Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DITOLAK
Setelah pertemuan pertama, Zee dan Reynald di halte bus siang itu. Hari ini, Reynald kembali mengikuti Zee saat keluar dari gerbang kampus. Kali ini Zee sendirian di halte. Dengan langkah penuh percaya diri, Reynald menghampiri gadis itu.
"Hai...Zee!" Sapa Reynald, sembari memamerkan senyumnya yang menawan.
Merasa namanya disebut, Zee menoleh kearah sumber suara.
"Eh...hai Rey..!" Zee sedikit gugup, jantungnya berdegup dengan kencang, saat pria tampan itu sudah berada tepat di hadapannya.
"Hana mana, dia belum pulang?" Tanya Reynald berbasa -basi, saat Rey tidak melihat Hana bersama Zee.
"Belum, mungkin masih ada mata kuliah,yang belum selesai," Jawab Zee, mengatur nafasnya.
Reynald diam sejenak, sementara Zee tampak menahan nafas karena gugup berada begitu dekat dengan seorang Playboy seperti Reynald.
Dia bertanya-tanya dalam hati, untuk apa seorang Reynald Wilson mendekatinya? Karena selama ini, tidak ada satupun cowok yang mau mendekatinya. Baik cowok biasa, maupun cowok yang selevel dengan Reynald.
Tentu saja karena penampilan Zee yang terlihat sangat konservatif.
"Zee, boleh aku antar pulang, kebetulan kita searah kan?"
"Maaf Rey, ... tidak usah, terimakasih, ... aku tidak mau merepotkan!" Zee menolak dengan halus.
"Tidak merepotkan sama sekali, ayolah!"
"Tidak usah, sekali lagi maaf, kamu duluan saja, aku mau nungguin Hana sebentar lagi."
"Kalau begitu, aku temani disini, sampai Hana datang." Reynald duduk disamping Zee, dibangku halte.
Zee merasa risih dan menggeser duduknya agak menjauh dari Reynald. Beberapa pasang mata mahasiswi yang berlalu lalang, menatap Zevanya sinis.
Jantungnya berdetak lebih kencang, apalagi saat mencium aroma maskulin dari tubuh laki laki itu, membuat Zee terbuai sesaat.
Zee mencoba mengatur nafasnya perlahan, dia tidak mau Reynald melihatnya salah tingkah. Setelah beberapa saat saling diam, Zee memutuskan untuk pergi.
"Sepertinya Hana akan lama, aku pulang duluan saja." Zee hendak berdiri meninggalkan Reynald, namun laki-laki itu menahan tangan Zee.
Zee merasa kaget, spontan menarik tangannya dari pegangan Reynald. Jujur Zevanya belum pernah bersentuhan dengan seorang laki-laki. Apalagi dengan pria tampan seperti Reynald. Wajah Zee tampak memerah.
"Lepaskan Mr. Wilson, anda sangat tidak sopan!" Zee berteriak marah.
"Maaf, nona Zee, aku hanya ingin berteman denganmu, tidak ada salahnya kan?" Reynald kembali memegang tangan wanita itu. Kali ini pegangannya cukup kuat. Zevanya menarik kembali tangannya, namun Reynald menahannya.
"Memang tidak ada yang salah, Mr. Wilson, tapi aku tidak mau berurusan dengan orang kaya seperti anda." Ucap Zee sarkas.
"Memangnya, aku seperti apa?" Tanya Reynald bingung.
Rey menatap mata gadis itu, yang tampak merah dibalik kacamata tebalnya.
Zee mencoba membalas tatapan mata Reynald dengan tajam, dia merasa tidak nyaman berduaan dengan Reynald, apalagi berada ditempat umum. Siapa saja bisa melihat mereka, dan Zee tidak mau nantinya timbul gosip yang malah akan membuat nya bermasalah dengan penggemar berat seorang Reynald.
"Orang kaya seperti anda, hanya akan menjadikan orang seperti ku sebagai mainan, bukan? Setelah mendapatkan apa yang kau inginkan, apa yang akan kau lakukan? ... kau akan mencampakkan aku seperti sampah. Ku pastikan kalau anda sedang taruhan dengan teman-teman anda, dan target kalian adalah aku." Zee langsung menebak, dan tepat sasaran.
Zee menarik nafasnya kasar, dia juga merasa bingung, dari mana keberanian untuk melawan pria itu datang.
Reynald terdiam, 'apakah gadis ini cenayang, bagaimana bisa dia tahu rencanaku, sial!" gerutu Reynald dalam hati.
"Oh, ternyata aku benar! Maaf Mr. Wilson, kali ini anda salah sasaran." Zee tersenyum mengejek.
Tak lama, Zevanya pun berlalu dari hadapan Reynald. Dan segera masuk ke dalam bis yang kebetulan lewat. Meninggalkan Reynald yang tampak bengong.
"Gadis sombong! Belum tahu dia siapa Reynald Wilson. Ku pastikan kau akan bertekuk lutut di hadapanku." Reynald merasa geram.
Belum ada seorang wanita pun yang berani menolak pesona seorang Reynald, namun kali ini dia ditolak oleh seorang gadis cupu yang tentu saja tidak selevel dengannya. Dan penolakan Zevanya Meghan, sangat menginjak harga dirinya.
Reynald meninggalkan tempat itu dan masuk kedalam mobil dengan perasaan kecewa dan merasa terhina.
