NovelToon NovelToon
Same But Different

Same But Different

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Mengubah Takdir / Teman lama bertemu kembali / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kanza Hann

Isya sadarkan diri dalam kondisi amnesia setelah mengalami kecelakaan ketika studi wisata. Amnesia itu membuat Isya lupa akan segala hal yang berkaitan dengan dirinya, bahkan banyak yang menilai jika kepribadiannya pun berubah. Hari demi hari ia jalani tanpa ingatan yang tersisa. Hingga pada suatu ketika Isya bertemu dengan beberapa orang yang merasa mengenalinya namun dengan identitas yang berbeda. Dan pada suatu hari ingatannya telah pulih.

Apa yang terjadi setelah Isya mendapatkan ingatannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanza Hann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

019 : Percaya Diri Tak Tertandingi

"Hoam..." Fina menguap karena masih merasakan kantuk yang teramat berat. Semalam dia hanya bisa tidur selama 2 jam. Akhir-akhir ini Fina banyak melakukan pekerjaan paruh waktu di beberapa tempat, juga masih ada tugas sekolah yang belum ia kerjakan.

Memang berat mencoba bekerja di usia sekolah. Tapi mau bagaimana lagi? Meski bukan kewajibannya, Fina berusaha ikhlas membantu Bu Wina dalam menghasilkan dana tambahan untuk mencukupi kebutuhan anak-anak di Valda House.

Sejak kecil Fina dan kakaknya sudah ditelantarkan oleh orang tua mereka. Ayah mereka meninggal, sementara sang ibu hidup bahagia dengan suami baru setelah menelantarkan kedua anaknya. Mungkin ibu tersebut beranggapan bahwa anak dari hasil pernikahan terdahulu hanya akan menjadi penghalang ketika beliau hendak menikah lagi.

"Tiada guna jika hanya menyalahkan takdir dan tidak mencoba memperbaiki kehidupan saat ini!" itulah motivasi terbesar dalam hidup yang Fina jalani.

Fina sudah tidak mempermasalahkan lagi keputusan ibunya untuk menelantarkan mereka. Beliau juga berhak bahagia dengan caranya sendiri. Lagipula luka yang ia dapat sudah tergantikan oleh kasih sayang yang dari Bu Wina. Oleh karena itu, Fina bekerja keras membantu Bu Wina dalam mengurus Valda House. Hitung-hitung usaha yang ia lakukan sebagai wujud rasa terima kasih kepada Bu Wina yang telah menyelamatkan mereka dari dinginnya kehidupan jalanan.

Rasa kantuk dalam diri Fina seketika hilang setelah ia mendapati seorang gadis yang nampak familiar di seberang jalan depan sekolah. Ia pun mengurungkan niat untuk memasuki gerbang sekolah guna menghampiri gadis itu lebih dulu.

"Lama kita tidak bertemu!" ucap Fina dari arah belakang gadis yang dihampirinya.

Ternyata gadis itu adalah Bella Athalia. Bella pun menoleh ke arah sumber suara, "Aaa... Alfina Rahma rupanya! Apa kabar?"

Fina tidak ingin menjawab pertanyaan Bella mengenai kabarnya sekarang. Yang jelas ia kembali terusik dengan kehadiran Bella di sekitar Orlando High School, "Kenapa kamu ada di sini?"

Dengan senyum sinis Bella ingin mengetahui alasan ketidaksukaan Fina atas kehadirannya, "Kenapa? Tidak bolehkah aku kembali ke sini? Apa kamu merasa terusik dengan kedatanganku? Atau... kamu sangat merindukanku?"

"Jangan omong kosong! Kamu sama sekali tidak berhak berada di sini setelah berhasil membunuh seseorang!" ucap Fina dengan penuh amarah. Ia tahu betul semua perbuatan yang Bella lakukan terhadap Ella.

