NovelToon NovelToon
Luka Dan Cinta

Luka Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Selina Navy

Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.

Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.

Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.

Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.

Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?

Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penasaran

Hari semakin larut, dan Ricardo belum juga kembali. Adira memandangi jendela yang memperlihatkan gelapnya malam tanpa bintang.

Sepertinya jendela besar di ruangan Ricardo itu menjadi spot favorite nya Adira.

Lelah memandangi langit, Adira pun berbaring di tempat tidur, kasur yang besar itu tak mampu membuat nya terlelap. namun matanya terus terbuka, menatap gelapnya langit-langit kamar.

Rasa gelisah yang mengganggu menghalangi setiap usaha untuk tidur. Pikiran tentang sketsa wajah di buku tadi terus berputar di kepalanya, tak mau pergi.

"Apa itu alasan Ricardo menyelamatkanku?" pikirnya.

Adira menggeliat resah di bawah selimut, mencoba mengusir rasa cemas.

Namun, semakin dia berpikir, semakin kuat keraguan itu tumbuh di dalam dirinya.

"Atau apakah aku mirip dengan wanita dari masa lalunya? Itu pasti bukan aku. Rambut wanita di lukisan itu pendek, sebahu, sedangkan rambutku panjang."

Adira memainkan ujung rambutnya dengan cemas, memikirkan bagaimana perbedaan kecil itu terasa begitu besar saat ini.

"Kalau itu benar wanita dari masa lalu Ricardo, apa artinya aku baginya?" pikirnya lagi.

"Apa aku hanya pengganti? Pelampiasan karena aku mirip dengannya?"

Pikiran itu membuat dadanya semakin sesak.

Adira merasa seolah-olah tenggelam dalam gelombang ketidakpastian dan kecemasan yang menyesakkan.

Dia duduk tegak, memeluk lututnya, mencoba menenangkan diri.

Namun pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantuinya.

"Bagaimana jika suatu hari nanti Ricardo sadar bahwa aku tak bisa menggantikan wanita itu? Apakah dia akan meninggalkanku? Membuangku begitu saja?"

Hatinya berdebar semakin cepat, bayangan tentang kemungkinan itu membuatnya semakin gelisah.

Adira menunduk, mencengkeram rambutnya dengan frustasi, merasa begitu kecil dan tak berdaya di tengah kegelapan malam.

Perasaan tidak aman mulai menyelimuti hatinya. 'Bagaimana jika dirinya tidak pernah cukup?' , 'Bagaimana jika Ricardo hanya melihat bayangan wanita lain setiap kali dia menatapnya?'

Cemas, Adira memejamkan mata, mencoba menahan air mata yang hampir mengalir.

Perasaan takut dan cemas mulai mencengkeram hatinya, meski dia tahu, ia belum benar-benar memiliki Ricardo.

Dalam sunyi malam itu, Adira hanya bisa menunggu, berharap segala pikirannya ini hanyalah kekhawatiran tak beralasan.

Tapi semakin dia berpikir, semakin dia merasa rapuh dan terjebak di antara kenyataan dan bayang-bayang yang menghantui pikirannya.

Suara pintu perlahan terbuka, engselnya berderit halus dalam keheningan malam.

Adira tersentak, hatinya berdegup kencang, seketika menarik selimut dan menyelimuti tubuhnya dengan erat, berpura-pura memejamkan mata.

Ia berusaha keras menahan napas agar terlihat tertidur lelap, sementara pikirannya terus berputar, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Langkah kaki Ricardo begitu pelan, hampir tak terdengar, seakan tak ingin mengusik malam yang sunyi.

Setiap langkahnya mendekat dengan penuh kehati-hatian, menciptakan ketegangan yang menusuk di udara.

Adira pun merasakan kehadirannya semakin dekat, namun tak berani bergerak.

Ricardo berhenti di samping tempat tidur. Untuk sesaat, dia hanya berdiri di sana, mengamati Adira yang berpura-pura tidur di balik selimutnya.

Tanpa suara, Ricardo perlahan duduk di sisi ranjang, menjaga gerakannya tetap lembut agar tidak membangunkannya.

Dia duduk tenang, seakan sedang merenungkan sesuatu, sementara Adira berjuang keras untuk tetap terlihat tenang meski hatinya penuh gejolak.

Ricardo menunggingkan senyum di satu sisi sudut bibirnya, sebuah senyum yang menyimpan banyak kenangan dan rasa.

Dia tahu persis, dari napas yang tak beraturan dan tubuh yang sedikit tegang, bahwa Adira hanya berpura-pura tidur.

Namun, dia tidak keberatan. Instingnya tajam, memahami setiap gerakan halusnya, tapi dia tetap memilih diam, menikmati momen ini.

Ricardo, tanpa mengucap sepatah kata pun, duduk lebih dekat.

Matanya memperhatikan setiap detail wajah Adira. Alisnya yang melengkung halus, bulu matanya yang panjang, serta bibirnya yang tertutup rapat namun sedikit gemetar.

Hanya di saat seperti ini, ketika Adira 'tertidur' Ricardo bisa puas memandangnya tanpa harus menyembunyikan perasaannya, tanpa merasa malu atau harus menjaga sikap.

