Ellios atau Kai??
bagaimana jika dua jiwa itu ada dalam satu nyawa?
penyamaran yang awal nya dibuat untuk sekedar candaan, tiba-tiba berubah menjadi sebuah pilihan penting dalam hidup nya.
semua karena "CINTA"!
ya, itulah alasan kenapa tubuh itu harus memilih jiwa mana yang akan dia pertahankan.
akankah sebuah cinta menemui jalan nya?,
atau justru takdir yang akan menyeretnya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clayra sarka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bertamu
"kau jadi ikut kan?"
sembari berjalan ke tepian lapangan, Rey kembali membuka obrolan dengan ku
"ya. mumpung aku senggang"
"jika begitu, Neal? ada baiknya kau langsung pulang saja. tidak papa aku pulang dengan Kai"
"eh? yakin lo Rey?"
"hm. kau bilang harus pulang sebelum magrib. sedangkan arah kita bersebrangan"
"Kai? gapapa gue titip Reygan?"
aku yang langsung ditatap oleh 2 laki laki sekaligus jelas saja spontan mengiyakan pernyataan mereka meski sebenarnya jelas aku makin gugup lagi jika harus menghadapi targetku sendirian.
"tidak papa. sekalian aku jalan pulang"
"yasudah sorry ya gue ga bisa temenin. nyokap suruh gue pulang sebelum magrib soalnya"
"tidak papa Neal. itu lebih penting"
"yasudah jika begitu aku pulang dulu Rey, Kai"
"hm hati hati"
"sepertinya elo deh Kai yang harus hati hati. rumah Rey itu...."
"jangan nyebar berita yang tidak tidak Neal"
"haha baik baik. udah ah gue cabut dulu bye guys"
"bye"
entah apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Neal, karena sebelum dia selesai kalimat tersebut sudah lebih dulu diputus oleh Reygan.
"dimana kendaraan mu?"
Degg!!
aku langsung terkejut saat Rey tiba tiba bertanya tentang motor ku. aku baru ingat jika motor itu terparkir tepat disamping mobil Lil...
'lah? dimana mereka? mobil Lily hilang? apa mereka pulang? tapi sepertinya tidak mungkin. bukanya tadi Dea sangat antusias dengan masalah Reygan?'
"Kai!"
"i... iya. itu motorku"
meski aku masih kebingungan mencari mereka, tapi aku harus tetap profesional dengan ini. jangan sampai gelagatku malah membuat Rey curiga.
"ayo kesana"
akhirnya aku lebih dulu berjalan ketempat motor kesayangan ku itu dengan beriringan bersama Reygan.
"dari dulu aku ingin motor seperti ini. tapi tidak mungkin kesampaian"
saat kami sudah mendekat kearah motor, tiba tiba Reygan melontarkan kalimat tak teduga. akupun mencoba mengartikan maksud dia dari ekspresi wajah nya.
"ada apa?"
"aku selalu berhayal ingin menjadi geng motor. tapi orang tua ku selalu menuntut ku untuk berlaku baik"
"memang nya semua geng motor jahat?"
"pola pikir mereka sudah cenderung negatif kearah geng motor. sulit diubah Kai"
wajah Reygan kali ini sudah tidak sedingin tadi. justru ini bertolak belakang. kali ini dia malah terlihat seperti memelas.
"kau tidak pernah naik motor?"
"pernah. ojek. tapi tidak motor seperti ini"
"yasudah ayo naik"
aku langsung mengajak nya naik setelah lebih dulu aku menunggangi motor ini dan mulai memakai atribut lengkap.
"baik"
"tapi aku tidak bawa helm cadangan. nanti jika kau takut pegangan belakang saja"
"baik"
setelah perbincangan kami selesai. aku mulai melajukan motor meninggalkan tempat ini, dengan membawa Reygan pastinya.
singkat cerita, perjalanan kami pun sudah lumayan lama. namun selama itu juga tidak ada perbincangan antara aku dan Reygan. kami sama sama diam. aku tetap memikirkan keadaan Dea dan yang lain nya. sedangkan Reygan, entah dia sedang bermain apa dengan isi otak nya.
