tag khusus : cinta lansia
“Renata Thomson ?” panggil seorang pria bernama Prima ( 48 tahun ).
Suara yang tak asing dan bahkan sangat lama sekali tak pernah Re dengar tiba – tiba memanggil jelas namanya.
Re menoleh, alangkah terkejutnya ia dengan sosok pria bertubuh tinggi dan atletis itu. Ia tergugu dalam diam. Detik berikutnya ia setengah berlari seolah baru saja melihat hantu.
Setelah 22 tahun dan berumah tangga dengan pria lain, Renata bertemu kembali dengan tunangannya dulu.
Karena Duan sudah bosan dengan kehidupannya bersama Re, pada akhirnya Duan menceraikan Renata.
Lalu apakah Re akan terbuka kembali hatinya untuk seorang Prima ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Mata Mika memerah melihat kelakuan Lucy yang tak beradab itu. Hanya karena dia anak dari orang kaya bisa membuatnya memperlakukan seseorang sesuka hatinya.
Terlihat Yuki menatap nanar padanya. Jika dia menolak maka kecelakaan lah baginya. Ia alihkan pada pandangan Mika. Masih sama, Mika membisu tat kala pancaran Yuki menunjukkan ketidakberdayaan dirinya.
Yuki pun mengalah. Ia perlahan mulai merendah, membungkukkan tubuhnya.
"Hentikan !" tahan Mika dengan suara yang menggelegar membuat Yuki kembali meluruskan tubuhnya, menatap lega. "Kamu tidak bisa lari. Berani berbuat berani bertangung jawab."
"Aku minta maaf." ujar Mika lirih ke arah Lucy.
"Aku tidak mendengar ?" Lucy menajamkan telinganya, ia sengaja ingin bermain - main. "Coba kamu ulangi lebih keras !" tanyanya meledek.
Mika sangat geram, ia tahu telah dipermainkan, harga dirinya tak bisa dipertaruhkan. Dengan berat hati ia mengulangi lagi kalimat maaf itu dengan lantang. "Aku minta maaf !"
"Sepertinya kamu tidak rela mengucapkannya. Berlutut sekarang juga !" Bentak Lucy yang akan menambah penderitaan mental.
"Cepat Mika, berlututlah! Ini demi keselamatan dirimu juga," desak Yuki seolah memohon agar Mika bisa segera terbebas dari jeratan masalah ini.
Tak ada yang mendukungnya, ia pun mematahkan pendirian. Jatuhnya harga diri ini membuat mata Mika merasakan panas dan perlahan menitik. Hatinya teramat sakit. Ia sendirian dan tak kuasa melawan. Ia pun dengan keterpaksaan membungkukkan tubuhnya lalu lebih rendah lagi, duduk dengan lutut sebagai tumpuan.
Lucy bangga dengan prestasi yang ia dapatkan malam ini, puas mengerjai Mika. Ia memberikan tepuk tangan yang keras bahkan beberapa teman lainnya mengabadikan kejadian itu dalam bentuk video.
"Jika kamu berani menentangku, kamu tidak akan selamat lagi dariku. Camkan itu baik - baik." Lucy mengambil minuman dan bergabung dengan teman yang lain meninggalkan Mika yang kini menangis.
Yuki memintanya untuk segera bangun dan melanjutkan bekerja.
Hampir pukul sepuluh, pengunjung semakin ramai tapi Mika harus segera pulang. Ia mulai merapikan penampilan dan beberapa barang ia masukkan ke dalam tas.
Terdengar suara keributan dari luar. Sekelompok polisi menggerebek tempat itu dan menggeledah mereka. Telah ditemukan beberapa barang bukti narkoba.
Mika sendiri yang tengah pergi keluar pun ditahan dan diperiksa. Di dalam tasnya ditemukan sebungkus sabu - sabu. Ia pun diringkus polisi.
Mika bersumpah bahwa dia bukan pengguna dan juga bukan pengedar. Tapi, pijak polisi terus membawanya ke markas.
Yuki tak mengira jika klub malamnya akan berakhir seperti ini. Semua barang miliknya disita dan terpaksa klub malam di tutup.
Yuki kasihan dengan Mika, ia yakin gadis itu jujur. Yuki menghubungi Renata dan menyampaikan kabar.
"Renata, Mika ditangkap polisi."
Renata baru saja selesai membersihkan dapur. Tanpa sengaja ia menjatuhkan gelas yang baru dicuci.
"Astaga, perasaanku jadi tidak enak." Membereskan pecahan gelas lalu membuangnya ke tempat sampah.
Renata melihat jam sudah pukul 10 tapi Mika belum pulang juga, ia menjadi cemas lalu keluar rumah untuk melihat mungkin putrinya sedang perjalanan pulang.