Selama lima tahun, Ricardo telah merindukan sosok ini, dan sekarang, saat Adira ada di sampingnya, semua kenangan yang dulu mengisi hatinya kembali membanjiri.

Dia merasa sedikit lega, walau rasa takut untuk kehilangan lagi masih membayangi. Di dalam keheningan malam itu, Ricardo menyimpan kerinduan yang tak pernah surut.

Sebuah kerinduan yang hanya bisa dia lampiaskan saat Adira tak menyadarinya. Atau setidaknya, saat dia berpikir begitu.

Adira perlahan membuka matanya, menyerah pada usaha pura-pura tidurnya.

Ia mendapati Ricardo sedang menatapnya dalam keheningan.

Senyuman Ricardo muncul dengan lembut, tetapi di balik senyum itu, Adira merasakan ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang belum diungkapkan.

Pikiran Adira melayang kembali pada sketsa wajah yang ia temukan tadi.

Apakah itu mungkin wajah ibu Ricardo? Ada begitu banyak pertanyaan dalam benaknya, dan tanpa sadar, ia mengucapkan

"Aku ingin tahu banyak tentangmu, apa boleh?"

Ricardo tak langsung menjawab, matanya sedikit redup, seakan sedang berpikir keras.

Sebuah keheningan meliputi ruangan, hanya terdengar napas mereka berdua. Kenangan kelam dari masa kecil Ricardo muncul di pikirannya.

Hidupnya penuh dengan luka, kehilangan, dan kesendirian. Apa yang bisa ia ceritakan dengan gembira? Semua itu terasa begitu berat untuk dibicarakan.

"Apa yang ingin kau tahu dariku?"

tanyanya dengan suara hangat, meski matanya menyiratkan keraguan.

Ia menatap Adira, menunggu jawaban.

Adira menatap balik, mempelajari wajah Ricardo sejenak sebelum bertanya pelan,

"Apa kau tumbuh besar sendirian? Atau...mungkin kau punya keluarga? bagaimana dengan orang tua mu?"

Pertanyaan itu keluar begitu saja, tapi ada rasa penasaran dan kepedulian yang tulus di dalamnya.

Ricardo menghela napas panjang, tak pernah menyangka percakapan ini akan terjadi.

Pandangannya berpindah, menatap jendela yang memperlihatkan hitamnya langit yang begitu gelap malam itu.

Ricardo pun bersandar di kepala kasur, memegangi kedua kakinya dengan lembut.

Kemeja hitam lengan panjangnya tergulung, memperlihatkan tatto yang melingkari tangannya.

Ia menatap jendela dengan tatapan kosong, seakan menembus jauh ke dalam kenangan yang menyakitkan.

"Aku tak tahu siapa ayahku," katanya pelan.

"Aku dulu pernah punya ibu, tapi hanya sampai usia 10 tahun. Setelah itu, ibu meninggalkanku sendirian."

Kata-kata itu menghantam Adira seperti petir.

Ia terkejut, menyesal telah mengajukan pertanyaan yang mengungkit luka lama.

Tanpa berpikir panjang, ia bangkit, ikut duduk di samping Ricardo, dan memeluk lututnya.

"Maaf, aku sudah tak sopan bertanya tentang masa lalumu,"

ucapnya dengan nada penuh penyesalan.

Ricardo mengalihkan pandangannya ke Adira, merasakan ketulusan dalam suara dan tatapannya.

Meski hatinya terasa berat, kehadiran Adira memberi sedikit kehangatan dalam kegelapan hidupnya.

"Tidak apa-apa," jawabnya lembut.

"Aku jarang membicarakan ini. Tapi kau membuatku merasa nyaman."

Keduanya terdiam sejenak, membiarkan keheningan berbicara, meresapi momen yang penuh ketulusan di antara mereka.

1
gak tau si
ada g ya yg kek ricardo d luar sana/Doge/
Zia Shavina: adaa ,pacarr kuuu /Tongue//Casual/
total 1 replies
Zia Shavina
dari alur cerita nya kita dibawa kenal ke pribadi masih2 tokoh utama dlu,so far romantisnya blm ada sii ,tapi blm tau keknya ricardo tipe yg bucin bget gak sii /Scream//Scream/
Zia Shavina
ricardooooooo
Zia Shavina
semangaatttt thhorrrr
Selina Navy: terimakasii🙏
total 1 replies
gak tau si
so sweet... 😍
gak tau si
sad bnget... /Sob//Sob/
gak tau si
kurang i thor sendiri nya
gak tau si
Penasaran jumpa dimana, tapi kok jd sad/Scowl/
gak tau si
romantis nya tipis-tipis/Smile/
gemezz/Angry/
Zia Shavina
lanjuttttt thorrrrr
Zia Shavina
tolongh thorr selamatkan adira/Sob//Sob/
Selina Navy: wahh.. terimakasih banyak Zia atas dukungannya..
tetap setia baca Luka dan Cinta ya..
Semoga suka..
total 1 replies
Zia Shavina
kasiann adiraa hidup seperti itu
Zia Shavina
lanjuttt terus thorr
Zia Shavina
hayo ricardo jangan di tinggil adira nyaaa
Zia Shavina
lanjutkan thorr..
gak tau si
semangat author..
update teruss..
gak tau si
suka sama adegan yang punya romantis tipis2 gini..
gak tau si
semangat author..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!