Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19 Persaingan.
Mobil Maura yang berhenti di tempat lokasi pekarangan bunga yang berada di daerah puncak. Lokasi itu merupakan tempat destinasi tanaman bunga dengan berbagai jenis macam bunga yang di eksport ke Luar dan dalam Negri. Tempat itu juga merupakan kunjungan wisata orang-orang yang menyukai bunga dan juga orang- orang yang ingin tahu cara bercocok tanam dan mengelola tanaman bunga.
Entah apa yang membuat Maura tiba-tiba datang ke lokasi tersebut. Apa dia ingin membeli bunga dalam jumlah yang banyak atau dia ingin belajar cara bercocok tanam di sana.
Maura yang memasuki lokasi tersebut dan terlihat banyak orang di sana. Kepala Maura berkeliling melihat di sekitar tanaman yang sangat indah itu dengan susunan jenis-jenis bunga yang tertanam dengan rapi. Maura tidak tahu berapa jenis banyak bunga yang ditanam tumbuh subur di lahan yang luas yang tidak tahu berapa hektar itu.
"Maaf kamu sedang mencari seseorang?" tegur tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang membuat Maura membalikkan tubuhnya.
Wanita sekitar berusia 50 tahunan yang terlihat anggun dan elegan dan juga sangat lembut dari tutur kata yang telah diucapkan saat menyapa Maura dengan tersenyum ramah.
"Oh. Saya Maura, Apa benar ini adalah produksi bunga terbesar di Indonesia?" tanya Maura.
"Iya benar sekali. Saya Indah. Saya pemilik Resort tanaman bunga di sini," jawab wanita itu dengan lembut yang mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Maura.
"Oh saya benar-benar tidak salah ternyata," ucap Maura tersenyum.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Indah.
"Saya ingin melihat-lihat jenis bunga di sini dan juga ingin belajar bagaimana cara membudidayakannya," jawab Maura.
"Boleh mari silahkan," wanita yang sangat ramah yang mempersilahkan Maura dan Maura menganggukkan kepala.
Maura dan Indah yang berjalan-jalan di sekitar tanaman bunga. Maura yang sejak tadi memuji di dalam hati betapa indahnya pandangan mata yang telah diberikan kepadanya untuk melihat hal-hal seperti itu. Dia juga menghirup aroma bunga yang sangat begitu menenangkan
Tiba-tiba mata Maura melihat ke arah satu wanita yang sangat dikenalnya yang tak lain adalah Jinan. Ibu dari Rafa yang sedang membungkuk sedikit dengan menghirup aroma bunga tulip yang sangat indah itu. Maura tersenyum saat melihat Jinan.
Dia memang tahu jika wanita yang akan menjadi Ibu mertuanya itu sangat menyukai bunga tulip.
"Maura saya tinggalkan kamu sebentar ya, kalau ada apa-apa kamu tanyakan saja pada karyawan saya di sini," ucap Indah hendak pamit.
"Baik Tante," sahut Maura dengan tersenyum.
Maura menghela nafas dan melangkahkan kakinya yang menghampiri Jinan.
"Tante Jinan!" tegur Maura membuat Jinan menoleh.
"Tante kita bertemu lagi di sini, Tante apa kabar?" tanya Maura dengan ramah. Jinan tidak menjawab pertanyaan itu dan masih memperhatikan Maura.
"Sangat kebetulan bukan kita bertemu di sini. Apa jangan-jangan Tante menyukai tempat ini dan sering datang ke tempat ini," lanjut Maura yang berusaha untuk membangun obrolan dengan Jinan.
"Kamu mengikuti saya?" tanya Jinan yang membuat senyum di wajah Maura langsung hilang.
"Maksud Tante?" tanya Maura.
"Saya tahu, kamu memiliki hubungan dengan putra saya. Jadi menurut saya pertemuan di toko bunga, kamu mengirim bunga ke rumah saya, dan sekarang kita bertemu di sini adalah trik kamu. Kamu ingin mendapatkan restu dari saya, agar saya memberikan izin kepada kamu untuk menikah dengan anak saya," ucap Jinan yang bicara langsung to the point.
Maura tidak percaya jika calon ibu mertuanya itu sangat pintar dan mengetahui semua apa yang telah direncanakan. Hal itu membuat Maura tidak bisa berkata-kata dan langsung tertunduk malu.
"Jadi benar kamu memang mengikuti saya dan sengaja mendekati saya dengan cara kamu yang seperti itu?" tanya Jinan memastikan sekali lagi.
