadi lapang sedikit."

Alice tersenyum senang, dia pun menerima paper bag itu dan segera memasukan sebagian hadiah nya ke dalam. Dari cokelat dan cemilan, sisa nya di masukkan ke dalam loker lagi. Sudah beres, pikir nya lega.

Gadis itu mengangkat paper bag nya dengan senang hati, Karla menatap Alice penuh minat.

"Kemarin, Lo nggak masuk sekolah. Kenapa?"Tanya nya basa basi.

Kedua gadis itu berjalan menyusuri lorong

sekolah untuk kembali ke kelas, "Malas." Jawab Alice singkat.

Mendengar itu Karla memutar matanya, "Emang di luar nalar jawaban lo." Kata gadis itu datar.

Alice hanya mengangkat bahu tidak tahu, dia memang selalu seperti itu. Bukan salah nya jika orang tidak mengerti dengan maksud dari ucapan nya.

Jauh di depan, Alice dan Karla melihat banyak murid berkumpul di dekat ruang guru.

Sebenarnya tidak berkumpul, mereka hanya lewat dan berhenti lalu kembali berjalan. Begitu terus, hingga memenuhi depan ruangan.

"Kenapa mereka berkerumunan di depan ruang guru?"Tanya Karla penasaran.

Alice melirik julid pada Karla, "Mana gue

tahu, gue kan dari tadi sama Lo." Balas Alice kesal.

Karla mendengus, dia kan hanya bertanya, apa perlu menjawabnya dengan sinis seperti itu.

Mereka pun mendekati kerumunan murid itu, Alice menarik kerah salah satu pemuda disana.

"Hei, kenapa kalian bertumpuk disini?"Tanyanya dengan sangar.

Pemuda itu ketakutan, sikap Alice sudah

seperti ingin memakan diri nya. Karla melihat itu pun memutar mata nya malas, "Abaikan dia, kasih tahu gue. Ini ada apa?"Ucapnya sambil melepaskan tangan Alice dari kerah pemuda itu.

Pemuda itu memperbaiki kerahnya, "Ada murid baru." Kata nya singkat, dia melirik Alice, sedetik kemudian dia segera berlari nenjauh dari kedua gadis mengerikan itu.

"Lemah." Ucap Alice sinis.

Karla menggelengkan kepala nya heran, "Gimana dia nggak takut coba, muka Lo

aja kaya penjual organ tubuh." Ejek Karla.

Alice menyipitkan matanya, dia kan memang penjual organ tubuh, dulu saat masih menjadi Berry. Dari mana Karla tahu, ya? Tanpa sadar dia pun mengungkapkan pemikirannya itu.

"Kok Lo tahu sih?"

Mendengar itu Karla terdiam, dia menatap Alice dari atas ke bawah. Wajah Alice terlihat serius dan tidak ada kebohongan sedikit pun.

Dia mengambil jarak dari Alice, tiba-tiba saja dia merinding.

"Ahaha... Lo bercanda, kan?"Kata Karla sambil melambaikan tangannya dan berjalan lebih dulu.

Alice memiringkan kepalanya bingung, "Gue nggak bercanda loh." Gumam nya pelan.

Dia pun menyusul Karla masih dengan tangan yang menenteng paper bag. Sampai di depan ruangan, mereka melihat seorang gadis yang di duga akan menjadi anak baru di sekolah mereka.

Murid-murid mendadak bubar ketika melihat Karla dan Alice datang, bagaimana tidak, Alice membawa sapu yang entah dari mana ia dapatkan sambil mengangkat nya ke atas, berniat memukuli siapapun yang mengganggu jalan nya.

Karla memukul kening nya, dia tidak habis pikir dengan tingkah di luar nalar Alice. "Dari mana Lo ambil tuh sapu?"Tanya nya pasrah.

Alice tersenyum, dia melempar sapi itu secara asal, "Tuh, di dinding. Nggak ada yang punya, gue ambil aja deh." Jawab nya main-main. Karla menghela nafas pasrah.

Mereka pun melihat gadis itu dengan seksama, entah apa yang di petuahkan pada nya oleh guru-guru yang ada di dalam ruangan. Seorang staf tata usaha membawa plastik berisi seragam sekolah dan memberikannya pada gadis itu.

Karla dan Alice tidak mendengar apa yang di katakan pada gadis itu. Terlebih lagi, gadis itu membelakangi mereka berdua.

Hal itu membuat kedua nya tidak dapat melihat wajah gadis itu. Alice merogoh satu permen di dalam paper bag nya, tangan nya membuka dan memakan permen itu dengan santai.

"Gue baru tahu, disini masih bisa nerima murid. Maksud nya, di lihat dari bentukan nya, dia bukan anak kelas sepuluh." Kata Alice membuka kembali gosip mereka.

Karla melihat Alice memnakan permen dengan santai, dia pun menjadi ingin. Tangan nya merogoh ke dalam paper bag itu, Alice hanya membiarkan nya saja.

