Pernikahan Raina dan Riko menjadi kacau karena kehadiran mantan kekasih Raina. Terlebih lagi, Riko yang sangat pencemburu membuat Raina tidak nyaman dan goyah. Riko melakukan apapun karena tidak ingin kehilangan istrinya. Namun, rasa cemburu yang berlebihan itu perlahan-lahan membawa bencana. Dari kehidupan yang serba ada menjadi tidak punya apa-apa. Ketakutan Riko terhadap banyak hal membuat kehidupannya menjadi konyol. Begitu pun dengan istrinya Raina, Ia mulai mempertimbangkan kelanjutan pernikahan mereka. Masa depan yang diinginkan Raina menjadi berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Amoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebongan Demi Kebohongan
Tidak terasa azan subuh menyadarkanku dari mimpi. Mesjid yang letaknya hanya beberapa blok dari rumah, jarang sekali dikunjungi oleh Riko. Ya, aku tau, Riko memang tidak memiliki dasar agama yang kuat, apalagi dalam keluarga besarnya sangat toleran dan demokratis dalam memilih. Beberapa sepupu dan paman dari pihak ayah mertua, beragama katolik. Sedangkan dari pihak Eyang Putri hampir semuanya muslim, tetapi ada satu keluarga yang beragama hindu.
Jadi wajar, kalau aku harus memupuskan harapan soal ketaatan dalam beribadah. Jika sedang banyak masalah dalam rumah tangga, aku selalu teringat almarhum ayahku dulu yang selalu memberi wejangan sejak aku duduk di sekolah menengah pertama.
“Kalau cari suami, cari yang agamanya baik. Sudah itu saja!” Kata ayah sambil memandang kolam di depan rumah.
“Kalau agamanya baik tapi nggak punya kerjaan gimana?”
“Kalau agamanya baik pasti punya kerjaan,” jawabnya lagi.
“Kalau agamanya baik tapi pelit gimana?”
“Kalau agamanya baik nggak akan pelit!”
“Kalau agamanya baik tapi jorok gimana? Kayak temen aku si Ilham, rajin salatnya tapi jorok banget. Badanya bau, rambutnya juga.”
“Kalau agamanya baik, nggak akan jorok dong. Bukannya kebersihan itu sebagian dari iman? Berarti kalau jorok, imannya kurang dong?”
Kami berdua tertawa saat itu. Andai saja ayah masih ada, andai saja Krisna masih hidup. Mungkin nasibku tidak seperti ini.
Jika direnungkan kembali, semuanya itu bermula dari satu kesalahan. Ya, satu kesalahan. Aku selalu salah dan terburu-buru mengambil keputusan. Bukankah dulu, aku dan Riko belum lama saling mengenal? Bukankah aku yang mengusulkan untuk menikah lebih cepat karena ingin segera melupakan Krisna? Dan bodohnya, aku tidak mempertimbangkan nilai-nilai moral yang tidak selaras.
Riko memang menutupi itu semua sebelum pernikahan. Dia tampil layaknya pangeran sempurna. Semua kekurangan yang ada, selalu dibela dan ditutup oleh keluarganya. Tapi seharusnya aku lebih teliti dan tidak perlu terburu-buru. Ah sudahlah namanya juga takdir.
Ya, seringkali kita menyalahkan takdir. Padahal, ada takdir yang terjadi sesuai apa yang kita pilih.
Setelah menyapa sang pencipta di waktu subuh, aku berjalan ke ruang makan. Kubereskan remah-remah kue yang berserakan. Siapa lagi yang makan tengah malam selain tikus besar bernama Riko. Tiba-tiba aku melihat ponsel yang tergeletak di samping meja. Sepertinya Riko lupa membawa ponsel ke kamarnya.
Kubuka ponsel itu dan melihat beberapa foto. Apa ini? Sebuah transaksi keuangan. Ya Tuhan!
Kebohongan itu, bagaimanapun pasti akan tercium. Sama halnya dengan kebohongan tentang perasaanku yang selalu mengingat Krisna. Namun, apakah hal-hal seperti itu perlu juga diceritakan?
Pagi ini, aku menemukan kebohongan Riko yang kesekian kalinya. Foto yang kulihat adalah screenshoot bukti top up. Kubuka M-Banking yang ada di ponsel itu. Tak bisa masuk! Minta password.
Aku menyentuh pilihan ‘lupa password’. Lalu kubuka email yang tersimpan dan terbuka otomatis di ponsel tersebut. Ada kode verifikasi dan kolom untuk mengubah kata sandi. Kulakukan rentetan prosedur sampai akhirnya berhasil masuk ke dalam M-Banking itu.
Masih ada tantangan berikutnya yaitu nomor pin. Seingatku dia selalu menggunakan angka lahir dan tahun untuk pin apapun. Kucoba menyentuh angka-angka tersebut, dan alhamdulilah berhasil.
