cerita sampingan "Beginning and End", cerita dimulai dengan Kei dan Reina, pasangan berusia 19 tahun, yang menghabiskan waktu bersama di taman Grenery. Taman ini dipenuhi dengan pepohonan hijau dan bunga-bunga berwarna cerah, menciptakan suasana yang tenang namun penuh harapan. Momen ini sangat berarti bagi Kei, karena Reina baru saja menerima kabar bahwa dia akan pindah ke Osaka, jauh dari tempat mereka tinggal.
Saat mereka duduk di bangku taman, menikmati keindahan alam dan mengingat kenangan-kenangan indah yang telah mereka bagi, suasana tiba-tiba berubah. Pandangan mereka menjadi gelap, dan mereka dikelilingi oleh cahaya misterius berwarna ungu dan emas. Cahaya ini tampak hidup dan berbicara, membawa pesan yang tidak hanya akan mengubah hidup Kei dan Reina, tetapi juga menguji ikatan persahabatan mereka.
Pesan dari cahaya tersebut mungkin berkisar pada tema perubahan, perpisahan, dan harapan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Zhang Liao dan Chen Gong.
Langit malam dihiasi oleh api yang menjulang tinggi, menjilati langit dengan rakus, menciptakan pemandangan apokaliptik yang mengerikan. Asap hitam membubung tinggi, menghalangi bintang-bintang, dan menyelimuti medan perang dengan aroma jelaga dan kematian. Di bawah cahaya api yang mengerikan, bayangan prajurit berkejaran, saling beradu pedang, tombak, dan panah. Bunyi dentuman, teriakan, dan desingan senjata beradu menciptakan simfoni kematian yang mengerikan. Di tengah kekacauan itu, Kei dan Reina, dengan tekad bulat, bersiap menghadapi Zhang Liao dan Chen Gong.
Kei, tubuhnya dibalut baju besi hitam yang berkilauan, berdiri tegak di atas kuda hitam besar dan kekar yang dihiasi baja emas hitam, memiliki tanduk iblis yang tampak mengerikan. Kuda itu tampak kuat dan perkasa, mencerminkan kekuatan dan keganasan Kei. Dua pedang kegelapan, yang diukir dengan rune-rune kuno, terhunus di tangannya, memancarkan aura dingin dan mematikan. Matanya, yang tersembunyi di balik helmnya yang menutupi sebagian besar wajahnya, berbinar dengan tekad yang tak tergoyahkan.
Reina, dengan keceriaannya yang tak pernah padam, menaiki kuda putih bidadari yang anggun, dengan pelana putih yang besar dan berkilauan. Kuda itu tampak lembut dan anggun, mencerminkan kecantikan dan kelincahan Reina. Rambutnya yang hitam panjang terurai, berkibar-kibar ditiup angin, seakan menari diiringi simfoni kematian yang dimainkan oleh benturan baja. Katananya yang berkilauan, yang memancarkan cahaya emas yang menyilaukan, terhunus di tangannya, siap untuk melepaskan kekuatannya yang mematikan.
"Reina, kau siap?" tanya Kei, suaranya datar dan tanpa emosi, namun penuh otoritas.
"Tentu saja, Kei. Aku akan mengalahkan si penyihir itu," jawab Reina dengan senyum percaya diri, cahaya emas dari katananya berkilauan di tengah kegelapan. "Aku akan membuat pertunjukan yang menarik."
Pertempuran pun dimulai. Zhang Liao, dengan dua kapak besarnya yang berkilauan, menerjang Kei dengan kekuatan penuh. Serangannya dahsyat, menggetarkan tanah, membuat batu-batu di sekitar mereka berhamburan. Wussh! Suara angin berdesir saat kapak Zhang Liao menebas udara. Boom! Suara dentuman keras menggema saat kapak itu mengenai tanah. Thud! Suara tubuh prajurit yang terjatuh ke tanah. Kei, dengan lincahnya, menghindar dan membalas dengan serangan gelombang kejut yang mengguncang udara, membuat tanah bergetar dan menjatuhkan beberapa prajurit yang berdiri di dekatnya. Wussh! Suara angin berdesir saat Kei melepaskan serangan gelombang kejut. Boom! Suara dentuman keras menggema saat serangan itu mengenai tanah. Thud! Suara tubuh prajurit yang terjatuh ke tanah.
"Kau memang kuat, bocah" teriak Zhang Liao, menahan serangan Kei dengan kapaknya, tubuhnya bergetar karena kekuatan serangan Kei. "Tapi kau tak akan bisa mengalahkan kekuatan kapakku"
Kei tak gentar. Ia terus menyerang dengan gelombang kejut yang bertubi-tubi, mencoba mencari celah dalam pertahanan Zhang Liao. Pertempuran sengit itu berlangsung lama, keduanya saling bertukar serangan dengan kekuatan penuh. Setiap kali serangan Kei mengenai kapak Zhang Liao, percikan api beterbangan, Clang! Clang! Clang! dan udara bergemuruh. Wussh! Suara angin berdesir saat Kei melepaskan serangan gelombang kejut. Boom! Suara dentuman keras menggema saat serangan itu mengenai tanah. Thud! Suara tubuh prajurit yang terjatuh ke tanah. Beberapa prajurit yang berada di dekatnya terhempas, terjatuh ke tanah dengan tubuh gemetar.