"Bisa saja sih, selama data-data mereka lengkap dan tidak memiliki masalah dari

sekolah lama nya." Timpal Karla sambil membuka bungkus permen nya.

Alice mengangguk paham. Bel telah berbunyi beberapa saat yang lalu tapi kedua orang ini sangat malas untuk naik ke atas.

Dan memilih untuk membuang waktu di bawah sampai OSIS melihat mereka nanti. Tidak lama, salah satu guru perempuan berbalik di ikuti gadis tadi yang ternyata sempat mengganti seragam nya di toilet dalam ruangan guru itu.

Mereka berjalan keluar dari ruang guru dan terhenti ketika melihat Karla dan Alice yang sedang berdiri di depan ruangan sambil berebut sebatang cokelat.

"Bagi dong, punya Lo kan masih banyak, njirr." Ucap Karla tanpa tahu ada guru disana. Alice bersih keras menahan cokelatnya agar tidak hilang di tangan Karla.

"Tapi yang ini cuman satu. Gue juga pengen makan, ah." Balas Alice.

"Ekhem..." Guru itu berdehem keras agar kedua gadis itu berhenti membuat keributan yang tidak jelas di depan ruang guru.

Alice yang memiliki kewaspadaan tinggi terhadap sekitar pun menyadari kehadiran dua orang lain, dia pun melepaskan cokelat itu yang mana hampir saja membuat Karla terjatuh.

"Sialan." Umpat Karla kesal. Alice hanya meliriknya saja dan menatap guru itu. Karla mengikuti arah pandang Alice dan dia terkejut melihat guru yang sedang menatap nya tajam.

"Bahasa kamu Karla, malu sama murid baru disini." Kata guru itu menegur Karla.

Karla menyengir polos. "Eh ada Bu Lilis. Apa kabar Bu? Seharusnya sehat dong, ya, nggak?"

Guru itu menggelengkan kepala nya maklum. Dia beralih ke Alice yang sedang menganga melihat murid baru di samping nya.

"Kamu kenapa Alice?"Tanya nya bingung. Karla pun ikut heran dengan sikap Alice yang terlihat seperti orang idiot.

Dia pun menyenggol gadis itu agar kembali sadar dari kebodohan nya. "Apaan?"Kata Alice kesal pada Karla.

"Jangan buat gue malu, dong. Cukup gue

sama Cakra aja yang lihat ketololan Lo, jangan orang lain." Balas Karla kesal.

Alice mendengus, dia kembali menatap gadis di samping guru nya itu. "Lo yang kemarin itu kan?"Lata nya menunjuk gadis itu dengan penasaran.

Yang lain bingung dengan apa yang di maksud Alice tapi gadis yang di tunjuk oleh Alice tadi tersenyum dan mengangguk.

"Iya, gue Serena. Yang Lo tolong kemarin." Jawab nya sederhana.

Alice menjentikkan jarinya, "Benar, lo pindah sekolah?"Kata Alice heran. Karla hanya memperhatikan kedua orang ini berinteraksi meski dia penasaran, di tidak perduli, fokus nya hanya pada cokelat yang dia makan.

Serena mengangguk sekali lagi, "Iya. Lo

tahu kan, gue sedikit trauma sama teman sekolah gue. Jadi yah, gitu deh."

Alice pun mengangguk paham, dia melirik Karla yang sibuk memakan cokelat rampasan darinya.

Serena ingin mengatakan sesuatu tapi sebelum itu, sebuah suara dingin mengganggu rasa santai Karla

dan Alice.

"Kalian berdua! Kenapa tidak masuk kelas?"

Alice dan Karla bertatapan. Dan mengalihkan pandangannya pada Gama yang baru saja menegur mereka, seperti nya pemuda itu sedangmelakukan patroli. Karla menyenggol Alice,

"Tuh, cowok lo. Gue mau kabur dulu." Ucap Karla mengejek Alice dan setelah nya dia segera melarikan diri meninggalkan Alice yang menjadi tumbal dadakan.

Alice membulat kan mata nya, "Sialan ni bocah, yak!!"Teriak Alice kesal.

Guru perempuan itu, menutup telinganya karena teriakan Alice yang sangat keras.

Serena terkekeh geli melihat itu tapi dia sedikit penasaran dengan perkataan gadis tadi, cowok?

Maksudnya, pemuda tampan yang mendekati Alice itu, adalah kekasih Alice? Sebelum dia kembali bertanya, guru tadi mengatakan kalau dia seharusnya masuk kelas sekarang, terpaksa mereka pun harus kembali melanjutkan perjalanan. Meski, tatapan Serena masih berfokus pada Alice yang sedang beradu mulut dengan pemuda tampan tadi.

"Gue nggak bolos, ya!"Ucap Alice kesal, apa lagi Gama menyita paper bag berisi hadiah nya.