Riwayat top up berbaris dalam aplikasi M-Banking. Jumlahnya selalu sama, satu juta rupiah. Yang menyedihkan, angka satu juta rupiah itu dengan rapi berderet ke bawah. Dalam bulan yang sama, lebih dari dua puluh transaksi top up memenuhi baris-baris tersebut.
Masih pukul tujuh pagi, aku masih memiliki banyak waktu untuk mencari tau detail dari transaksi tersebut. Riko tidak akan terbangun di jam-jam orang sibuk bekerja. Paling cepat, pukul sepuluh ia baru membuka mata.
Disusul dengan rutinitasnya menikmati kopi dan rokok, lalu membuka ponsel, dan yang terakhir adalah mandi. Setelah pukul sebelas siang, ia akan membuka showroom mobil yang sudah berubah menjadi toko onderdil dan motor bekas. Toko yang pembelinya bisa dihitung dengan jari, itupun hanya pelanggan lama. Masyarakat sekitar Jalan Siaga 1, lebih memilih toko onderdil di sebrang jalan yang buka sejak jam tujuh pagi.
Kurunut satu persatu penyelidikan soal transaksi tersebut. Top up dilakukan untuk mengisi saldo di salah satu platform keuangan berinisial ‘O’. Tahap berikutnya, aku harus mencari aplikasi ‘O” itu di ponsel yang sedang kupegang. Aku sendiri baru tahu kalau Riko memiliki aplikasi tersebut. Lagi-lagi aku berhasil, sepertinya pagi itu, malaikat penjaga membantuku.
Dalam transaksi top up tersebut, tidak terlihat perinciannya. Hanya nama akun China. Seperti pembelian koin untuk game online. Aku mengingat-ngingat sejak tadi. Riko yang kukenal, selain pekerjaannya di bidang otomotif, hobi yang dimiliki hanya memasak. Meskipun setelah beberapa bulan menikah, dia tidak lagi menyentuh wajan. Aku tidak pernah tahu kalau Riko memiliki hobi main game … COC misalanya, atau mungkin Payback, atau roblox? Ah masa sih?
Sudah pukul delapan pagi. Aku berjalan ke dapur untuk membuat secangkir teh panas. Kali ini aku harus berpikir dengan jernih. Sudah screenshoot beberapa transaksi tadi. Semoga teh hijau ini memberikan petunjuk kemana larinya deretan top up yang angkanya fantastis buatku itu.
Jika ditanya soal perasaan, tentu saja aku marah dan kecewa. Betapa tidak, bertahun-tahun aku begitu berhemat untuk kebutuhan keluarga. Menyisihkan sedikit untuk Aksa dan Ibu. Tidak lagi menuntut hidup mewah. Apa? Mewah? Jangankan kemewahan, kebutuhan pokokpun masih banyak yang kututupi dan kupikirkan.
Ironis memang. Di saat yang sama, Riko justru menghaburkan uang puluhan juta. Aku masih ingat, minggu lalu pelembab wajahku habis. Sudah kumasukan ke dalam keranjang untuk membeli pelembab wajah yang tidak seberapa itu, tapi kuurungkan niatku karena melihat susu Arkana hampir habis. Tak apalah wajah ini menjadi kering untuk sementara. Toh aku juga tidak pernah keluar rumah.
Kalau sekadar top up untuk membeli koin game online, apa iya sebanyak itu. Karena penasaran, aku membuka lagi ponsel Riko. Foto-foto di folder gallery sudah aku periksa. Lalu tanganku menyentuh satu folder yang bernama file manager.
Kubuka folder tersebut dan melihat beberapa foto di folder lain. Yap, terbuka. Sebuah screenshoot lagi. Foto peringkat permainan dengan jumlah yang lumayan. Foto yang kedua adalah bukti transfer kepada nama seorang wanita. Entah siapa.
Aku masih belum paham. Karena di foto-foto tadi tidak tertera nama Riko. Belum habis kepenasaranku, aku kembali ke layar utama, lalu masuk ke playstore. Aku buka aplikasi yang belum di update. Boom! Kejutan besar!
Sebuah aplikasi judi online ada di situ. Ku update aplikasi tersebut dan masuk kedalamnya menggunakan alamat surel yang sudah tersimpat. Kubaca nama pengguna. Ya, nama pengguna itu sama dengan foto yang kulihat. Rupanya, Riko bermain judi dan mendapat peringkat tiga.
Lalu aku buka lagi riwayat penghasilan yang ia dapat dalam aplikasi tersebut. Hanya beberapa kali saja ia mendapat keuntungan. Selebihnya Riko rugi. Pertanyaannya adalah kapan ia bermain judi?