Yuda Laksana adalah seorang anak yang ditemukan oleh Eyang Braja Sedeng didalam sebuah hutan yang angker.
kedua orang tuanya mati terbunuh oleh sekumpulan perampok yang menyerang desa mereka.
Dengan gemblengan ilmu silat dan pukulan sakti menjadikan Yuda Laksana tumbuh menjadi pemuda yang sakti mandraguna dan diwariskan senjata maha dahsyat pedang Naga Bumi dan diberikan nama baru Yuda Edan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Dick, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehamilan Mayangsari
"Mayang...eyang perhatikan hubunganmu dengan Prakoso sudah semakin dekat dan tidak lagi seperti hubungan adik dan kakak seperguruan"ucap Eyang Jimbaran.
Mayang hanya tertunduk dan tidak berani menatap wajah gurunya.
"Bagaimana perasaanmu terhadap Bayu sekarang?"tanya Eyang Jimbaran.
Mayang hanya diam dan tertunduk.
"Masihkah engkau mencintai pemuda itu?"tanya Eyang Jimbaran kembali.
Mayang hanya menganggukkan kepalanya. "Ucapkan dengan perkataan Mayang, eyang tidak suka dengan sikapmu ini!"bentak sang eyang.
Mayang terkaget lalu berkata,"Saya masih mencintai kakang Bayu eyang, hubungan saya dengan kakang Prakoso hanya sebatas adik dan kakak"ujar Mayang. "Mmmmhhhh...benarkah perkataanmu itu Mayang?Apakah hatimu pun mengucapkan hal yang sama dengan mulutmu?"ucap sang eyang getir.
Mayang mulai terisak dan mengeluarkan air mata.
"Baiklah Mayang, eyang hanya mengingatkan kepadamu agar tidak terlalu dekat dengan Prakoso, engkau harus menjaga perasaan Bayu. Eyang tidak akan memaksamu, sekarang kembalilah ke pondokmu dan beristirahatlah"ucap Eyang Jimbaran.
"Baik eyang..."ucap mayang sambil menyeka air mata yang jatuh lalu mencium tangan gurunya dan berlalu dari sana.
Malam harinya saat Mayang sedang tertidur pulas tiba-tiba terdengar ketukan di jendela kamarnya.
Mayang tersadar dari tidurnya dan berkata,"siapa diluar?"tanyanya.
Terdengar jawaban dari luar.
"aku Prakoso...Mayang... bukalah jendelamu Mayang, aku rindu padamu...."ucap Prakoso.
Saat jendela dibuka sesosok wajah tampan terlihat.
Mayang berkata,"pergilah kakang, aku takut ada orang lain yang memergoki kita"ucap mayang dengan perasaan takut.
"Kau jangan takut kekasihku tidak ada orang lain disini semuanya sudah terlelap"ucap prakoso.
"Cepat masuklah kakang jangan sampai ada orang yang tahu"ucap mayang lalu Prakoso masuk dan menutup jendela tersebut dari dalam.
"Mayang....aku rindu padamu...."ujar Prakoso. "Aku juga kakang Prakoso..."balas Mayangsari.
Prakoso lalu memeluk erat tubuh Mayang yang wangi dan mencium bibirnya.
Mayang seperti terbang diperlakukan demikian dan membalas ciuman tersebut. Lidah mereka saling menghisap dengan ganas hanya terdengar erangan dan desahan dari mulut Mayang.
Mayang membiarkan tangan Prakoso melepaskan pakaian yang dikenakannya sampai tidak ada satu kain pun tersisa dari tubuh Mayang.
Tubuh yang mulus dan dada yang menantang membuat hasrat Prakoso semakin berkobar-kobar untuk melangkah lebih jauh. Dia pun melepaskan semua pakaian yang melekat pada tubuhnya sehingga dua anak manusia itupun saling berpaut tanpa satupun pakaian yang melekat pada tubuh mereka dan tanpa rasa malu mereka saling berpelukan dan saling meraba sehingga suasana dikamar itu hanya terdengar erangan dan desahan lirih.
"Kakang aku mau lebih dari ini....."pinta mayang lalu Prakoso mulai membaringkan Mayang diatas tempat tidurnya dan mulai menggagahinya.
Erangan dan desahan kenikmatan terdengar didalam kamar itu dan dari sanalah kejadian tersebut terus berulang hampir setiap malam. Dosa perzinahan itu terus mereka lakukan layaknya suami dan isteri....
*****
"Mayang, eyang perhatikan kau akhir-akhir ini jarang berlatih, apakah engkau sakit, Mayang?"tanya Eyang Jimbaran . "Tidak eyang, Mayang tidak apa-apa hanya saja akhir-akhir ini Mayang sering lelah, eyang". Eyang Jimbaran memperhatikan perubahan pada tubuh muridnya tersebut. "Eyang juga perhatikan akhir-akhir ini kau sering makan yang asam-asam. Apakah tubuhmu sakit, anakku?" Mayang hanya menunduk dan tidak berani menatap wajah gurunya hanya kepalanya yang menggeleng. Eyang Jimbaran memegang pergelangan tangan muridnya dan meraba urat nadi pada tangan tersebut. "Mayang, eyang ingin engkau berkata jujur, eyang selalu mengajarkan untuk mengatakan kebenaran, apakah kau masih ingat ajaran eyang?" Mayang hanya mengangguk dan menundukkan kepalanya. "Apakah engkau sedang hamil, Mayang? Siapa yang telah menghamilimu?" Eyang Jimbaran bertanya.
