hidup dengan tekanan dan di cintai oleh kakak angkat sendiri membuat Vanya hanya bisa pasrah, dan menerimanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fajrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ungkapan kak vano
Saat semua nya usai dan sudah larut malam, kak vano
Menghampiri kami yang tengah berkumpul di ruang tengah,
Dia duduk tak jauh dari papa dan mama,
"Ma, pa, panggil kak vano, ada yan ingin aku bicarakan, ujar nya terlihat serius,
Kami semua menoleh pada nya tak terkecuali aku,
"Ada apa, Devan kamu terlihat serius banget, kata papa,
Kak vano terlihat diam sebentar, dia kembali menatap kearah ku,
"Aku ingin menikahi vanya,,
JEDAR,,, bak petir di siang bolong perkataan kak vano barusan telah menampar kami semua,
Papa seketika menegak kan tubuh nya, sedangkan Mama dia beralih menatap ke arahku,
"Nggak lucu vano ucap papa dengan tegas,
"Aku memang tidak bercanda pak aku serius jawab kak vano tak mau kalah,
"Sudah apa tidak mau mendengar omong kosongmu ujar papa masih mengelak,
"Pah,, Aku serius aku mencintai vanya pa,
Papa bangkit dan menghampiri kak vano yang tengah duduk di seberangnya,
Tanpa berkata lagi,,
"PLAK,, sebuah tamparan yang sangat keras, dan kami semua tidak ada yang menyangka, papa akan melakukan itu pada putra kesayangan nya.
Namun seperti sejatinya lelaki gentlemen kak vano tidak gentar sedikitpun dia malah terus menatap ke arah papa seolah menantang nya,
"pah sudah teriak mama,,
Tentu saja seorang ibu tidak akan tega melihat putranya di tampar di depan mata nya sendiri.
"Kamu gila ya,, ujar papa, dia adik kamu, ditaruh dimana otak mu, kata papa masih terlihat sangat emosi,
"Devano, jangan begitu nak, jangan buat kami malu, ujar mama,,
"Memang di mana letak kesalahannya ma pa kata kak vano masih membela diri,
"Aku dan Vanya tidak ada hubungan darah sama sekali tentu saja kalian tahu itu,
"Tutup mulut kamu, vanya dan vania, adalah anak anak papa selamanya, dan itu artinya mereka adik adik mu, dan tidak akan pernah ada hubungan lain diantara kalian, cam kan itu,
Papa dengan sangat marah meninggal kan ruang tengah,
"Pah tunggu, ucap mama namun tidak di gubris oleh papa.
"Ini semua pasti karna kamu yang merayu devan kan, ucap mama beralih menuduh ku.
Aku segera menggeleng Karena aku memang tidak merasa menggoda kak vano ya,
"Dasar kamu, "sudah sejak dulu Aku tidak menyukaimu Vanya, kamu benar-benar mirip dengan wanita licik itu,
Air mataku mulai bergenang, aku memang paling takut ketika di bentak, apa lagi sama mama yang selama ini tidak sayang padaku,,
"Mah kenapa malah nyalahin vanya ujar kak vanya membelaku,
"Diam kamu vano Ini semua karena kamu terlalu memanjakannya jadi dia berani menggodamu,
"Dan Kamu,! "bodoh sekali kalau sampai tergoda dengan wanita seperti ini, sama persis seperti papamu kata Mama dengan nada yang sengit dan pergi meninggalkan kami di ruang tengah,
Vania juga menatap ku sinis,
"Gak tau terima kasih kamu,udah di besarkan dan di sekolahin sampai seperti sekarang, "ini, balasan mu, untuk mama dan papa, membuat kekacauan saja,! Kata vania dengan nada ketus,
"Vania,! Jaga bicaramu, ujar kak vano,
Barulah vania diam saat kak vano menegur nya, karena Vania memang sangat penurut pada kak vano.
