"Mau gak Lo jadi pacar gue?"
"Gue udah jadi istri Lo kalau Lo lupa"
"Jawab atau gue cium Lo di sini"
UTTARA PRADIPTA ARSENIO putra tunggal seorang konglomerat di jakarta yang pindah ke sekolah baru untuk mengejar cinta pertamanya. Siapa sangka karena sebuah kesalah pahaman dia malah harus menikah dengan FANAYA LOVANIA seorang gadis biasa yang terkenal ambisius dan cerdas. mereka menyembunyikan pernikahannya dengan teman sekolahnya dan berjanji akan berpisah setelah lulus sekolah.
lalu bagaimana perasaan Uttara dengan cinta pertamanya? mengapa di saat melihat Fanaya di dekati pria lain Uttara merasa cemburu. akankah tumbuh rasa cinta di antara keduanya? atau mereka tetap teguh berpisah dan menganggap tidak ada yang terjadi di antara keduanya?
yuk baca lanjutannya gengs di jamin menghibur
happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UCAPAN CINTA DARI REGAN
Masalah rebutan kursi belum selesai, Mutiara tidak mau kalah dia harus mendapatkan kursi Aldo dan duduk bersama Uttara
"Lo kenapa sih Mutiara? Tempat duduk Lo bukan di sini, pergi nggak Lo?"
Mutiara berpegangan pada meja sekuat tenaga, dia tidak akan melepaskan kursi itu pada Aldo
"Uttara, lihat nih cewek Lo! Gue nggak mau tau, usir dia sekarang!" kini Aldo menggoyangkan tubuh Uttara, tapi sayangnya pemuda itu tak mau bangun dan malah pura-pura tidur
Dengan sangat terpaksa Aldo mengangkat kursi bersama Mutiara nya langsung
"Turunin gue!" pekik Mutiara "Aldo Lo mau mati ya?"
"Iya, bunuh gue kalau Lo bisa! Gue lebih baik mati daripada harus pindah tempat duduk!" lama-lama dia muak juga dengan gadis itu
Setelah menurunkan Mutiara, Aldo pun mengambil kursi nya dan kembali di samping Uttara "Sialan tu cewek, gue jadi keringetan gara-gara dia!"
"Gue nggak nyangka tenaga Lo sekuat itu, Do. Keren!" ucap Fanaya sambil memberikan kedua jempolnya
Aldo membusungkan dadanya jumawa "Ya iyalah, percuma gue fitnes tiap hari, kalau cuma ngangkat kursi sama Mutiara aja nggak bisa, Cemen!"
Reina mendelik mendengar kata-kata Aldo "Jangan banyak gaya Do. Gaya bener fitnes tiap hari"
"Lah, emang gue fitnes kok"
"Jangan memfitnah diri sendiri Do. Jangan ngaku-ngaku " Reina nggak mau kalah, dia mual mendengar bualan Aldo
Fanaya terkekeh dia sudah biasa mendengar perdebatan kedua manusia itu. Telinga nya sudah biasa mendengar huru-hara antara Aldo dan Reina.
"Terus aja berdebatnya, gue suka kok dengar kalian berdua berdebat! Kalau bisa sampai pulang sekolah debatnya"
"Lo pilih siapa Nay, gue apa Aldo?" tanya Reina
Aldo tak mau kalah, dia menepis tanga Reina yang menutupi mukanya. "Gue yakin Fanaya pasti pilih gue, iya kan Nay?"
Uttara menggeliat, ia yang tadinya pura-pura tidur akhirnya tertidur beneran, memang mata Uttara nggak bisa di ajak pura-pura
"Berisik Lo Do! Gue lakban mulut Lo lama-lama" ucap Uttara dengan suara khas orang bangun tidur. "Fanaya Lo duduk sama gue, tukeran sama Aldo"
Fanaya mendelik, untuk apa dia bertukar tempat duduk sama Aldo
"Nggak mau, nanti gue kena marah Bu Ita"
"Nggak bakalan nanti gue yang bilang sama Bu Ita. Kalau duduk sama Aldo gue nggak konsen. Bukan makin pintar malah makin bodoh!"
Aldo menoleh pada Uttara dan melototkan matanya. Bukannya takut, Uttara tapi malah tergelak. Menurutnya Aldo yang memiliki mata sedikit sipit itu kelihatan lucu saat melotot
"Oke gue tukeran tempat duduk sama Fanaya, tapi Lo harus tanggung jawab kalau Bu Ita marah" ucap Aldo sambil mengemas buku-bukunya
Uttara mengangguk dan memberikan jempol nya pada Aldo. "Pindah Lo sana!"
"Ya ampun sabar dong.Uttara!"
