NovelToon NovelToon
Echoes Of Furry

Echoes Of Furry

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Anak Kembar / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sweety Pearl

Terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan bahkan tanpa kekurangan adalah impian dari seluruh anak yang ada di dunia, sebuah keberuntungan yang didapatkan 5 anak kembar keluarga Jiang.

Keluarganya merupakan pemilik perusahaan besar yang bergerak dalam industri perumahan dan juga perdagangan secara global. Memiliki koneksi dengan beberapa perusahaan besar dan beberapa negara mambuat perusahaan tersebut sangat maju.

Tapi dibalik segala kejayaan perusahaan keluarga Jiang tersebut, banyak rahasia kelam yang terselubung dibaliknya, perlahan satu-persatu rahasia tersebut mulai terkuak saat yang tertua dari Jiang Twins belajar mengambil alih perusahaan.

Sang tertua menelusuri perlahan segala celah rahasia lalu menceritakan semua informasi yang didapatinya kepada keempat kembarannya yang lain. Banyak kejutan-kejutan yang membuat mereka berlima hampir beberapa kali berpisah atau berpencar saat bersama-sama menguak berbagai rahasia tersebut.

tertarik dengan ceritanya? Yuk mampir!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweety Pearl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sosok Asing.

❁ Happy Reading ❁

"Entahlah Changrui, gua ngerasa fokus gua yang berantakkan itu membuat mood gua ikutan jadi kacau," dengan pasrah Qinling mengacak-acak rambutnya gusar.

"Tapi ini sebenarnya gak aneh sih bisa aja kalau lu ...." Changrui dengan sengaja menggantungkan ucapannya.

"Kalau gua apa?" tanya Qinling ketus.

"Bisa aja sebenarnya lu itu naksir sama dia." jawaban singkat tersebut sukses membuat Qinling langsung merasa ingin mengamuk.

"Palak lu cok baru ketemu beberapa menit dan lu bisa-bisanya langsung mikir ke arah sana gak mungkinlah gua bisa naksir tuh orang,"

"Eh santai kita gak tau juga, iyakan? Lu emang baru ketemu sama dia beberapa menit tapi gak membuang kemungkinan kalau fokus lu yang terkacaukan itu karena lu ingin terus-terusan ngeliat dia," kalimat-kalimat yang dilontarkan membuat Qinling ingin mengutuk sepupu terdekatnya itu.

"Kayaknya cerita sama lu kali ini gak membantu banget .... Gua pulang duluan, ntar kalau ada apa-apa lagi gua bakalan chat lu," pria berambut merah tersebut langsung bangkit dari kursinya membawa ponsel dan kunci mobilnya.

"Okelah, tenangin aja dulu diri lu jangan ambil serius dengan ucapan gua, gua hanya asal nyebut." Changrui mendekatinya lalu mengulurkan tos dan Qinling membalasnya sambil mengangguk mendengar ucapannya.

Langsung saja Qinling turun menuju ke lantai dasar tapi saat ingin keluar dia malah bertmeu dengan Jiayi dan Chengsin yang baru saja datang.

"Eh Jiayi." sapanya dengan senyuman tipis.

"Loh lu, ketemu sama Changrui?" Jiayi mengangkat kedua alisnya membalas senyuman Qinling dan mengulurkan tos.

"Ya gitulah curhat dikit, bilangin tuh sama kembaran lu buat cari pasangan biar gak selalu ngaitin gua sama hal percintaan, mungkin aja bukan gua yang butuh pasangan tapi dia." Chengsin terkekeh mendengar ucapan Qinling barusan.

"Lu emangnya ngobrolin apa sama dia?" tanya Jiayi.

"Lu tanya aja sama dia langsung  gua mau segera pulang .... Hai Chengsin." satu tangannya sudah memegang gagang pintu dan menyempatkan menyapa Chengsin sebelum keluar.