Bukannya Mayang menjawab perkataan gurunya tapi dia sesunggukkan menangis dan meneteskan air mata.
Mayang berlutut dihadapan gurunya serta berkata,"ampuni aku eyang!"ucap mayang dengan sesenggukan sambil memegang kaki gurunya.
"Mayang sudah khilaf melakukan kesalahan yang fatal dan Mayang mengakui eyang bahwa Mayang sedang hamil"ucapnya sambil menangis sesunggukkan.
Eyang Jimbaran membantu muridnya berdiri.
"Inilah kelemahan kaum perempuan mudah mengeluarkan air mata saat menghadapi persoalan. Siapa yang menghamilimu Mayang? Prakoso?"tanya Eyang Jimbaran.
Mayang mengangguk.
"Apakah engkau sudah memberitahukan hal ini kepadanya untuk meminta pertanggungjawabannya?"tanya sang eyang.
Mayang hanya menggeleng.
"Mayang takut eyang dia tidak mau bertanggung jawab!"ujar Mayang.
Eyang Jimbaran mengelus rambut muridnya lalu berkata, "sekarang kamu istirahat saja kasihan janin diperutmu, biarkan eyang yang menanyakan hal ini kepada Prakoso"ucap sang eyang.
Mayang mengusap matanya dan mencium tangan sang eyang lalu berlalu dari hadapan gurunya.
***
"Prakoso, apakah engkau tahu maksud eyang memanggilmu kesini?"tanya sang eyang.
"Saya tidak berani menebak eyang guru. Apakah saya membuat kesalahan?"tanya Prakoso.
"Prakoso, apakah engkau mencintai Mayang?"ucap Eyang Jimbaran dan dia mengetahui bahwa Mayang diluar mencoba mendengar perkataan mereka tapi dia membiarkannya saja karena memang dia harus mendengarnya.
Mayang mencoba menguping pembicaraan mereka dan hatinya berdebar untuk mengetahui jawaban apa yang akan diberikan Prakoso kepada gurunya.
"Saya dan Mayang hanya sebatas teman, eyang guru, tidak lebih!"tandasnya.
Eyang Jimbaran tetap tenang mendengar jawaban Prakoso sedangkan hati Mayang bergemuruh dengan hawa amarah.
"Apakah engkau sudah tahu bahwa akibat perbuatanmu, sekarang Mayang sudah berbadan dua?"ucap Eyang Jimbaran tetap tenang walaupun hatinya dipenuhi hawa amarah.
Prakoso tidak bereaksi hanya diam.
"Engkau harus bertanggung jawab Prakoso!"ucap Eyang Jimbaran dengan tegas.
Dengan santai Prakoso menjawab guru jagat, "kami melakukannya atas dasar suka sama suka dan sekarang perempuan itu hamil, apakah ini juga salahku?"ucap Prakoso seenak udelnya dan Eyang Jimbaran tidak dapat lagi menahan kesabarannya.
"Dasar murid murtad! Menyesal aku sudah mengijinkanmu berlatih disini" tandas Eyang Jimbaran.
Tanpa disangka-sangka, Prakoso tertawa terbahak-bahak lalu berkata, "dengar orang tua pikun, semuanya sudah aku rencanakan dengan matang, aku datang kesini hanya ingin mengecap kenikmatan tubuh muridmu, tidak lebih dari itu!!!"ucap Prakoso dengan tawa bergelak.
Tangan eyang Jimbaran tiba-tiba melesat dan memukul dadanya sehingga Prakoso terlempar sampai keluar bangunan.
Prakoso mengusap lelehan darah yang merembes keluar dari mulutnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hanya itu sajakah kemampuan yang engkau punya orang tua?"ucap Prakoso dan membuat Eyang Jimbaran kaget pukulan tadi disertai dengan setengah dari tenaga dalamnya yang mampu menghancurkan batu karang dengan sekali pukul tapi sekarang dia melihat kenyataan bahwa pemuda tersebut dapat bangkit kembali tanpa terluka sama sekali dan sedang bertolak pinggang dengan congkaknya.
"Kakang Prakoso....teganya kau lakukan ini kepadaku....setelah aku hamil kau tidak mau bertanggung jawab atas kehamilanku ini"ucap mayang berang.
Murid-murid padepokan yang sedang berlatih dan mendengar keributan tersebut langsung mengurung Prakoso.
Bersambung...
mohon kesabarannya sampai novel ini bisa diapprove oleh pihak NT baru author akan teruskan terima kasih🙏