Tidak ada gadis yang mau menikah dengan lelaki beristri, apalagi dalam keterpaksaan ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Wulan Mengamuk
"Tapi .... "
"Mau saya hancurkan mobilmu atau kamu antarkan saya sekarang?" tanya Wulan, Varel tak mau jika mobil kesayangannya hasil Kredit tiba tiba hancur karena ulah palu yang berada pada tangan Wulan, istri atasan nya.
"Baik, baik. Saya akan mengantarkan Ibu Wulan sekarang juga," ucap Varel, lebih memilih dimarahi sang atasan dari pada harus kehilangan mobil mewah Kreditannya.
"Oh ya, untuk mobil ini. kamu telepon saja suruhan Daniel untuk membawanya kembali ke rumah," balas Wulan, pada Varel. Ia kini masuk ke dalam mobil Varel dan duduk.
Saat dalam perjalanan, Varel menatap Wulan dari cermin kecil yang menggantung di mobilnya. Ia merasa aneh dengan penampilan Wulan memakai syal.
"Panas begini ngapain coba Bu Wulan pake syal?" Tanya Varel, Membuat Wulan memegang erat syalnya.
"Ngapain coba kamu nanya nanya segala!?" Cetus Wulan membenarkan syalnya terus menerus.
Varel berusaha diam, ia tak mau berdebat dengan Wulan.
Mobil kini melaju dengan kecepatan tinggi, untuk segera sampai di rumah Ibu Alenta.
Tidak cukup waktu lama, pada akhirnya, Varel mengantarkan juga Wulan sampai di rumah mertuanya.
"Sudah sampai."
"kenapa kamu tidak turun, membukakan pintu mobil?"
"Tapi saya …."
"Turun atau …."
"Baik Bu Wulan."
Varel kini menuruti perintah Wulan, walau dalam hatinya ada rasa benci yang menggebu.
"Sialan, kenapa juga aku menuruti perintah dia. Kan aku bawahan Pak Daniel. Bodoh, kamu benar benar bodoh Varel. " Gerutu Varel dalam hatinya, ia terlalu lemah saat menghadapi seorang wanita.
Wulan turun dengan begitu anggunnya, terlihat syal itu sedikit terbuka, kedua mata Varel membulat. Tak menyangka jika ada tanda merah pada leher istri Daniel.
"Ngapain kamu melihat saya seperti itu?" tanya Wulan dalam bentakannya. Wanita bertubuh ramping dengan baju seksinya, membenarkan syal yang dari tadi melilit leher.
"Ti-dak Bu!" jawab Varel gugup. Ia berusaha menghindari tatapan Wulan dengan menundukkan wajah.
Bu Alenta sedang berdiri di depan rumah, Wulan bergegas menghampiri ibu mertuanya itu, sorot mata dan raut wajah memperlihatkan ketidaksukaan saat sosok menantunya datang.
"BU."
Bukan sapaan yang didapatkan Wulan, Alenta wanita tua itu, bergegas masuk ke dalam rumah.
"Bu, tunggu. "
Alentar benar benar mengabaikan ucapan Wulan yang dari tadi memanggilnya.
"Bu, kenapa menghindar. Apa ibu sudah tahu dengan pernikahan Daniel? Jawab bu, kenapa diam saja."
Tangan yang meraih gagang pintu, kini Alenta lepaskan, kedua mata menatap ke arah Wulan dan bertanya?" Kenapa kamu tanya kepada ibu, jelas jelas kamu sendiri yang sudah membuat Daniel menikah lagi."
"Maksud ibu apa? kenapa ibu malah menyalahkanku?" Wulan memperlihatkan dirinya seakan terdzolimi.
Alenta berusaha tenang menghadapi sifat kekanak kanakan menantunya itu," Wulan, coba kamu tanyakan pada diri kamu sendiri. Apa kamu sudah menjadi istri yang baik? Menuruti apa perkataan suami, bukan malah menuruti ego sendiri."
Wulan bukannya menyadari dirinya sendiri, ia malah memegang dada dan berkata." Jadi ibu berkata bahwa Wulan bukan istri yang baik!"
Beginilah, Alenta jika berdebat dengan menantunya selalu tak satu frekuensi. Setiap kali menasehati, menyadari dengan baik baik. Wulan selalu menjawab dengan nada emosi dan merasa dirinya selalu tersalahkan.