"Iya Qinling, hati-hati di jalan pulang." jawab Chengsin tersenyum dengan suara yang masih terdengar gugup, sepertinya perlahan Chengsin sudah terbiasa berinteraksi dengan sepupunya.

"Thanks."

Mobil mewah McLaren tersebut melaju kencang di tengah-tengah jalanan Beijing melewati kerumunan dengan mudahnya, Qinling mengemudikan mobilnya sambil memutar beberapa lagu dari penyanyi Odetari, itu sedikit membuatnya senang karena musiknya yang asik.

Begitu mobilnya masuk ke dalam halaman depan melewati pagar pelengkung suasana sekitarnya terasa sepi, dilihatnya sekeliling apa yang membuatnya terasa kosong dan menyadari kalau mobil Papa dan Mama yang biasanya di parkir di dekat pintu depan tidak ada di sana.

Saat turun dari mobil dan hendak masuk dari luar Qinling mendengar suara kembarannya yang sepertinya sedang adu argumen di dalam.

"Coba aja tenangin dulu diri lu, Daxia. Mungkin itu hanya perasaan lu doang gak ada siapapun yang ada di rumah kita saat ini selain kita berempat," itu suara Fangxi yang terdengar pasrah dan berusaha bersikap tenang.

"Tapi itu kerasa nyata banget Fangxi gua ngerasa banget ada aktivitas orang lain di kamar gua," Daxia menentang ucapan Fangxi dengan nada suaranya yang sedikit tinggi.

"Lu udah ngecek ke sekeliling hingga ke balkon?" suara Wenhua bertanya, Qinling bisa membayangkan wajah dinginnya seorang Wenhua saat bertanya seperti itu.

"Udah dan gak ada siapa-siapa." kali ini suara Daxia terdengar begetar dengan segera barang-barang yang ada di mobilnya langsung diambil semua dan dibawa masuk.

"Hei hei lu pada kenapa?"

Suara pintu terbuka dan pertanyaan darinya membuat mereka berempat berhenti berdebat lalu Daxia langsung mengusap wajahnya berjalan cepat menghampirinya kemudian memeluknya.

"Qinling." suara Daxia terdengar bergetar dan tubuhnya bergetar, adik kembar bungsunya itu menangis.

"Kenapa? Ada apa lu nangis?" Qinling menangkup wajah adiknya yang kemerahan tersebut menatap mata merah Rubynya yang terus-terusan mengeluarkan air mata.

"Daxia bilang ada seseorang yang seperti mengawasi dia di kamar dan orang  tersebut juga sempat beraktivitas juga di kamarnya," jawaban dari Wenhua membuat Qinling menautkan kedua alisnya tidak percaya.

"Lu yakin dengan semua itu?" tanya Qinling lembut sambil mengusap kepala Daxia yang memeluknya erat.

"Yakin banget gua gak mungkin bercanda tentang hal ini .... Ini juga adalah pertama kalinya terjadi dan ini buat gua gak nyaman banget," karena tinggi Daxia yang tepat sedada dengan Qinling dia menjawabnya tanpa memalingkan wajahnya, suaranya masih terdengar bergetar.

"Udah ngecek CCTV?" Qinling melemparkan pandangannya ke arah Fangxi selaku yang tertua.

"Belum, gua takut dikira lancang sama Papa Mama masuk ke kamar mereka sembarangan walaupun kita adalah anak-anak mereka," jawab Fangxi pasrah dan mengulum bibirnya berpikir.

"Sekarang Papa sama Mama kemana?" kali ini pertanyaan Qinling mengarah ke Guotin yang merupakan anak terpercaya kedua setelah Fangxi.

"Keluar bentar, entahlah mungkin ke rumah Paman Ren." Guotin menghela nafas.  

"Kita bisa masuk sebentar aja, cek CCTV yang ada di kamar Daxia langsung kalau memang ada suatu pergerakan atau kedatangan orang asing di kamarnya kita akan menempatkan 1 robot anjing di kamarnya," ide dari Qinling ada benarnya dan mereka mempertimbangkan sebentar.

