Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sembilan Belas
Setelah menyiapkan makan malam untuk suaminya, Dinda lalu membersihkan tubuhnya. Setelah mandi, dia mendengar gawainya berdering. Ada nama Vina tertera di layar.
Dinda ragu untuk mengangkat atau membiarkan saja. Kemarin saat dia menghilang dari villa, sahabatnya itu terus saja menghubungi dan bertanya alasannya pergi. Untung dia percaya saat Dinda mengatakan jika dia pergi ke rumah sakit karena kepala yang makin terasa sakit.
Setelah beberapa kali terdengar panggilan barulah Dinda mengangkatnya. Dia tak mungkin membiarkan sahabatnya berpikir yang bukan-bukan.
"Dinda, aku mau ketemu. Jika kamu tak datang, aku mau mati saja!" seru Vina dengan suara serak.
"Kamu kenapa, Vin?" tanya Dinda agak kuatir setelah mendengar suara Vina yang serak.
"Temani aku, Dinda. Aku butuh tempat cerita. Hanya kamu teman dekatku," ucap Vina lagi.
"Baiklah, kita ketemu di tempat biasa. Aku siap-siap dulu," jawab Dinda. Setelah itu sambungan telepon pun ditutup.
Dinda melihat ke atas meja. Hidangan makan malam mereka telah tersedia. Padahal tadinya dia ingin makan berdua suaminya untuk mengurangi ketegangan yang terjadi antara mereka berdua karena kejadian di villa waktu itu.
Saat Dinda ingin menghubungi Alvaro, pintu apartemen terbuka. Dia melihat suaminya pulang dengan membawa sesuatu.
"Kamu mau kemana, Sayang?" tanya Alvaro, melihat istrinya sudah rapi.
"Om, Vina minta ketemuan. Dia bilang ingin bertemu dan ingin bercerita," jawab Dinda.
"Boleh saja, tapi sebelum kamu pergi dengarkan aku bicara dulu," ucap Alvaro.
Dia mengajak istrinya untuk duduk di sofa. Dia ingin membuat Dinda jangan ragu dengan pernikahan mereka.
"Tadi aku bertemu Vina. Aku sudah mengatakan tentang perpisahan aku dan maminya. Seperti dugaanku, dia tak terima. Aku yakin dia pasti ingin cerita ini denganmu. Jadi apa pun yang Vina katakan dan ancaman apa pun yang dia bilang untukmu, jangan kamu dengar. Dia harus mengerti, jika tak semua yang dia inginkan harus terwujud. Seharusnya dia paham, jika kami memaksa bersama, itu akan lebih buruk karena kami terpaksa bersama walau tak ada kebahagiaan lagi," ucap Alvaro.
Dinda hanya diam mendengar suaminya bicara. Terus terang dia juga tak tahu harus bicara apa saat nanti Vina mengatakan tentang perceraian kedua orang tuanya. Walau pun dia hadir setelah kisruh rumah tangga Daddy dan maminya, pastilah nanti dia tetap disalahkan sebagai orang ketiga. Tak akan ada yang mau mendengar alasannya.
"Aku harus bagaimana, Om?" tanya Dinda akhirnya.
"Aku tak bisa menyakiti Vina, tapi aku juga tak mau mengecewakan Om. Jadi sebaiknya aku bersikap bagaimana nanti?" Tanya Dinda lagi.
"Kamu cukup dengarkan saja Vina bicara!" seru Alvaro.
"Baiklah, Om. Apa Om sudah makan? Aku sudah menyiapkan makan malam, tapi maaf, aku tak bisa menemani," ucap Dinda.
"Tak apa, kali ini aku makan sendiri. Kamu pergi sebaiknya di antar supir. Takutnya pulang malam," balas Alvaro.
"Terserah Om saja," jawab Dinda.
Sesuai dengan perintah suaminya, Dinda pergi dengan supir. Dia meminta supir itu turunkan dirinya sedikit jauh dari halaman kafe tempat dia janjian bertemu dengan Vina.