Fanaya menghela napas lalu ikut mengemas buku-bukunya. Sebenarnya dia malas pindah tempat duduk, apalagi ia pernah di gosipkan pacaran sama Uttara. Dia takut di tuduh yang tidak-tidak lagi dan mengancam beasiswanya
"Rei, gue pindah ya? Nggak apa-apa kan?" Fanaya nggak enak hati sama Reina
"Nggak apa-apa Nay, lagian Lo cuma pindah kursi bukan pindah kelas. Kita masih bisa ngumpi kok" pekik Reina
Fanaya menggelengkan kepalanya, Reina memang ratu gosip di kelas ini
"Gue udah pindah, sekarang Lo harus belajar. Awas tidur lagi, gue pindah tempat duduk sama Reina lagi!" ancam Fanaya, dalam hati dia berharap Uttara tidak mau belajar agar dia bisa pindah sama Reina lagi
Uttara memutar bola matanya "Jangan bawel! Gue sengaja duduk sama Lo biar Mutiara nggak kesini lagi"
"Jadi Lo manfaatin gue? lagian Lo aneh, kenapa malah nggak suka Mutiara? Bukannya kemarin-kemarin Lo ngejar dia? Katanya cinta pertama, kok sama cinta pertama malah kayak gitu?" tanya Fanaya penasaran
"Jangan banyak tanya! Lo harus bantuin gue, gue malas ketemu dia"
Fanaya menghela napas, lalu melihat ke meja Mutiara. Gadis itu tidak ada di sana. Mungkin aja Mutiara kesal dan keluar kelas.
"Uttara" panggil Fanaya pelan. Pemuda itu tidak bergerak, kelihatannya pemuda itu kembali tidur
"Uttara" panggil Fanaya lagi, kali ini dengan suara agak meninggi
"Hmmm..." jawab Uttara akhirnya
"Bangun bentar! Lo kenapa sih tidur Mulu?"
Uttara berdecak. Fanaya mengganggu tidur dan mimpinya
"Apa?"
"Lo kenapa sih ngejauhin Mutiara?'' Fanaya tidak bisa menahan rasa penasarannya. "Kalian berantem? Putus?"
Uttara mendelik dan hampir menoyor kepala Fanaya. Kalau saja dia tidak ingat kalau kepala itu aset berharga milik gadis itu
"Katanya Lo genius, seharusnya Lo tau kenapa gue ngejauhin dia"
"Gue jenius tentang pelajaran bukan jenius tentang ngurusin hidup orang lain!"
"Ya udah, jangan kepo!"
hampir aja Fanaya menjambak rambut Uttara kalau tidak melihat ada guru masuk kelas
"Lo selamat gara-gara ada guru" gumam Fanaya pelan
*
*
Kalau tidak memikirkan statusnya sebagai istri Uttara dan beasiswanya mungkin Fanaya sudah menerima cinta Regan.
Ya hari ini Regan menyatakan rasa sukanya pada Fanaya. Katanya dia sudah lama menyukai Fanaya tapi tidak berani mengungkapkannya
Fanaya yang baru pertama kali di tembak itu pun jadi salah tingkah, apalagi siang ini Regan tampan sekali. Tapi Fanaya masih sadar dengan posisinya. Dia tidak boleh menukar masa depannya dengan pacaran di masa SMA.
Ambisinya untuk menjadi dokter lulusan universitas luar negeri tidak boleh luntur hanya karena ketampanan Regan
"Maaf kak, aku nggak bisa Nerima kakak karena kan sudah tertulis di aturan sekolah kalau kita siswa siswi SMA Garuda nggak boleh pacaran, apalagi siswi beasiswa kayak aku" tolak Fanaya sopan, dia tidak ingin Regan sakit hati karena penolakannya
"Kita bisa backstreet, Nay"
Fanaya menggeleng "Maaf kak. Aku nggak bisa pacaran untuk sekarang ini. Aku cuma siswa beasiswa yang kapan saja bisa di bilang, jadi mohon pengertian kakak"
"Kamu nolak aku bukan karena Uttara kan?" tanya Regan menyelidik
Fanaya mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk "Apa hubungannya sama Uttara, kak?"
"Ya mana tau kamu nolak aku karena sudah pacaran sama Uttara"
Fanaya tertawa, apakah Regan sudah mengetahui hubungannya dengan Uttara? Fanaya memang sempat menebak kalau Regan sudah curiga
"Nggak lah kak, Uttara itu les privat sama aku. Kakak tau sendiri kalau aku ini siswa beasiswa itu artinya itu artinya aku orang yang nggak mampu dan butuh banyak uang untuk biaya hidup. Jadi aku nggak nolak ketika Uttara nawarin biaya les yang fantastis" kilah Fanaya, dia merasa sudah bersandiwara dengan cukup baik. Semoga saja Regan percaya dan menerima alasannya itu
"Itu sebabnya kamu sering ke rumah Uttara?"
Jantung Fanaya seperti akan lepas dari tempatnya. kenapa Regan bisa tau kalau dia pulang ke rumah Uttara? Apakah pemuda yang ada di hadapannya itu menguntitnya?
"Kok kak Regan tau?" tanya Fanaya berusaha tetap tenang. padahal jantungnya berdegup kencang seperti genderang mau perang
"Tau, komplek perumahan aku sebelahan sama komplek perumahan Uttara"
"Ooo.. Pasti kak Regan aneh kenapa aku bisa pulang di jemput mobil mewah? itu semua salah satu fasilitas karena aku jadi guru les privat Uttara. Tapi kita berdua murni sebagai guru les dan murid saja. Nggak lebih dari itu "
Regan mengangguk sepertinya pemuda itu percaya kata-kata Fanaya
"Oke, kalau kamu nggak mau pacaran sekarang aku tunggu kamu selesai sekolah" ucapnya lalu pergi meninggalkan Fanaya
"Selesai sekolah aku jadi janda, memangnya kamu mau?" gumam Fanaya lemah, semoga semua berjalan sesuai harapannya sehingga Fanaya bisa bahagia bersama ibunya.