"perempatan depan belok nganan Kai. tidak jauh dari sana ada komplek perumahan, masuk saja rumah nomer 15A"
"iya"
sebenarnya aku sudah tau tempat itu, tapi untuk detailnya baru sekarang.
motor mulai kubelokan menuju gang komplek. seraya sesekali aku menoleh ke kiri dan kanan. mencari nomer 15A yang dimaksudkan Reygan tadi.
"baris A ada di paling depan Kai. rumah ku paling pojok"
"baik Rey"
ternyata bocah ini peka juga dengan situasi. mungkin Rey melihat ku sedikit kebingungan mencari nomer rumah nya. bukan tanpa alasan, ternyata perumahan disini jauh berbeda dengan perumahan pada umum nya. jika biasanya model rumah pada perumahan hampir sama dari segi jenis dan ukuran bangunan, namun disini sungguh berbeda.
dari rumah satu ke rumah lain model bangunan tersebut beraneka macam bentuk dan warna. bahkan halaman mereka pun ada yang sangat luas dan terbatas. tapi meski demikian, sepertinya penghuni komplek ini jelas dari kalangan menengah kebawah. terbukti hampir setiap halaman rumah berisi aneka macam kendaraan, terutama mobil.
"itu Kai"
tiba tiba Rey menunjuk kearah bangunan paling ujung sebelah kiri dengan gerbang berwarna putih bersih. karena jarak motor dan rumah itu tidak sampai 200 meter, jadi dengan cepat aku bisa menepi kearah tempat tersebut.
pertama kali pemandangan yang disuguhkan adalah halaman luas dengan paving abu-abu yang sangat bersih. namun sayangnya pepohonan dirumah ini sangat jarang. hanya rumput hias yang mencolok disekitar air mancur tepat di depan rumah. tidak seperti rumah pak Darwin yang malah seperti hutan hijau.
selain rumput dan air mancur tadi, aku juga langsung disuguhkan dengan keberadaan 2 mobil mewah yang terparkir sejajar di garasi.
"ayo Kai masuk saja"
"Rey sepertinya aku tunggu disini saja"
setelah dipikir pikir nyatanya aku sedikit canggung juga. apalagi rumah laki laki ini sangat terlihat sepi tanpa penghuni.
"kenapa kau tidak masuk? masih memikirkan ucapan Neal?"
aku baru ingat tadi Neal sempat ingin mengatakan sesuatu hal, namun Reygan lebih dulu memotong nya.
"jangan pedulikan ucapan dia. semua hanya omong kosong. tapi jika kau penakut ya....
"enak saja. siapa yang penakut? ayo!!. aku tadi hanya segan saja masuk ke rumah mu"
akupun akhirnya ikut turun dan mengikuti Reygan memasuki halaman rumah nya.
sembari berjalan, pandangan ku tetap saja mengitari seluruh tempat ini. mulai dari halaman depan, garasi bahkan taman di samping rumah nya. namun saat kami semakin dekat dengan pintu rumah, aku tidak sengaja mendongak kearah lantai dua. dan tepat saat itu juga langkah kaki ku langsung berhenti seketika.
'itu? bukankah dia wanita itu? postur dia sama persis, bentuk rambut dan postur tubuh nya. apalagi baju yang dia pakai juga sama kan? tapi.... tidak mungkin itu dia. mungkin mereka hanya mirip saja. lagian aku juga tidak bisa melihat wajah nya karena posisi perempuan itu kini membelakangiku'
meski aku masih penasaran dengan sosok itu, tapi aku urungkan untuk mencari tau tentang nya. lagian itu juga bukan urusan penting.
"Kai? kenapa masih disana?"
"hm iya"
suara Reygan yang memanggilku akhirnya memutus pandangan ku pada sosok tadi. dan akupun berjalan menyusul Reygan yang sudah menginjakan kakinya di lantai depan pintu.
"rumah sebesar ini kau tinggal sendirian Rey?"
"iya"
Degg!!!
niatku adalah melupakan penampakan sosok wanita tadi, namun rasa penasaran ku ternyata lebih besar dari apapun. sehingga dengan pelan pelan aku memancing pertanyaan pada Reygan.
tapi kenapa jawaban Rey berbeda dengan apa yang aku lihat? laki laki ini mengatakan jika dia tinggal sendirian. lalu siapa tadi yang duduk duduk di balkon atas?
