Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Hati tidak bisa di paksa.
Air mata dan sesak di dada begitu menyiksanya. Laras begitu mirip dengan mendiang Dhiva hingga membuat Bang Hanggar terbawa perasaan saat akan menangani 'gadis' komandannya.
Disisi lain perlahan Laras berjingkat berniat mengelabui Bang Hanggar namun ia melupakan bahwa seorang Hanggar merupakan pria yang begitu di takuti dan di segani bahkan saat dalam pendidikannya kini.
"Mau kemana kamu???"
Laras mendongak menatap pria yang sudah berkacak pinggang dengan manik mata melotot tajam ke arahnya.
"Mau.. ke toilet." Jawab Laras.
Seringai geram Bang Hanggar tak melepaskan pandangan dari Laras.
"Saya temani..!!"
"Tidak mau, ini urusan perempuan." Kata Laras.
"Kalau kamu tidak mau saya antar, saya akan langsung menerobos masuk ke dalam toilet." Ucap Bang Hanggar datar namun terkesan penuh penekanan.
...
Laras bingung bagaimana caranya kabur dari pantauan letnan Hanggar. Pria itu 'bekerja', melaksanakan pendidikan militer namun juga selalu menguntitnya dengan ketat.
Ekor mata Bang Hanggar melihat Laras mencoba peruntungan untuk kabur dari pantauan dan penjagaan dirinya lagi. Tingkahnya pun tak berbeda jauh dengan Dhiva sang adik.
Sudah beberapa waktu ini dirinya terus bersama dengan putri dari Pak Abri, kini perlahan dirinya merasa ada sesuatu yang janggal dari Laras.
~
"Mau kabur kemana lagi???" Tegur Bang Hanggar di belakang punggung Laras yang berjalan mundur dan membungkuk.
Mungkin gadis itu berharap bisa kabur dengan mudah dan bisa mengalahkan seorang Hanggar.
Tau usahanya akan sia-sia, Laras pun berdiri berhadapan dengan Bang Hanggar memasang wajah kesal.
"Laras ingin bebas, tidak mau di buntuti atau menggoda Abang. Abang bukan selera Laras." Ucap Laras akhirnya jujur dan terang-terangan.
"Apakah kamu berpikir kalau kamu adalah selera saya??? Maaf.. saya sudah punya istri dan tidak tertarik dengan wanita manapun di dunia ini."
Laras tertawa sinis mendengarnya, pasalnya baru kali ini ada pria yang berani meremehkan dirinya.
"Jadi Abang bermaksud setia??? Di dunia ini mana ada laki-laki yang setia?? Mata mereka akan terlepas dari wadahnya kalau sudah melihat perempuan lain. Aaahh.. sekali Laras 'angkat paha', air liur mereka pasti langsung tumpah." Oceh Laras karena mendapatkan penolakan dari pria dewasa seperti Bang Hanggar.
"Itu pendapatmu, tapi tidak dengan saya. Yang saya inginkan, yang saya rindukan hanya raga istri saya seorang. Saya bisa saja mendekapmu dan mengajakmu berselingkuh, tapi untuk apa?? Mungkin istri saya biasa saja, tapi dia luar biasa dan begitu istimewa dalam hati saya. Istri saya sudah rela mengandung buah hati saya meskipun akhirnya Tuhan belum mengijinkan kami untuk menimangnya." Jawab Bang Hanggar.
Seketika bibir Laras terasa terbungkam. Baru kali ini dirinya bertemu pria seperti Bang Hanggar. Pria yang tetap menjaga hati meskipun sang istri jauh disana.
"Saya berada disini hanya untuk menjagamu dan tidak lebih dari itu. Tempuh pendidikanmu dengan sungguh-sungguh agar Ayah dan Ibumu bangga. Ayahmu sudah berjuang keras bekerja demi kamu disini. Tolong jaga kepercayaan kedua orang tuamu."
"Benarkah begitu berharganya Arlian di matamu???" Tanya Laras mengerutkan kening dengan rasa tidak percaya.
"Tidak perlu banyak alasan mengapa saya begitu jatuh cinta. Kamu seumuran dengan istri saya. Saya sudah puas memiliki istri seperti Arlian. Kamu tenang saja, hati saya terkunci hanya untuk Arlian istri saya." Jawab tegas Bang Hanggar.
"Jadi apa status kita?? Laras tidak mau menggoda Abang."
"Saya hanya menganggapmu sebagai seorang adik, tidak lebih. Saya harap kamu pun bisa tenang dan bisa kooperatif dengan saya..!!" Ujar Bang Hanggar kemudian.
\=\=\=
Dua tahun berlalu.
Bang Raka menjemput Arlian di rumah sakit tempatnya bekerja. Hari ini waktunya Arlian kembali ke kota. Kini Arlian mengabdikan dirinya sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit kecil milik tentara di daerah pelosok sekitar pulau.
"Lian bisa pulang sendiri, Bang." Kata Arlian merasa tidak enak karena terus selalu bersama Bang Raka.
"Apa sebegitu tidak nyamannya bersama Saya? Saya disini hanya untuk bekerja, jika bukan karena Bima masih terlalu kecil, mungkin saya sudah memilih pindah keluar pulau." Jawab Bang Raka berusaha menghalau kecemasan Arlian.
Bang Raka menyadari, kemungkinan besar Arlian masih belum bisa melupakan Bang Hanggar sebab setiap bersama dirinya, jelas Arlian selalu menjauh darinya.
"Saya minta maaf jika sikap saya mungkin terlalu protektif. Apa yang saya lakukan hanya bentuk dari profesional kerja. Saya masih sangat mencintai almarhumah Dhiva. Di dalam hati saya, seluruhnya hanya tersemat ibu dari anak saya, masa lalu saya denganmu sudah usai, kamu hanya adik bagi saya." Bang Raka memang mendapatkan tugas khusus untuk menjaga Arlian.
Arlian menunduk, air matanya sudah menggenang di pelupuk mata dan sudah nyaris tumpah ruah.
"Saya tidak akan pernah mengkhianati persahabatan saya dengan Hanggar, saya masih menyayangi nyawa saya dan tidak ingin mati sia-sia karena tebasan badik di tubuh saya." Ucap Bang Raka terdengar begitu jelas di telinga Arlian mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, Letnan Hanggar sampai nyaris membunuhnya karena begitu cemburu akan kedekatannya dengan Arlian.
"Sudahlah Bang. Jangan bahas Bang Hanggar lagi. Kami juga sudah berpisah. Mungkin hingga kini Bang Hanggar pun tidak pernah tau kalau miniatur nya selalu 'mengganggu' Lian di rumah Opanya. Atau... Saat ini Bang Hanggar juga sudah menikah dengan wanita lain."
"Jangan suudzon, Hanggar memang 'ca*ul' tapi belum tentu dia mau dengan yang lain." Bang Raka menggeleng dengan senyumnya lalu membuka pintu mobil untuk Arlian.
//
Bang Hanggar mengedarkan pandangan ke arah sekitar. Ia memejamkan mata sejenak menghirup aroma negara yang begitu ia rindukan. Namun di balik itu semua, ada rasa rindu yang sulit ditahannya.
'Kamu dimana, sayang?'
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.