Malam itu, aku bahkan tidak bisa tidur,
Sungguh kak vano sangat nekat, bisa bisanya dia mengatakan semua itu tanpa bicara terlebih dahulu padaku,
"Dasar kak vano, aku memukul-mukul bantal gulingku karena merasa gemes dengan kelakuan kak vano yang kelewat,
Pagi harinya saat kami sudah siap untuk pergi ke kantor papa kembali membuat keputusan yang, membuat aku semakin tidak nyaman saja,
"Devano, mulai hari ini, kamu harus pindah dari rumah ini, dan tinggal di apartemen mu, sampai vanya nanti menikah dan ikut dengan suaminya,
"DEG,, aku sangat shok dengan keputusan papa, karna sampai mengusir putranya sendir demi anak angkat sepertiku,
"Pah,, aku memberanikan diri untuk berbicara,
Biar aku saja yang tinggal di luar pah,,
Lagian kak vano semalam hanya asal saja, kami tidak ada hubungan apapun di luar adik dan kakak, ujarku pada papa,
Seketika kau mendapat pelototan dari kak vano namun ku abaikan saja karena aku lebih menghormati papa daripada dirinya,
'tidak hanya kamu anak gadis kamu akan tetap di rumah biar vano tinggal di apartemennya sendiri ini keputusan papa sudah final,
Dan kamu bersiaplah akan segera papa nikahkan dengan laki laki yang terbaik agar vano tidak lagi meng ganggumu,
"Pah,, kak vano terlihat ingin protes,
"Cukup vano,! bentak papa aku tidak mau mendengar apapun lagi jalani kehidupan kalian semua dengan normal, sebagai mana mestinya,
Kak vano dengan marah meraih tas kerjanya dan pergi begitu saja dan melewatkan sarapan pagi yang biasa kami lakukan,
"Papa tega banget sih,! nyuruh nyuruh anak sendiri yang pindah, Mama terdengar protes dan seakan-akan ingin bilang kalau akulah yang harus pergi dari rumah ini,
"Diam mah ini sudah waktunya aku tegas pada anak anak ujar papa tidak mau dibantah,
***
Pagi itu aku berangkat ke kantor dalam keadaan hati yang tidak nyaman, bagaimana Tidak Kak vano pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun lagi,
Sedangkan Mama juga terlihat marah dan tidak mau sarapan pagi bersama kamu dikarenakan papa menyuruh Kak vano untuk tinggal di apartemen nya sendiri,
Sesampainya di kantor aku pun memarkirkan mobil di tempat yang biasa dan aku berjalan memasuki kantor seperti hal nya karyawan yang lain,
"Vanya,, Marsha terlihat menghampiriku,
"Iya kenapa Marsha,
"Vanya siang ini kita ada meeting, yang akan dilakukan di sebuah resto bersama pak Dimas kita akan membahas tentang hasil desain kita masing masing ujar Marsha padaku,
"Ya sudah akan aku persiapkan ujarku malas dan masuk ruanganku,
"Dih diajak ngomong baik-baik kok malah jawabnya begitu dasar karena anak bos jadi semena-mena terdengar Marsha menggerutu di belakangku namun aku tidak lagi menggubris nya karena pikiranku saat ini benar benar kacau.
Sebenarnya aku ingin sekali berbicara dengan Kak vano dan mengutarakan protesku atas sikapnya, tapi sepertinya Kak vano malah tidak datang ke kantor hari ini,
"Biarlah, nanti juga ketemu pikirku,
**
Saat jam makan siang, aku dan marsha dan juga beberapa rekan yang lain, mengadakan rapat dengan pak dimas, sebagai CEO dari perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan kami,
Kami membahas semua desain yang akan digunakan untuk peluncuran produk terbaru,
Semua berjalan dengan, dan satu keputusan yaitu semua setuju menggunakan hasil desain ku untuk garap di perusahaan nya pak Dimas, tersebut,
Rapat pun usai tapi karena di sebuah resto yang ada private room nya,
Pak Dimas meminta waktu kepadaku untuk berbicara berdua saja dan mengatakan pada karyawan lain kalau itu urusan pribadi.
Akhirnya semua rekanku yang lain pada kembali ke kantor sedangkan aku masih tetap tinggal menunggu apa yang ingin pak Dimas bicarakan kepadaku,
"Maaf banyak aku lancang memintamu untuk tetap tinggal, "karena kalau tidak begini kamu tidak pernah ada waktu untuk menerima ajakan ku pergi,
"Memangnya ada hal apa yang ingin bapak bicarakan kataku pada Dimas,
"Ayolah Vanya jangan formal begitu kita ini seumuran dan kita juga sedang di luar kantor,
"Terus aku harus memanggil apa kataku memang terlihat bingung,
Panggil aku Dimas atau Mas Dimas saja,
"Ok dimas saja, jawab ku,
Dimas terlihat mengangguk setuju dengan ucapanku,
"Vanya kamu sudah pasti tahu bagaimana aku selalu memberi perhatian terhadapmu itu tidak mungkin aku lakukan tanpa ada sebab dan kemauan,
"Hmm, trus jawab ku menunggu apa yang ingin dimas ucap kan,
"Aku ingin melamar mu dan aku sudah mengatakan nya kepada papa,
"Khem,, maaf dimas,, aku belum berpikir ke arah sana,
"Apa ini kode kalau kamu telah menolakku.
"Tapi tenang saja kamu tidak usah menjawabnya aku akan langsung menemui tuan Wilman dan memintamu kepada nya,
"Dimas jangan nekat ya,
"Terus kenapa memangnya kamu sudah ada pacar,
Pertanyaan Dimas membuatku teringat dengan kejadian semalam yang sampai membuat Kak vano tidak masuk ke kantor hari, ini.
"Aku menggeleng karena aku tidak mau membuat kesimpulan lagi,
Terserahlah apa yang ingin Dimas lakukan aku sudah putuskan akan mengikuti semua kemauan papa demi membalas jasa baik nya selama ini kepada ku.
"Aku pergi dulu ya sepertinya bukan waktu yang tepat melihat semua ini Dimas karena kita juga baru beberapa kali bertemu kataku pada Dimas,
Dan aku pun segera beranjak dari restoran itu untuk kembali ke kantor juga.