*****"
Zevanya baru saja sampai di apartemennya yang tidak begitu luas, hanya ada dua kamar yang didalamnya terdapat satu buah ranjang kecil. Dan kamar satunya lagi adalah kamar Hana, mereka menyewa apartemen bersama, untuk mengurangi biaya sewa.
Zevanya baru saja selesai mandi dan berpakaian. Kemudian bersiap-siap untuk pergi ke cafe tempat dia bekerja paruh waktu, dari sore hingga malam hari.
Tak lama berselang, Hana pun tiba di Apartemen mereka.
"Zee....! kamu kok nggak nungguin aku,sih? Hana duduk di sofa sambil memanyunkan bibirnya. Pura-pura merajuk.
"Sorry Hana, ...aku minta maaf, bukannya aku tidak mau nungguin, tadi Playboy kampus itu menggangguku di halte," jawab Zee ketus.
"Reynald... ?" Seru Hana
"Iya, Siapa lagi."
"Terus, Kamu pulang diantar dia?" Tebak Hana.
"Ya enggaklah.... Aku tidak mau jadi korbannya." Zee mengangkat kedua bahunya.
"Ya Ampun, Zee," kamu nolak seorang Reynald Wilson?" Hana tampak merasa tidak percaya. Menatap Zee dengan horor.
"Hah... Paling dia hanya sekedar main-main, dengan orang seperti kita, Hana. Setelah bosan, kita pasti dibuang seperti sampah."
"Kalau aku jadi kamu, ...aku akan memanfaatkan kesempatan itu dengan baik, Zee. Bersenang-senang sebentar, tak masalah, kan? Setelah itu, kamu kan pulang ke Australia, jadi hubungan kalian juga berhenti dengan sendirinya," kata Hana tersenyum menggoda.
"Aku bukan tipe cewek, seperti itu," kata Zee
Kemudian, sambil memperbaiki letak kacamatanya.
"Ayolah Zee, kapan lagi kamu bisa dekat sama cowok kaya raya, tampan lagi, ...kalau kamu senang, aku juga ikut senang." Hana meraih tangan Zee dan mengangkatnya kedepan dadanya.
"Sudahlah, Han... Aku malas meladeninya, aku berangkat kerja dulu, Han..." Zee mengabaikan kata-kata Hana.
"Ok, hati hati ya!" Kata Hana, sampai Zee menghilang dibalik pintu.
"Bodoh," umpat Hana kesal.
******
Sementara itu di Cafe star blue, Gengnya Reynald sudah berkumpul diruang VIP.
"Bagaimana Rey? Sudah berhasil dekat sama tu cewek?" Tanya Abraham.
Reynald menggeleng, "Dia menolak." Reynald tersenyum miring.
"Apa? Seorang Reynald ditolak, bahkan belum 1 kali 24 jam." Axel tertawa lepas, diikuti Abraham dan Daniel.
"Aku jadi penasaran, seperti apa sih orangnya? Sok jual mahal sekali!" Seru Daniel.
"Dia tahu, kalau dia kita jadikan target untuk taruhan..." Kata Reynald lagi.
"Secepat itu...?" Sela Abraham tak percaya.
Reynald mengangguk, pria itu menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa sambil meminum Sodanya sampai tandas.
"Terus, kamu nyerah, Rey?" Tanya Axel
"Tentu saja tidak, aku pastikan dia yang akan datang sendirinya di hadapanku." Ucap Reynald angkuh.
Mereka terdiam sejenak, saat mendengar pintu diketuk dari luar, seorang pelayan masuk, mengantar makanan pesanan mereka.
Reynald yang sedang menunduk, melihat pelayan itu dari bawah hingga keatas. Lekuk tubuh yang ideal dan tinggi bak model papan atas, seorang wanita berpakaian seragam cafe, rok hitam ketat dan kemeja putih yang sangat pas dengan body nya, rambut panjang yang di Cepol, dibiarkan jatuh dipundak kirinya.
"Pesanannya anda datang, Tuan- tuan! Silahkan dinikmati!" Ucap pelayan itu sopan.
Reynald kaget mendengar suara yang sangat familiar di telinganya, suara yang tadi siang begitu keras menolaknya.
Dia adalah Zevanya. Zee tak sengaja menoleh kearah Reynald, jantungnya berdegup kencang, saat pandangan keduanya saling mengunci.
Zee tak bicara sepatah kata pun, dia kemudian segera meninggalkan ruangan itu, dengan perasaan tidak menentu.
Reynald masih dalam mode bingungnya.
"Kenapa, Rey?" Tanya Axel, melihat Reynald tampak gugup.
"Apa pelayan tadi, kira-kira mendengar obrolan kita?" Tanya Reynald.
"Kenapa memangnya ?" Sahut Daniel
"Pelayan tadi, dia kan orang yang kita bicarakan, Zevanya Meghan." Kata Reynald lagi.
"Hah... Jadi Anak itu bekerja disini, kok aku tidak melihat dia sebelumnya?" Kata Abraham kaget.
"Pantas saja, ...dia tahu rencana kita, kemaren mungkin dia juga yang mengantar pesanan keruangan ini." Kata Axel sambil menyesap minumannya sampai tandas.
"Terus, apa rencana kita selanjutnya ?" Tanya Daniel.
"Kita lihat saja nanti...!" Kata Reynald tersenyum jahat.
Bersambung
Pingin nangis/Sob//Sob/