Fangxi mengangguk pelan lalu menjentikkan jarinya, "Kita bakalan masuk ke kamar Mama sama Papa tapi berjanjilah kita gak bakalan bicarain ini ke mereka,"

Dari tatapan yang dilemparkan Fangxi ke arahnya dengan perlahan ia mengangguk setuju, Guotin dan Wenhua hanya diam tidak ingin memperkeruh suasana. Daxia melepaskan pelukannya di pinggang Qinling lalu berjalan menghampiri Wenhua dan bersandar di bahunya.

Fangxi dan Guotin segera pergi menuju ke kamar utama yang berada di dekat tangga menuju lantai dua, jika dari pintu depan pintu kamar utama tersebut bisa tidak disadari keberadaannya karena tertutup oleh dua tanaman hias di depannya.

Sampai di depan pintu kamar utama Fangxi tidak kunjung membuka gagang pintu tersebut Qinling mengerutkan dahinya terheran. Dalam sekali tarikan nafas dalam Fangxi langsung menarik gagang pintu dan mendorong sebelah pintunya.

Kamar utama yang orang tuanya itu tempati terlihat sangat mewah, dindingnya di cat berwarna putih dominan cream. Banyak pajangan berupa lukisan pemandangan dan vas-vas bunga di semua meja yang ada di sana, dengan perlahan keduanya melangkah masuk langsung berbelok ke pintu yang ada di sebelah kiri.

Itu adalah ruang kerja Papa mereka dan ruang kendali CCTV yang ada di rumah berada di sana, Fangxi menelan salivanya gemetaran melihat ruangan Papa yang seperti ruangan seorang Gamers. Lampu LED strip berwarna biru menempel di pojokan langit-langit kamar sebagai penerangan utama ruangan yang tidak terlalu besar tersebut.

Melihat komputer di atas meja Fangxi langsung duduk di kursi dan menyalakan komputer tersebut, setelah menyala dan layar berandanya sudah muncul Fangxi menggeser-geser mouse memunculkan kursornya.

"Buruan langsung buka aja," Qinling merasa kalau idenya ini bukanlah ide yang bagus dan sekarang dia mulaii merasa takut ketauhuan.

"Mundurin beberapa jam yang lalu aja kali ya?" bagian rekaman CCTV sudah berhasil ditemukan Fangxi.

"Emang kapan kejadiannya?"

"Tadi siang, dia itu mau tidur siang katanya tapi pas udah rebahan dia ngerasa kalau ada orang yang ada di sekitarnya dia," Fangxi langsung memutar rekaman CCTV yang ada di kamar Daxia mundur beberapa menit yang lalu.

"Nah tuh dia masuk kamar tonton aja dulu,"

Dalam rekaman terlihat Daxia yang baru masuk kamar dengan membawa ponsel saat Daxia naik ke kasur Fangxi sedikit mempercepatnya.

"Stop dulu .... Ini dia udah di posisi dia  kebangun coba gerakin kamera ngeliat sekeliling," Qinling menghentikan rekaman berjalan tepat di posisi Daxia yang sudah duduk Fangxi mengarahkan mouse mengendalikan kamera CCTV melihat sekeliling, "Nah tuh eh liat kayak ada bayangan hitam di dekat pintu kamar mandinya,"

Fangxi juga melihat bayangan yang dimaksud Qinling memajukan durasinya sedikit tapi tiba-tiba bayangan tersebut malah menghilang.

"Eh kok ilang?" tanya Qinling memundurkan kepalanya sedikit.

"Itu cok bayangannya keluar lewat pintu balkon cepat banget gerakannya," Fangxi menunjukkan bayangan tersebut ke balkon dengan sangat cepat,"Rekam pakai ponsel lu buruan,"

Qinling mencari ponselnya tersebut merogoh isi saku celananya, "Bentar-bentar ponsel gua mana ya .... Nah cepetan mundurin rekamannya,"

Rekaman tadi dimundurkan beberapa detik hingga bagian awal muncul bayangan dan hilangnya di balkon, "Udah?" tanya Fangxi.