"Mika kemana jam segini belum pulang, semoga tidak terjadi apa - apa padanya." harap Re.
Desy yang belum tidur merasa resah melihat Renata di luar rumah. Ia pun keluar dan mendatanginya.
"Hai, Re, ini sudah malam ! Apa kamu sedang menunggu putrimu yang pasti kini menjadi seorang sugar baby seperti madumu itu." ledeknya dan sangat terdengar pedas di telinga.
Namun, Re mengabaikan ocehan tetangganya yang selalu mengurusinya.
"Atau mungkin, Putrimu itu di bawa pulang om - om."
Merasa jengkel Renata pun mengambil suara. "Jaga mulutmu ! Mentang - mentang aku menyewa rumahmu bukan berarti kamu bebas merendahkan orang lain. Putri ku anak baik - baik dan jangan samakan dengan sugar baby ! Urus saja dirimu yang tak laku itu sebagai perawan tua yang menggerogoti uang orang lain."
Desy mengepalkan tinju sangat geram, "Kurang ajar kamu mengataiku sebagai perawan tua !"
"Memang benar bukan ? Jadi, koreksi dirimu sebelum menilai orang lain. Pergi sana sebelum aku memperolok dirimu lebih banyak lagi." Re tahu jika Desy itu suka mendekati pria kaya untuk dijadikan pacar.
Mendengar keributan, orang - orang sekitar keluar rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Desy akan membalas rasa sakit hatinya dan bergegas masuk ke dalam rumah sebelum Re benar - benar akan membongkar rahasianya.
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetangga.
"Tidak ada, hanya salah paham saja." sahut Re lalu mereka kembali ke dalam rumah setelah yakin memang tidak terjadi apa - apa.
Begitu lama ia menanti namun Mika belum terlihat juga. Renata kembali memasuki rumah dan mendengar ponselnya berdering. Berharap itu dari putrinya yang memberi kabar.
Terlihat sudah 5 kali panggilan masuk dari Yuki bosnya Mika.
Re segera mengangkat panggilan dan menjawabnya.
"Re, ini gawat ! Mika ditahan di kantor polisi." jelas Yuki yang terdengar sangat gugup.
Re mendengar itu sangat shok tak percaya, "Hah, itu tidak mungkin!"
"Segeralah ke sana ! Klub malamku terpaksa harus di tutup."
"Sebenarnya apa yang terjadi ? Mengapa Mika bisa ditangkap polisi ?" Re sangat takut jika terjadi sesuatu yang serius hingga putrinya ditangkap polisi.
"Di dalam tas Mika ditemukan sabu - sabu. Sudah Re, aku harus berkemas." Yuki mengakhiri panggilan secara sepihak.
Re merasakan tubuhnya mati lemas. Bibirnya bergetar begitu pula dengan tangannya. "Mika?" sebutnya di sela suara tangisnya yang kini pecah.
Re bergegas mengambil jaket lalu mengenakannya. Ia pergi setelah mengunci pintu. Dicarinya tukang ojek yang ternyata masih tersisa beberapa di pangkalan.
Re menghampirinya dan meminta tolong untuk diantar ke kantor polisi.
Sesampainya di kantor polisi, Re segera menemui Mika.
"Ibu, Ibu ! Tolong aku, aku takut !" rengek Mika disela isak dan tangisnya. Selama ditahan dan ditanya petugas. Mika hanya menangis dan terus berkata bahwa ia bukan pengedar sabu - sabu.
"Mika, Sayang! Kamu tidak apa - apa kan ? Apa mereka melukaimu ?" Re menangkup wajah putrinya dan mengusap air matanya di pipi.
"Aku tidak apa-apa Ibu. Aku difitnah. Aku tidak melakukan apa pun. Ibu percayakan padaku."
"Kamu adalah putri Ibu. Dan kamu terlahir sebagai anak yang baik, tentu ibu percaya padamu."
"Bebas kan aku dari sini, Ibu. Aku takut !" rengeknya lagi.
"Tenang Mika, Ibu akan bicara dengan polisi. Kamu bertahanlah di sini." Re meninggalkan Mika yang berada di balik jeruji besi.
Re menghampiri petugas polisi untuk bertanya dan sempat terjadi perdebatan serius. Re yakin putrinya tidak bersalah.
"Maaf Nyonya, bukti sudah ada dan kami harus menangkap siapa saja yang terlibat dan itu sudah sesuai prosedur."
Re gagal untuk memohon. Ia menjadi bingung harus mencari bantuan pada siapa. Dan melihat kondisi sudah sangat malam.
selamat membaca dan semoga terhibur!
😘😘😘