"Hmmm, Tante dengarkan saya dulu," ucap Maura kamu mencoba untuk menjelaskan.
"Apa yang harus saya dengarkan dari kamu?" tanya Jinan.
"Saya sama sekali tidak bermaksud untuk melakukan kecurangan dalam pendekatan itu. Tetapi saya masuk ke dalam keluarga tante dengan cara saya sendiri," ucap Maura dengan sangat gugup.
"Tante maaf saya lama," tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing bagi Maura membuat Maura menoleh dan ternyata itu adalah Jesslyn. Maura kaget melihat kedatangan Jesslyn dan Jesslyn yang tersenyum menghampiri Maura dan Jinan.
"Maaf Tante saya ke toilet terlalu lama," ucap Jesslyn.
"Its oke tidak masalah," sahut Jinan dengan santai
"Kenapa Jesslyn ada di sini," batin Maura dengan wajah bingung. Bahkan Jesslyn memperlihatkan senyumnya pada Maura. Melihat interaksi dari Jinan dan juga Jesslyn sudah dapat dipastikan jika dua orang itu sedekat.
"Hmmm, Tante ini sudah waktunya untuk makan siang, bagaimana kalau kita makan siang bersama?" ajak Jesslyn dengan ramah.
Jinan tidak menjawab dan tampak berpikir.
"Di dekat sini. Ada Restaurant yang sangat terkenal dengan rekomendasi makanan yang sangat enak-enak. Saya yakin makanan yang akan saya tawarkan akan sangat cocok di lidah Tante," ucap Jesslyn yang berusaha untuk membujuk Jinan.
"Baiklah nanti saya pikirkan! saya ke toilet dulu!" ucap Jinan yang belum memberikan jawaban apa-apa dan langsung pergi.
Jinan meninggalkan dua kakak beradik itu yang sekarang saling melihat dengan Jesslyn yang tersenyum seperti mengejek Maura.
"Kenapa wajah Kakak begitu terkejut. Apa Kakak tidak menyangka jika aku ada di tempat ini dan terlebih dahulu berada di sini dibandingkan Kakak," ucap Jesslyn sinis.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Maura.
Jesslyn melipat kedua tangannya di dadanya dengan mendengus tersenyum sinis.
"Aku baru saja mengatakan kepada Tante Jinan. Jika Kakak merebut pasanganku. Kakak mengajaknya untuk tidur di Hotel dan aku juga mengatakan kepada dia. Jika Kakak anak yang sangat durhaka yang melawan orang tua yang tidak mendengarkan apa kata orang tua. Kakak hanya memanfaatkan kak Rafa dan ingin masuk kedalam keluarga mereka dengan rencana murahan seperti yang sudah Kakak lakukan," jawab Jesslyn dengan tersenyum penuh kemenangan.
"Kau mengatakan murahan. Lalu apa yang kau lakukan hah! Kau sendiri yang tiba-tiba berada di sini dan mengatakan yang tidak tidak kepada tante Jinan mengenai aku," sahut Maura.
"Kak Maura jangan salah paham dulu. Aku sudah biasa ke tempat ini. Jadi aku sama sekali tidak punya rencana untuk datang ke tempat ini karena ada tante Jinan di sini dan jika tidak percaya tanya saja kepada pemilik Resort ini jika aku pengunjung tetap di tempat ini. Lagi pula aku dan tante Jinan sudah sangat begitu akrab dan kakak bisa lihat sendiri bagaimana kami berdua berbicara tadi," ucap Jesslyn yang menyombongkan diri.
Maura mendengus kasar mendengar jawaban Jesslyn
"Akrab katamu. Hey Jesslyn kau jangan terlalu menghayal terlalu tinggi. Rafa mengatakan sendiri kepadaku jika kau sama sekali tidak pernah dipertemukan atau dikenalkan dengan keluarganya. Jadi jangan membuat cerita yang tidak masuk akal!" tegas Maura yang gantian tersenyum mengejek dan sekarang wajah Jesslyn kesal
"Kau pikir dengan kamu mengatakan semua kepada tante Jinan siapa aku dan bagaimana aku, akan mengubah pendirian untuk menikah dengan Rafa. Dengar yang aku nikahi itu Rafa bukan ibunya!" tegas. Maura yang langsung pergi dari hadapan Jesslyn.
Jesslyn mengepal tangannya dengan wajah yang memerah dan terlihat marah kepada kata-kata Maura.
Bersambung