"Udah udah buruan keluar sebelum Mama Papa balik," dengan cepat komputer langsung dimatikan oleh Qinling dan mereka berdua keluar dari kamar utama pergi menemui yang lain di ruang keluarga.

"Gimana?" tanya Wenhua melihat kedatangan Fangxi dan Qinling, Daxia menolehkan kepalanya yang sedan dipijit oleh Guotin.

"Bayangan hitam itu memang ada tapi lebih cocok dibilang siluet hitam, nggak jelas itu manusia atau bukan tapi gak mungkin juga itu adalah hantu." Qinlingmengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan rekaman tersebut ke Wenhua kedua anak yang lainnya tidak ingin melihat.

"Mau ngecek ke kamar gua gak?" tawar Daxia, mereka setuju dan langsung naik ke lantai 2 dan membuka pintu pertama dari arah tangga.

Aroma bunga langsung menusuk penciuman mereka berempat yang memang tidak pernah masuk ke kamar Daxia.

"Buset kamar lu wanginya bunga Mawar merah banget,"  ungkapan dari Guotin membuat Daxia tersenyum merasa sedikit senang.

"Ya itukan memang bunga kelahiran gua." jawabnya sambil mengibaskan rambutnya sekarang perasaan Daxia sudah baik-baik saja.

Fangxi Qinling masuk semakin dalam kamar hingga dekat ke pintu kamar mandi yang berdekatan dengan pintu balkon.

"Bayangan itu pertama terlihat dari kamar mandi terus langsung hilang dan kelihatan lagi di dekat pintu ke balkon," ucap Fangxi mengisyaratkan lokasi keberadaan bayangan hitam tersebut.

"Kita gak mungkin biarin Daxia tidur lagi sendirian, kan?" Wenhua tiba-tiba bertanya saat melihat sekeiling kamar Daxia hingga ke langit-langitnya, "Gini aja, gua bakalan bawa Daxia tidur sama gua ...."

Daxia langsung memotong ucapan dari Weenhua, "Sekamar? 1 tempat tidur gitu?"

"Mau gimana lagi? Kalau lu mau tidur di sofa sih terserah," Wenhua menautkan kedua alisnya lalu mengedikkan kedua bahunya.

"Gak papa, Daxia. Kita adalah kembar dan waktu kecil juga awalnya tidur 1 tempat tidur berlima," Guotin menyakinkannya dengan memegang bahunya.

"Okelah kalau gitu." Daxia mengangguk setuju setelah berpikir sejenak.

"Gua mau ikutan, biar tidur bareng bertiga gitu." Qinling menimpali dengan wajahnya yang sumringah.

"Gila gua rasa nih orang," Daxia sudah tau maksud dari ekspresi Qinling tersebut yang biasanya akan ada ide di luar nalar.

"Udah, paling bener itu gini kita ambil alas karpet yang agak tebal yang ada di gudang kita tidur bareng-bareng berlima di ruang keluarga menghadap ke televisi," angxi mengambil jalan tengah agar ketiga adik bungsunya tersebut tidak tidur sekamar karena tau resikonya.

"Ide bagus, ala-ala camping gitu." Guotin menjentikkan tangan setuju.

"Mama Papa nanya nanti cok mau gimana bohongnya?" Qinling tidak merasa curiga apapun dan langsung setuju dengan ide Fangxi.

"Bilang aja kita lagi pengen tidur bareng-bareng gitu," Guotin menimpali.

"Yaudahlah gua ngikut." Wenhua dan Daxia berucap kompak dan mereka langsung keluar dari kamar si bungsu untuk segera mempersiapkan tempat mereka berlima tidur nanti.

❁ See You In The Next Part ❁

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!