Ingin sekali Alice menangis sedih, dia masih memakan permen dan cokelat nya tadi di ambil oleh Karla.

"Jelas Lo bolos." Kata Gama datar. Alice

cemberut, dia berusaha mengambil paper bag nya dari tangan Gama tapi pemuda itu malah menjauhkan nya dari Alice.

"Gue sita dulu. Nanti, istirahat baru bisa di ambil, Lo balik ke kelas sekarang. Ingat, jangan bolos." Ucap Gama panjang lebar,

menurutnya.

Dia jarang berbicara hanya pada Alice lah

dia menjadi sedikit cerewet. Gadis ini tidak bisa di ajak berbicara dengan satu atau dua kata, dari pada dia pusing menghadapi nya. Lebih baik, dia menjelaskan secara langsung.

"Ishh..punya gue itu." Kata Alice tidak rela di pisahkan dengan para jajanan nya. Gama menggelengkan kepala nya tegas, tidak terlena dengan mata berkaca-kaca Alice.

"Balik sana, cepat." Perintah nya pada gadis itu.

Alice berdecak, dia mengangkat tangan nya seakan-akan ingin mencakar wajah Gama. Pemuda itu hanya diam dan menatap nya dengan datar.

"Jahat." Kata Alice kesal. Gadis itu pun segera berjalan melewati Gama, tentu saja dia sedikit menyenggol tubuh pemuda itu sakin kesalnya. Gama menghela nafas panjang, susah sekali

menghadapi satu gadis seperti Alice.

Untung saja dia memiliki kesabaran yang cukup banyak. Gama pun melanjutkan perjalanan nya, yaitu memeriksa sekolah. Mencari, murid-murid yang bolos dari pelajaran.

Alice mengumpat sepanjang jalan, dia mengata-ngatai Gama dengan segala bahasa kotor nya.

Sampai dimana dia berada di depan pintu kelas, tangan nya membuka pintu dengan santai.

Semua mengalihkan pandangan mereka pada Alice yang baru saja masuk ke kelas dengan sembarangan. Namun tidak ada lagi yang berani memprotes nya, mereka diam dan tutup mulut.

Guru yang mengajar berdecak, "Alice. Jangan bilang kamu bolos lagi?"Tanya nya tidak habis pikir.

Alice tersenyum kering, "Biasa lah Bu." Kata gadis itu serampangan.

Guru itu menggelengkan kepala nya pasrah.

"Ayo duduk, di bangku mu." Suruh nya, Alice pun segera berjalan menuju meja nya.

"Oh iya, kita kedatangan murid baru, dia

duduk bersama kamu ya, nggak ada bangku kosong lagi di kelas." Lanjut guru tadi telat.

Alice sudah keburu duduk dan heran melihat seseorang yang duduk di samping kursi keramat nya.

"Hai, kita ketemu lagi." Ucap Serena, yang ternyata satu kelas dengan Alice. Barangkali karena masih kesal, Alice pun hanya mengangguk tanpa memberi banyak reaksi. Dia segera duduk dan memakai earphone nya dan menelungkup kan kepala tidur di atas nmeja.

Serena sedikit heran dengan tingkah gadis itu, bukannya pelajaran akan di mulai? Kenapa dia malah tidur dengan santainya?

"Jangan heran. Dia udah biasa begitu di kelas." Ucap seorang pemuda yang duduk di depan Alice.

Kebetulan dia tidak sengaja melihat wajah

kebingungan Serena ketika ingin mengambil alat tulis di dalam tas.

Mendengar itu Serena hanya tersenyum tipis dan mengangguk paham. Pemuda itu segera berbalik ke depan. Gadis itu melirik Alice sebentar, sebelum kembali mengikuti pelajaran.

^^

1
Ayu Tanya
lanjut Thor...
Maina_12
next thor, double up donk
Ayu Tanya
ini novel terkeren mnurut ku..
Ayu Tanya
kerennnnn
Maina_12
next thor💪👉
Maina_12
Luar biasa, Alice benar benar susah untuk ditebak
Lippe
up dong thor, kepo banget niih
Airana
Thor lanjut donk
Airana
Bagus banget... ramaikan yok!! seru nih. setiap masuk ke bab berikutnya aku tambah penasaran dan ya begitulah intinya seru dan bagus bangetlah
Nur Anti
bagussss
Nur Anti
sumpah ini bagus bnget..
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah
Cha Sumuk
aneh masa ga ada ingatan dr yg punya tubuh hemmm
Lippe
makin seru/Hey//Hey//Hey/
Wiecipa Wicipha
👍
Jamilah Hidirmanto
/Drool/
Milkaja
Luar biasa
Airana
Luar biasa, bagus
Airana
Ruby salah pilih lawan
Milkaja
Jadi itu adalah dunia novel, aku penasaran lebih ke jodoh nya berry sih di dunia novel itu
Milkaja
Lanjut thor, nggak sabar sama bab berikutnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!