Dinda berjalan dengan langkah pasti masuk ke kafe. Setelah dia pikirkan lagi, kenapa dia harus memilih berpisah dari suaminya. Pernikahan yang mereka lakukan sah secara agama dan negara. Lagi pula, jika dia memilih membatalkan pernikahannya, belum tentu akan dapat pria sebaik Alvaro.
Dinda melihat sahabatnya itu telah menunggu di meja dekat jendela. Sepertinya dia sibuk dengan gawainya sehingga tak melihat kehadiran gadis itu. Dia mendekati Vina dan mengejutkannya.
"Melamun aja ...!" seru Dinda sambil menyentuh bahu sahabatnya.
"Dinda ... aku kira siapa? Duduklah!" seru Vina.
Dinda memilih duduk di hadapan gadis itu, biasanya dia akan duduk di samping Vina. Hal itu membuat sahabatnya sedikit heran.
"Aku telah pesan makanan. Maaf, aku tak bertanya dulu sebelum memesan. Aku yakin makanan yang aku pesan itu adalah kesukaan kamu!" seru Vina.
"Tak apa, Vin. Aku ini pemakan segalanya," jawab Dinda.
Keduanya terdiam sesaat karena pelayan mengantar makanan. Setelah itu barulah Vina mulai bicara.
"Dinda, aku saat ini merasa hancur dan malu. Ternyata perayaan anniversary pernikahan orang tuaku kemarin hanyalah sandiwara," ucap Vina dengan suara sendu.
"Sandiwara? Apa maksudnya?" Dinda bertanya seolah dia tak tahu apa-apa.
Vina menunduk sesaat. Setelah itu kembali memandangi Dinda. Dia menarik napas sebelum melanjutkan ucapannya.
"Daddy dan mami ku ternyata telah resmi berpisah. Mereka memutuskan perceraian tanpa bertanya pendapatku terlebih dahulu. Mana mami tak bisa dihubungi lagi!" seru Vina.
"Mungkin saja mereka berpendapat kamu telah dewasa, pasti akan memahami keputusan yang telah disepakati," jawab Dinda.
"Aku merasa diabaikan!" seru Vina.
"Vin, Kadang yang terlihat baik belum tentu baik dan yang terlihat buruk belum tentu buruk. Mungkin ini yang terbaik bagi mereka. Sebagai anak kita hanya bisa menerima!" seru Dinda.
Mendengar ucapan sahabatnya itu, Vina lalu memandanginya. Dia merasa ada yang berbeda dari sikap Dinda. Kenapa dia merasa gadis itu menyetujui perpisahan kedua orang tuanya.
Menyadari Vina memandangi dirinya tanpa kedip, Dinda balas dengan tersenyum. Dia tak mau sahabatnya itu.curiga.
"Maaf, Vin. Bukannya aku menyetujui perpisahan kedua orang tuamu. Aku hanya mencoba memandangi dari sisi mereka. Bukankah kamu pernah mengatakan jika mereka sudah tak akur lagi. Dengan perpisahan ini kedua orang tuamu bisa mencari kebahagiaan masing-masing," ujar Dinda.
"Tapi kenapa baru sekarang Daddy memutuskan berpisah setelah sekian lama tak harmonis dengan mami. Aku yakin ada yang Daddy sembunyikan sehingga dia baru memutuskan bercerai. Padahal aku pikir mereka akan memperbaiki hubungan ini," balas Vina.
"Maksudnya ...?" tanya Dinda.
"Aku yakin Daddy ada wanita lain. Dan pasti dia yang meminta Daddy bercerai. Aku mau kamu membantu mencari tau siapa wanita yang telah mempengaruhi Daddy itu," pinta Vina.
Mendengar permintaan sahabatnya itu, tentu saja Dinda terkejut. Dia meminta mencari tahu tentang wanita lain di hidup Daddy nya, padahal wanita itu dirinya sendiri.
.
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...