NovelToon NovelToon
Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir
Popularitas:824
Nilai: 5
Nama Author: revanyaarsella

Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.

Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 3: Cahaya dan Bayangan

Mira berdiri mematung, kata-kata Evano masih terngiang di kepalanya. Phoenix dan vampir. Dua dunia yang tidak pernah ia bayangkan ada di dalam dirinya. Tapi sekarang, rahasia yang disembunyikan sejak lama mulai terungkap, dan Mira tidak tahu harus merasa apa—takut, marah, atau bingung.

"Kenapa sekarang?" Mira bertanya, suaranya nyaris tak terdengar. "Kenapa kau memberitahuku sekarang, Evano?"

Evano tidak langsung menjawab. Dia hanya berdiri di sana, memandangi kegelapan di luar jendela. Mata birunya berkilat, seperti ada sesuatu yang dia lihat namun tidak dia ungkapkan.

"Karena waktunya sudah tiba," akhirnya Evano berbicara, suaranya dalam dan penuh misteri. "Sesuatu sedang bergerak, Mira. Sesuatu yang lebih besar dari kita. Kau perlu tahu sebelum semuanya terlambat."

"Apa yang akan terjadi?" Mira merasa jantungnya berdegup kencang. "Siapa yang mencariku?"

Evano memutar pedangnya, menciptakan suara gesekan logam yang tajam di udara. "Bukan hanya satu pihak. Mereka sudah mengincarmu sejak lama. Dua faksi yang saling bertentangan, tapi tujuannya sama—mereka ingin memanfaatkanmu atau menghancurkanmu."

Mira merasa dingin menjalar di punggungnya. "Kenapa aku?"

Evano menatapnya, kali ini dengan tatapan yang lebih tajam, penuh dengan rahasia yang enggan diungkapkan. "Karena kau adalah kunci. Satu-satunya yang bisa mengendalikan kekuatan dua dunia. Dan itu membuatmu berbahaya."

Sebelum Mira bisa menanggapi, suara dari luar tiba-tiba terdengar. Langkah kaki—cepat dan teratur, semakin mendekat. Evano menoleh dengan cepat ke arah jendela, matanya berubah serius.

"Kita tidak punya banyak waktu," katanya tegas. "Mereka sudah dekat."

"Siapa yang dekat?" tanya Mira, mulai panik. "Siapa yang mencariku?"

"Mereka yang menginginkan darahmu, kekuatanmu." Evano bergerak cepat menuju pintu, menariknya terbuka sedikit untuk mengintip keluar. "Kau harus ikut denganku. Sekarang."

"Ke mana kita pergi?" Mira bertanya, tapi Evano hanya menatapnya dengan ekspresi dingin.

"Jangan banyak bertanya. Kau akan mengerti nanti. Untuk sekarang, kau hanya perlu bertahan hidup."

Mira tak punya pilihan selain mengikuti Evano keluar dari rumah itu. Malam begitu gelap, dan hutan di sekitar mereka dipenuhi bayangan yang bergerak. Pohon-pohon tampak melengkung dengan cara yang aneh, seperti mencoba menyembunyikan sesuatu.

"Jangan menoleh ke belakang," Evano memperingatkan. "Mereka bisa memanggilmu dengan cara yang tidak kau sadari. Pikiranmu sendiri bisa menjadi musuhmu."

"Siapa mereka?" Mira berbisik, takut menoleh. Dia bisa merasakan sesuatu—seperti bisikan halus di telinganya, suara yang memanggil namanya dengan lembut.

"Mira..." suara itu terdengar pelan, hampir tidak terdengar, tapi cukup untuk membuat bulu kuduk Mira berdiri.

Mira mempercepat langkahnya, namun bisikan itu tidak berhenti. "Siapa yang memanggilku?"

"Jangan dengarkan mereka," desis Evano, suaranya penuh kewaspadaan. "Itu hanya ilusi, permainan pikiran. Mereka mencoba memecah fokusmu."

Mira ingin menolak, ingin berbalik dan melihat siapa yang ada di belakangnya, tapi rasa takut yang lebih besar membuatnya terus maju. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah tanah di bawah kakinya menariknya turun, memaksa untuk berhenti.