"Wulan bukan maksud ibu berkata seperti itu, harusnya dalam pernikahan. Kamu harus pada tujuan kamu bersama sang suami, kamu harus memikirkan masa depan untuk mempunyai anak agar tujuan kamu menikah lebih berarti, stop dulu cita citamu sebagai model, hidup kamu bersama Daniel bukanya sudah tercukupi dan senang. Kamu harus ingat umur kamu sudah mencapai tiga puluh tahun. Waktu yang cocok untuk fokus membina rumah tangga memiliki seorang anak …. "
Bukannya sadar Wulan malah membentak sang mertua." Anak lagi, anak lagi. Apa tidak ada perkataan lain lagi selain anak yang dibahas bu. Wulan bosan dengan permintaan ibu terus. Aku tetap pada tujuanku menjadi model sebelum memiliki anak."
"Wulan, ibu mengatakan hal ini karena ibu sayang terhadap kamu. Kamu jangan salah paham, kita ini sebagai keluarga besar, harus mempunyai garis keturunan untuk meneruskan .... "
Belum semua perkataan terlontar, dari mulut Alenta, Wulan membentak wanita tua itu lagi." Itu lagi yang dibahas, tidak ada lagi apa selain pembahasan itu itu saja."
"Ibu pusing memberi tahu kamu Wulan, terserah kamu saja." Alenta kini pergi masuk ke dalam rumah, sudah lelah menghadapi perkataan Wulan yang egois.
Wulan menggedor pintu rumah sang mertua," bu. Kenapa ibu malah pergi hah, Wulan ingin tanya dimana sekarang Daniel, ibu jangan sembunyikan Daniel dan istri barunya."
Alenta mengunci pintu rumahnya, ia sudah berusaha menasehati Wulan menjadi ibu rumah tangga yang baik, tapi pada dasarnya memang Wulan keras kepala terlalu egois.
"Hah, sialan sekali. Nenek tua itu, aku ingin menanyakan dimana keberadaan anaknya dia malah masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rumahnya," gerutu hati Wulan.
"Bu, izinkan Wulan masuk, bu."
Teriak Wulan tapi tak di dengar oleh Alenta.
Saat itulah satu kesempatan untuk Varel pergi, agar ia tidak terus menerus di perintah oleh Wulan, "Kesempatanku untuk pergi dari sini."
Varel melangkah mundur kakinya, untuk segera menaiki mobil, kabur dari Wulan.
Wulan masih fokus pada pintu rumah sang mertua, ia ingin menanyakan keberadaan Daniel.
Sampai dimana suara mobil terdengar, Varel sudah tidak ada di belakangnya.
"Ahk, sial Varel ternyata kabur."
Wulan berusaha tetap tenang, sebenarnya hatinya kini diambang kekesalan.
Sedangkan di dalam rumah, Alenta sangat pusing
dengan teriakan sang menantu.
"Bu. Buka."
Teriakan Wulan tak berhenti henti, Alenta kini meraih ponselnya, untuk menghubungi Daniel.
"Menantu satuku ini memang bikin pusing, sudah di kasih hidup enak. Belum suami setia masih saja banyak tingkah. Sekarang pas suaminya nikah, ngamuknya nggak ke tolongan." Gumam hati Alenta, memegang layar ponsel untuk segera menghubungi Daniel.
Sambungan telepon kini terhubung, dimana Daniel masih berada dalam perjalanan menuju ke sebuah hotel mengajak Sarla untuk melaksanakan ritual setelah menikah.
"Halo, bu. Ada apa?"
Tanya Daniel. Terlihat Sarla masih memandangi setiap jalanan yang dilewati mobil.
"Daniel kamu ke rumah ibu dulu lah, ibu pusing menghadapi Wulan, istri kamu dari tadi dia menanyakan keberadaan kamu terus menerus. Sekarang juga dia teriak teriak di depan pintu!" jawab Alenta kepada anaknya berharap jika Daniel datang menenangkan Wulan.
"Ya sudah, nanti Daniel ke sana setelah mengantarkan Sarla," ucap Daniel kepada ibunya.
Alenta sedikit bernapas lega, jika anaknya akan datang untuk memberi penjelasan pada istrinya.
" Ya sudah cepat ya, ibu tunggu kamu loh. Jangan lama, ibu pusing dengan teriakan Wulan yang tak kunjung berhenti dari tadi, " keluh sang ibunda kepada anaknya.
"Ya bu."
Sambungan telepon di matikan sebelah pihak dimana Sarla kini bertanya," Siapa?"
Apa Daniel akan berkata jujur?