Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.
Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.19. Pindah Markas
Sinar Sang Surya mulai menyeruak perlahan meninggi di ufuk Timur. Kicauan burung dari berbagai nama dan jenis, seperti pagi-pagi sebelumnya seperti riang bernyanyi menyambut datangnya pagi. Semilir angin yang terasa sejuk dan segar seolah satu irama dengan goyangan dedaunan di pagi itu.
Masyarakat di pedesaan nampak sudah memulai aktifitas hariannya. mulai dari mencangkul di ladang, menyiangi rumput yang rimbun di bawah pematang sawah. Ada juga yang sedang duduk-duduk di saung sawah sambil menarik tali yang terhubung dengan orang-orangan sawah, untuk mengusir rombongan burung pipit yang mulai memakan padi para petani yang mulai berbuah.
Sebelah Selatan di pinggiran kampung yang berdekatan dengan pesawahan tersebut. Nampak sebuah bangunan rumah tua yang jarak nya sedikit terpencil dari rumah-rumah warga yang lainnya.
Bangunan rumah itu adalah milik Si Gendut Ireng yang sekaligus dijadikan markas nya selama ini.
Pagi itu, Gendut Ireng dan Si Codet baru terbangun dari tidurnya. Keduanya baru datang kira-kira pukul 5 pagi, setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang karena perjalanan memutar melalui area perbukitan, pesawahan dan juga hutan. Padahal, kalau melalui jalan biasa, paling ditempuh satu sampai dua jam dari Desa Lemburasri. Desa yang semalem dipakai menjalankan aksinya di rumah Juragan Basri.
"Bagaimana Bos, rencana kita hari ini?" Terdengar Si Codet bertanya pada Si Gendut Ireng yang keduanya sama-sama sedang menikmati secangkir kopi panas yang baru saja Si Codet sediakan dan juga hisapan asap dari sigaret kreteknya yang seperti kereta api sedang jalan. Tak henti-hentinya dengan timbulan asapnya.
Mendengar Si Codet bertanya, Si Gendut Ireng tidak langsung menjawabnya. Roko yang hampir jadi puntung itu, Ia benamkan pada asbak yang sudah penuh dengan puntung-puntung yang lain. Diseruputnya kopi hitam dengan ditiup-tiup terlebih dahulu. Setelah menyeruput kopinya, kemudian Ia mengambil lagi batang rokok dibungkusnya. Rupanya tinggal batang terakhir, si Gendut Ireng langsung meremas bungkus rokok tersebut lalu membuangnya dengan sembarang. Bibirnya sudah menggapit batang sigaret kretek. Kemudian mulai menyulutnya dengan puntung rokok yang masih tersisa apinya.
"Rencana Gue hari ini, Gue akan ke kota, mau menjual hasil kerja semalem. Kita harus bisa menjual secepatnya agar bisa jadi duit. Lu mau ikut, apa nitip saja, biar Gue yang menjualnya sekalian?" Ki Gendut Ireng menjawab pertanyaan Si Codet dan nanya balik mau ikut tidak nya pergi ke kota.
"Hmmm...ikut lah, Bos. Aku juga ingin sambil jalan-jalan juga di kota, kita poya-poya dan seperti biasa, kita minum-minum di sana du temani wanita-wanita seksi dan bohay. Dan langsung kita pakai. Hahahah. Iya nggak. Bos?"
"Naaah ini baru anak buah Gue. Nggak seperti bocah ingusan yang tak berguna itu. Nyesel Gue, semalem ngajak-ngajak Dia." Ucap Ki Gendut Ireng bersungut. Wajahnya langsung ditekuk ketika membicarakan seseorang, siapa lagi kalau bukan membahas Anan.
"Iya sih, Bos. Tapi setidaknya si Suranan itu telah memberi info, letak keberadaan rumah Juragan Basri." Si Codet sedikit menimpali.
"O iya, Bos, apa perlu kita selidiki lagi tentang anak itu, apa sudah mati kehabisan nafas atau mati dibakar hidup-hidup oleh warga.?"
"Kalau menurut Gue sih, perlu kita selidiki. Firasat Gue mengatakan Si Suranan ditangkap warga. Ada kemungkinan dibawa pada yang berwajib. Makanya, kita harus segera meninggalkan tempat ini."