Tiba-tiba, api biru menyala di kejauhan, menyala tanpa sumber yang jelas, menggantung di udara seperti tanda bahaya. Evano berhenti sejenak, menatap api itu dengan mata penuh kehati-hatian.

"Apa itu?" Mira bertanya, napasnya terengah-engah.

Evano menghela napas. "Itu adalah peringatan. Mereka tahu kita di sini. Kita sudah terlambat."

"Terlambat untuk apa?" Mira semakin bingung, jantungnya berdegup kencang. "Siapa mereka? Apa yang mereka inginkan?"

Evano menggenggam erat pedangnya, seolah siap menghadapi apa pun yang akan muncul. "Mereka yang memanggil api itu adalah faksi Phoenix. Mereka bukan sekutumu. Mereka tidak menginginkanmu hidup."

"Apa? Phoenix juga ingin aku mati?" Mira terkejut.

"Tidak semua Phoenix berpihak pada keluargamu. Ada yang percaya bahwa darah campuran sepertimu berbahaya, dan mereka akan melakukan apa saja untuk menghentikanmu sebelum kekuatanmu tumbuh lebih kuat."

Bayangan mulai bergerak lebih cepat di sekeliling mereka, dan Mira bisa merasakan suasana semakin mencekam. Sesuatu atau seseorang mengintai mereka dari kegelapan, tapi belum memperlihatkan dirinya.

"Kita dikepung," bisik Mira, nadanya putus asa. "Apa yang harus kita lakukan?"

Evano melihat ke sekeliling, matanya terus bergerak, mencari celah untuk melarikan diri. "Kita harus menemukan jalan keluar sebelum mereka tiba. Mereka akan datang dalam jumlah besar."

Mira merasa panik, tapi Evano meletakkan tangannya di bahu Mira, memaksanya tetap tenang. "Dengarkan aku. Kau harus percaya padaku sekarang. Jika mereka sampai menangkapmu, tidak ada jalan kembali."

"Bagaimana kau tahu semua ini?" Mira bertanya, curiga, tapi Evano tidak menjawab. Dia hanya menatapnya, matanya penuh dengan rasa bersalah yang tak terungkap.

"Kau harus pergi," kata Evano akhirnya. "Aku akan menahan mereka selama mungkin. Pergilah ke timur, di sana ada tempat perlindungan."

"Kau mau melawan mereka sendirian?" Mira terperangah. "Tidak! Kau tidak bisa—"

"Tidak ada waktu untuk perdebatan," potong Evano, suaranya lebih keras. "Ini satu-satunya cara. Kau harus mempercayai aku!"

Mira menggigit bibirnya, masih bimbang, tapi kemudian dia melihat cahaya lain menyala di kejauhan—api biru kedua, lebih besar dari yang pertama. Mereka benar-benar terdesak.

Evano mengangkat pedangnya, bersiap menghadapi apa yang datang. "Pergilah, Mira. Dan jangan berhenti, apa pun yang terjadi."

Mira mengangguk, akhirnya menyerah pada naluri untuk bertahan hidup. Dia berlari sekuat tenaga ke arah yang Evano tunjukkan, meninggalkan Evano di belakangnya, siap menghadapi musuh yang tidak terlihat.

Bisikan-bisikan itu semakin kuat saat Mira berlari. "Mira... Mira..." Suara-suara itu terus memanggilnya, mencoba memecah fokusnya, membuatnya ingin berhenti.

Namun, dengan seluruh kekuatannya, Mira terus berlari, berharap bahwa ada jawaban di depan, meski hanya bayangan dari teka-teki yang lebih besar.

 

1
Yurika23
aku mampir ya thor....bagus ceritanya..penulisannya juga enak dibaca...lanjut terus Thor..
Yurika23: gak membingungkan kok kak...semangat terus...
Revanya Arsella Nataline: iya, makasih
maaf kalau agak membingungkan
total 2 replies
Afiq Danial Mohamad Azmir
Tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Semangat thor! 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, maaf kalau kurang nyambung
total 1 replies
Ngực lép
Semoga semangatmu selalu terjaga agar bisa sering nulis, thor 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, semoga suka dengan ceritanya soalnya masih pemula
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!