"aku hanya becanda Kai. disini aku tinggal dengan satpam dan pembantuku. kenapa wajah mu sangat serius?"
akhirnya aku bisa bernafas lega. jadi benar penglihatan ku tidak rabun. tadi aku benar benar melihat perempuan diatas sana. mungkin itu salah satu pembantu Reygan.
"tidak. aku hanya berpikir rumah sebesar ini apa benar hanya ditinggali satu orang saja"
"tidak Bas. aku dengan mereka"
"lalu orang tua mu?"
"sudahlah jangan membahas diriku saja. aku juga ingin tau lebih banyak tentang mu. ayo kita masuk dulu"
Klek...
pintu rumah akhirnya dibuka oleh Reygan dan aku jelas membuntut di belakang nya.
"duduklah lebih dulu Kai. aku akan ke kamar sebentar"
"Rey tunggu!!"
aku langsung bergegas menahan tangan laki laki ini saat dia hendak berlalu pergi.
"disini saja. aku tidak bisa lama lama Rey. ini sudah hampir magrib"
"telat. beberapa menit lagi pasti sudah adzan. singgahlah disini sebentar. sekalian kau pulang setelah magrib"
"tapi...."
"tunggu disini saja. sekalian aku akan ambil kertas nya"
tanpa bisa menolak lagi akhirnya dengan terpaksa aku mengiyakan permintaan pria ini.
tak lama dari itu Rey langsung berjalan menaiki tangga dan seketika lenyap dari pandangan ku.
"tadi dia mengatakan hidup dengan satpam dan pembantunya, tapi sejak aku disini kenapa tidak satupun orang aku temui?"
"permisi"
setengah terkejut aku ketika 3 wanita berpakaian putih lengkap dengan celemek hitam dan masing masing dari mereka sudah membawa nampan satu persatu.
"silahkan dimakan kak hidangan nya"
"tunggu, apa ini? kenapa ada suguhan sebanyak ini?"
jelas saja aku langsung menahan mereka yang akan pergi setelah meletakan 2 gelas jus berwarna merah dan aneka hidangan kue, makanan ringan serta buah buahan juga lengkap ada di depan ku ini.
"kami hanya melaksanakan perintah tuan Reygan kak. permisi"
tidak ada jawaban lebih jelas lagi selain kata kata itu. jujur di waktu ini, aku malah semakin merasa tidak nyaman di tempat ini.
saat dirumah papa aku diratukan oleh si mbok saja aku menolak keras. tapi malahan aku juga mendapati hal serupa di rumah ini.
aku yang mulai diambang rasa bosan menunggu Reygan kembali, akhirnya memilih merogoh ponsel ku dan berniat membuka room chat grup ku. ada baiknya aku memastikan keadaan Dea yang lainnya. dimana mereka dan kenapa mereka meninggalkan ku.
namun baru saja aku membuka layar kunci ponselku, tiba tiba dari arah atas tangga terdengar derap langkah kaki yang berjalan turun. pada akhirnya lagi lagi aku mengurungkan niatku menghubungi mereka.
saat mataku menanti kedatangan pemilik suara itu yang aku yakini adalah Reygan, tiba tiba sebuah kejutan kembali dihidangkan di depan ku.
Degg!!!....
dengan anggun dan langkah kaki pelan, sosok wanita berambut yang sama, wajah yang sama bahkan tatapan yang sama seperti yang aku temui di mall kemarin kini berwujud nyata lagi di depan ku. entah kebetulan atau bagaimana, tapi yang jelas kali ini aku sangat percaya dengan penglihatan ku.
"kau siapa? dimana Reygan?"
saat tiba di anak tangga paling dasar, gadis ini berhenti di posisi tersebut dan menatap ku lekat. dingin dan tanpa ekspresi sama sekali. tapi entah apa yang ada di otak ku, namun pemandangan ini justru sangat menarik di hadapan ku. aku malah terlihat diam dan seakan tidak ingin memalingkan pandangan ku sama sama sekali kearah lain.