"Kau hanya akan lelah dengan seranganmu yang sia-sia itu" teriak Zhang Liao, kapaknya berputar dengan cepat, menahan serangan Kei.
"Kau salah, Zhang Liao" Kei berteriak, matanya menyala dengan tekad. "Aku akan mengalahkanmu"
Kei menarik napas dalam-dalam, berkonsentrasi pada kekuatan kegelapan yang mengalir di dalam dirinya. Ia merasakan kekuatan itu mengalir ke kedua pedang kegelapannya, membuat mereka bergetar dengan energi yang mengerikan. Dengan gerakan tiba-tiba, Kei melepaskan serangan gelombang kejut yang lebih kuat dari sebelumnya. Wussh! Suara angin berdesir dengan kekuatan yang luar biasa. Boom! Suara dentuman keras menggema, membuat tanah bergetar hebat. Gelombang kejut yang dilepaskan Kei melesat ke arah Zhang Liao dengan kecepatan yang luar biasa. Gelombang kejut itu berwarna hitam pekat, dihiasi dengan kilatan-kilatan energi kegelapan yang mengerikan. Crackle! Suara energi kegelapan yang berdesis. Zhang Liao, yang tak sempat menghindar, terhempas ke belakang, kapaknya terlepas dari genggamannya, Clang! dan terjatuh ke tanah dengan dentuman keras. Thud! Gelombang kejut itu terus melaju, menghancurkan segalanya yang dilaluinya. Beberapa prajurit yang berada di dekatnya terhempas, terjatuh ke tanah dengan tubuh gemetar. Beberapa dari mereka bahkan terbakar karena kekuatan gelombang kejut itu.
Zhang Liao terjatuh, tak berdaya, tubuhnya gemetar karena kekuatan serangan Kei. Ia menatap Kei dengan tak percaya, matanya terbelalak karena rasa takut.
"K-kau..." Zhang Liao terengah-engah, matanya terbelalak tak percaya.
"Maaf, Zhang Liao," ucap Kei dengan nada menyesal. "Tapi ini adalah pertempuran, dan aku harus menang."
Sementara itu, Reina, dengan keceriaannya yang tak pernah padam, menghadapi Chen Gong yang panik. Chen Gong, dengan magisnya, memanggil prajurit bayangan yang menyerbu Reina dengan ganas. Bayangan-bayangan itu, dengan mata merah menyala, bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, menebas dengan pedang-pedang mereka yang tajam. Swish! Swish! Swish! Suara pedang bayangan yang menebas udara. Namun, Reina dengan kecepatannya yang luar biasa, berkelit dengan mudah dari serangan prajurit bayangan itu. Tubuhnya bergerak dengan cepat dan lincah, seperti angin yang berputar-putar. Swish! Suara katana Reina yang membelah udara.
"Kau tak akan bisa menangkapku, penyihir" Reina mengejek, tubuhnya bergerak dengan cepat, mendekati Chen Gong.
"B-berhenti" teriak Chen Gong ketakutan, tubuhnya gemetar. "Aku tak ingin bertarung"
"Terlambat," jawab Reina dingin, pedangnya terhunus. "Kau telah memilih jalan ini."
Reina melancarkan serangan cepat, menebas prajurit bayangan yang mengepung Chen Gong. Setiap tebasan katananya melepaskan cahaya emas yang menyilaukan, membakar tubuh prajurit bayangan itu hingga menjadi abu. Sizzle! Suara daging yang terbakar. Chen Gong, terpojok dan ketakutan, tak berdaya menghadapi serangan Reina. Ia mencoba memanggil lebih banyak prajurit bayangan, namun Reina terlalu cepat. Ia bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, menghindar dari serangan prajurit bayangan dan mendekati Chen Gong dengan cepat. Swish! Swish! Swish! Suara katana Reina yang membelah udara.
"T-tolong..." Chen Gong memohon, suaranya bergetar.
"Maaf, Chen Gong," ucap Reina dengan nada datar. "Ini adalah akhirmu."
Reina melancarkan serangan terakhir, menebas Chen Gong hingga tak berdaya. Swish! Chen Gong terjatuh, pingsan, tubuhnya gemetar karena rasa takut.
Zhang Liao dan Chen Gong, kalah dan terluka, mundur dengan tergesa-gesa. Kei dan Reina, berdiri tegak dengan kemenangan, menatap kepergian mereka. Di sekitar mereka, medan perang masih dipenuhi asap dan kobaran api, sisa-sisa pertempuran yang sengit. Wussh! Suara angin yang berdesir membawa aroma jelaga dan kematian. Crackle! Suara api yang berkobar. Thud! Suara tubuh prajurit yang jatuh ke tanah.
"Kita menang, Reina," ucap Kei, tersenyum tipis. "Namun, ini baru permulaan."
"Ya, Kei," jawab Reina, mengangguk. "Kita menang. Dan kita akan terus menang."
Kemenangan ini merupakan bukti kekuatan dan kerja sama antara Kei dan Reina. Mereka telah membuktikan bahwa dengan strategi yang tepat dan tekad yang kuat, mereka mampu mengalahkan musuh yang lebih kuat dari mereka. Namun, mereka tahu bahwa pertempuran ini baru permulaan. Pertempuran yang lebih besar masih menanti mereka di depan. Pertempuran yang akan menentukan nasib dunia.