"Auh... kejam sekali perkataanmu itu! Padahal selama ini aku hanya bermain-main dengannya, tapi kenapa aku bisa dicap sebagai pembunuh?" dengan santainya Bella menyangkal semua tindak bullying yang pernah ia lakukan.

"Bermain-main katamu?!" nada bicara Fina mulai meninggi. Amarah dalam diri Fina kian meningkat setelah mendengar jawaban sepele dari Bella. "Asal kamu tahu... Ella tidak akan meninggal jika bukan karena dirimu!" Fina semakin mendekat ke Bella dengan tatapan tajam.

Meski Fina nampak memperlihatkan amarah pun, hal itu sama sekali tidak membuat Bella merasa terintimidasi. Sekilas ia membuang muka untuk menertawakan sikap Fina yang mendadak berani padanya, "Cih! Hahaha..."

Tatapan Bella berubah drastis menjadi lebih menakutkan. Tidak sekalipun Bella merasa lebih lemah dari lawan bicaranya, meski dia tahu kalau sebenarnya dia lah yang salah. Dengan sigap Bella meraih kerah seragam Fina. Dalam jarak yang dekat, Bella cukup mengatakan suatu hal penting dengan suara lirih.

"Memangnya apa yang kamu tahu? Tidak tahu apa jika Ella memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di sungai?" tangan kanan Bella mulai merayap ke wajah Fina. Dengan lembut ia mengusap bibir lawan bicaranya, "Jadi kenapa bisa bibir indah ini berkata bahwa aku lah penyebab meninggalnya gadis menyebalkan itu?"

Fina menampik tangan Bella dari wajahnya. "Dasar sinting!" ia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Bella namun tenaganya kalah kuat.

Melihat mangsa mulai memberontak, Bella semakin erat mencengkeram pundak Fina. Masih ada beberapa hal yang belum ia sampaikan sebelum mangsanya lepas. "Hei hei hei! Kamu mau pergi ke mana? Tunggulah sebentar, masih banyak yang ingin aku katakan!"

"Omong kosong apa lagi yang ingin kamu katakan?!"

"Eum... kita mulai dari mana ya?"

Fina sudah sangat risih berada dekat dengan Bella. Percuma jika hendak melawan orang satu ini. Fina kira keberaniannya sudah cukup untuk membuat Bella merasa bersalah. Namun, ternyata rasa percaya diri gadis itu terlalu tinggi untuk diruntuhkan dan malah dirinya yang kembali tersudutkan. Bahkan setelah Bella dikeluarkan dari Orlando High School akibat perbuatan buruknya, ia masih saja berani menampakkan diri di sekitar sekolah.

"Cepat katakan! Aku tidak ingin membuang waktu hanya untuk mendengarkan perkataan orang sinting sepertimu!"

"Jangan bertingkah layaknya orang penting yang waktumu sangat mahal untuk dibeli! Karena sebenarnya kamu juga bukan siapa-siapa di sini!"

Fina mendadak diam. Perlahan ia gemetar diselingi rasa takut yang menjalar dari dalam tubuh ketika sekilas potongan ingatan dimana dia dirundung oleh Bella kembali muncul. Bella bisa merasakan bahwa keberanian Fina untuk melawan semakin melemah. Dalam kondisi seperti itulah ia bisa dengan mudah mengendalikan mangsa untuk takluk walau hanya dengan beberapa kalimat yang sangat mengena sampai hati bagian terdalam.

"Sepertinya kamu lupa jika kamu juga berkontribusi atas meninggalnya Ella! Atau kamu sengaja melupakannya?" ucap Bella seolah mengingatkan tentang apa yang telah Fina lakukan di masa lalu.

Namun, Fina sama sekali tidak bisa menebak maksud dari perkataan Bella yang sebenarnya. "Apa maksudmu?"