"Aku juga sepemikiran dengan mu, Bos. Bagaimana kalau sebelum ke kota, Kita mampir dulu ke Kampung itu, atau ke kampung sebelahnya biasanya warganya mudah mendengar dengan kejadian semalem. Kalau di kampung mah apa-apa cepat tersebar kan. Apalagi yang sifatnya aib seseorang, waaaah..informasinya secepat kereta api tercepat di China, Iya nggak. Bos..?" Cerocos Si Codet yang tak tentu arah.
"Apanya yang iya apanya yang nggak. Hah ?" Tanya Ki Gendut Ireng malah menyeringai Si Codet.
"Maksudnya apa, Bos?" Si Codet makin tak mengerti.
"Haduuuh..deet deeet.. Untung Gue lagi menikmati kopi jadi seger deh otak Gue. Kalau nggak, pala Lu jadi sasaran ini nih. Hmmm. Lu lihat?" Ucap Si Gendut Ireng sambil menekuk tangan kanan nya yang langsung dikepalkan. Si Codet hanya terkekeh.
"Maksud Gue, kenapa Lu sangkut-sangkutin dengan kereta di China. Apa ada hubungannya? Bikin kepalaku kambuh lagi migrain nya.!" Ki Gendut Ireng berkata lagi pada Si Codet.
"Sudah lah Bos, lupakan saja. Mending kita bahas kapan kita mulai berangkat?" Si Codet menimpali dengan menepis tangan kirinya ke depan wajahnya.
Ki Gendut Ireng pun tak berkepanjangan, lagi pula Dia juga mengerti sekali dengan apa yang diutarakan Si Codet tadi. Cuman Ia hanya ingin iseng dan canda semata. Apalagi hati nya saat ini sedang berbahagia karena akan menjual perhiasan hasil curiannya semalam. Yang tentunya dalam waktu dekat Dia akan bersenang-senang dengan menegak beberapa botol beralkohol serta akan dilayani dengan cewek-cewek cantik dan seksi yang sekaligus akan memuaskan hasrat birahi setan nya.
"Kalau Lu sudah siap, ayo Kita berangkat. Jangan lupa membawa salin buat ganti pakaian Kita nanti. Dan juga selalu bawa pakaian dinas kerja kita. Jadilah orang yang selalu memanfaatkan situasi dan kondisi jangan berhenti untuk tetap beraksi." Kata Si Gendut Ireng, disambung dengan kata-kata yang dianggap bijak segala.
"Ooowhh keren juga nih kata-kata hari ini dari Bos. Hahaha.. Seperti sang motivator saja."Si Codet sedikit memuji. Kemudian keduanya keluar dari rumah tersebut. Si Gendut Ireng pun tidak lupa untuk mengunci pintu dari luar. Ki Gendut Ireng dan Si Codet kemudian berjalan ke arah Barat menuju jalan besar yang nantinya setelah melewati dua pertigaan, kalau belok kiri ke arah Lemburasri, dan kalau Lurus ke arah kota yang rencananya Ki Gendut Ireng dan Si Codet akan kesana mungkin dalam beberapa hari untuk menghindari kejaran dari pihak yang berwajib. Dari hasil laporan Anan yang berhasil ketangkap warga. Dan kini masih menjalani proses pemeriksaan.
Tak berselang lama, Ki Gendut Ireng dan Ki Gendut Ireng sudah sampai di pertigaan jalan yang kalau ke kiri berarti menuju ke Lemburasri. Kebetulan sekali, di sekitar pertigaan tersebut berderet beberapa warung kopi dan jajanan. Ki Gendut Ireng dan Si Codet sengaja mampir dulu di Warung Kopi yang paling sudut di antara deretan-deretan warung. Seandainya ada Anan yang melihatnya, pasti Ki Gendut Ireng dan Si Codet akan mudah ditangkap warga. Tapi yang membuat Ki Gendut Ireng dan Si Codet tenang, selama melakukan aksinya selalu menutup wajahnya. Bahkan kalau siang hari, baik Ki Gendut Ireng atau Si Codet selalu menjelma tak ubahnya orang-orang biasa. Bahkan baik itu Si Codet maupun Ki Gendut Ireng selalu menampakkan wajah kalemnya serta sosok orang yang suka berkelakar kalau sedang berbicara dengan siapapun. Lagi pula, ternyata nama Gendut ireng dan Codet hanya dipakai ketika mereka berdua atau ketika mulai menjalankan aksinya. Sedangkan nama Ki Gendut Ireng dan Si Codet kalau di siang hari, lebih dikenal dengan panggilan Bang Kadar dan Kang Raskim.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩ...
harta paling indah itu isteri sholehah
aku rindu komen sampeyan.
author baik... aku suka. hehehe