"Kamu tidak ingat apa jika kamu lah yang lebih dulu menjadi tikus mainanku? Dan yang aku ingat... dulu aku sama sekali tidak tertarik pada Ella! Tapi, setelah dia berusaha sok campur untuk menolongmu, aku jadi berpikiran bahwa dia juga menyebalkan! Apalagi setelah tahu kalau Ella adalah penghalang besar dalam mendapatkan apa yang aku inginkan, aku jadi semakin tertarik untuk mengerjainya!"

Sampai saat ini Fina masih saja diam mendengarkan. Apa yang dikatakan Bella memang seperti itulah yang terjadi di masa lalu.

"Dan yang lebih ironisnya, kamu sama sekali tidak mau menolong Ella setelah dia menjadi tikus mainanku. Apa kamu senang telah mengirim Ella padaku sebagai penggantimu?"

Fina hendak menjawab, namun mulutnya sama sekali tidak ingin berbicara walau hanya sepatah kata. Ucapan Bella memang benar apa adanya, sehingga Fina merasa begitu rendah jika masih berusaha menyanggah.

Bella sangat puas melihat sikap Fina yang sampai sekarang belum berubah. Ia tahu betul gadis itu akan tetap diam jika perkataan pihak lawan itu benar dan hampir melukai harga dirinya.

"Pfft.... Hahaha... benar kan? Sikapmu dari dulu sangat mudah sekali untuk ditebak!"

Puk puk

Bella menepuk ringan pipi Fina, "Sadarlah! Seperti inilah dirimu yang sebenarnya! Jadi jangan coba-coba berani datang hanya untuk melawanku! Mengerti?"

Dirasa apa yang hendak Bella katakan sudah lebih dari cukup, ia pun mendorong tubuh Fina untuk menjauh. Sekarang Fina sudah lepas dari Bella, namun dirinya masih merasa terintimidasi atas semua perkataan yang terarah padanya di pagi ini.

Kondisi di sekitar Orlando High School semakin ramai oleh para siswa yang mulai berdatangan. Sebaiknya Bella segera meninggalkan tempat itu jika tidak ingin kembali mendapat masalah dan menjadi buah bibir di kalangan para teman lama di sana.

"Senang sekali bisa bertemu denganmu pagi ini! Lain kali kalau berjumpa lagi mari kita bicara lebih santai layaknya dua orang teman yang sangat akrab!"

Fina lebih memilih membuang muka daripada menjawabnya, "Huh..."

"Aku pergi dulu!" merasa dirinya lah yang menang, Bella melangkah pergi dengan gerak penuh irama sembari bersenandung ria. "La la la la la..."

Namun, masih ada satu hal lagi yang kelupaan. Ia pun berhenti sejenak untuk mengatakannya.

"Oh iya, daripada kamu terus menyalahkanku... Bagaimana kalau kamu mengunjungi Ella dan langsung minta maaf padanya? Jangan berusaha terlalu keras menyalahkan orang lain jika ternyata dirimu juga bersalah dan bahkan belum menyadarinya!"

Memang lebih mudah mengatakan daripada melakukan. Seperti halnya lebih mudah menyalahkan daripada mengakui kesalahan.

Apapun itu yang jelas Fina memang sudah merasa bersalah dari awal. Hanya saja harga diri Fina akan jauh lebih terluka jika dia mengakuinya secara langsung di depan Bella.

Bella sangat puas dengan apa yang ia dapatkan hari ini. Meski tidak terungkap secara langsung, feeling serta perkiraannya selalu tepat dalam menebak kemungkinan besar dalam diri Fina. Kini keberadaannya benar-benar sudah harus menghilang dari sana.

"Bye bye... sampai jumpa lagi!"

Sosok menyebalkan tadi sudah menghilang dari pandangan Fina. Kedua tangan Fina mengepal guna meredam amarah yang tidak dapat tersampaikan secara maksimal.

1
Anonymous
keren
Wy Ky
.
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
F.T Zira
like sub dan 🌹 untukmu kak Thor🫰🫰
F.T Zira
aku ninggalin jejak di chapter 1 dulu ya kak.. nanti baca secara berkala...

-One Step Closer-
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!