DEWI ULAR

Tubuh Abraham mengejang, jatuh dan meronta diatas lantai.

Rasa panas, perih bercampur jadi satu.

Ki Anom tersenyum, ramuannya benar-benar mujarab.

Dari dalam tubuh Abraham segumpal asap tebal keluar lalu membentuk ular raksasa.

Wulan dan Vanessa sama sekali tak melihat perwujudan ular itu hanya ki Anom saja yang bisa, itu pun dengan menggunakan telepati yang di miliki.

Kulit ular Dewi sedikit mengelupas terkena cairan cinta Ki Anom dan Vanessa.

Dengan satu kali usapan ekor luka itu kembali semula.

"Kamu sudah melukaiku dan menyakiti ibuku aku tidak akan memberimu ampun. Sekarang bersiaplah."

Ular Dewi berubah jadi tujuh mengelilingi ki Anom. Ki Anom berputar mencari wujud asli ular dewi tidak sedikitpun yang membedakan. Hingga membuat pria paruh baya itu kewalahan.

"Jangan jadi pengecut cepat perlihatkan wujud aslimu wahai siluman ular."

"Dengan bayanganku saja kamu tidak mampu apalagi menghadapi wujud asliku."

"Sombong sekali, coba lihat ini."

Ki Anom tidak mau kalah, dengan kesaktian yang di miliki, ki Anom juga mengubah diri menjadi lebih banyak bahkan lebih banyak dari bayangan Ular Dewi.

Ki Anom mengepung Dewi ular, pertarungan terjadi cukup dahsyat hingga terlihat Dewi ular terdesak satu-persatu bayangannya menghilang hingga menyisakan tubuh aslinya.

Ki Anom tertawa di ikuti bayangan-bayangannya. Sungguh sulit membedakan yang mana yang asli apa lagi jumlahnya begitu banyak.

Dewi ular mengibaskan ekornya. Beberapa bayang Ki Anom terkena sabetan ekor Dewi ular hilang tapi muncul lagi.

Ulang dan terus mengulang hasilnya masih tetap sama.

"Ha ..ha.. menyerahlah dan serahkan mustika itu padaku."

"Chii...Kalau begini terus aku tidak bisa mengalahkannya. Aku harus cari wujud aslinya, Tapi dimana?"

Dewi menerawang setiap bayangan Ki Anom, semua sama, tak satu pun ciri yang membedakan bayangan-bayangan itu.

Sementara itu Abraham yang sudah sadar dari ingatannya mendekati Vanessa lalu menarik tangan perempuan itu dan menyeretnya keluar.

"Sekarang pergi dari sini, dasar perempuan menjijikkan."

Anehnya, bayangan Ki Anom ikut terseret. Dewi ular baru sadar kalau tubuh asli ki Anom bersembunyi di tubuh Vanessa.

"Mau ke mana kamu."

Terhalang oleh bayangan Ki Anom, ular Dewi menerobos dan menyerang tubuh Vanessa dengan sinar laser.

Tubuh Ki Anom terlempar, darah segar keluar dari bibirnya. Satu-persatu bayangannya menghilang.

Melihat lawannya sudah tak berdaya, Dewi membungkus tubuh Ki Anom lalu menyerap semua energinya.

Menjadi manusia biasa dan tidak memiliki kekuatan sihir lagi.

"Kurang ajar kamu siluman ular, aku akan datang lagi membalas mu. Ayo Vanessa kita pulang."

Ki Anom memegang tangan Vanessa dengan cepat Vanessa menghempaskan.

"Aku tidak mau ikut denganmu, aku mau ikut dengan suamiku."

"Pernikahan kita sekedar balas jasa. Pergilah karena sampai kapan pun aku tidak bisa mencintaimu."

Ki Anom menarik tangan Vanessa dan membawanya ke mobil.

Setelah kepergian Ki Anom dan vanessa, ketiganya masuk kedalam rumah dan duduk di sofa.

"Tadi kamu sudah mendengar semuanya. Aku mohon menikahlah denganku."

Abraham bersimpuh di depan Wulan. Wajah Wulan memerah tak percaya kalau Abraham melamarnya di depan Dewi.

Ada sekitar tiga puluh menit mereka di ruang tamu hingga

keluar sambil menenteng koper dan tas.

Abraham memaksa mereka kembali ke rumah.

Sepanjang perjalanan Abraham menggenggam tangan Wulan seolah tak mau melepaskan.

Dewi yang saat itu duduk di kursi penumpang hanya bisa tertawa, sesekali membuang muka ke luar jendela.

Tidak terasa perjalanan akhirnya mereka tiba juga di kediaman Abraham. Mobil Vanessa juga sudah terparkir di garasi. Sepertinya perempuan itu tidak rela meninggalkan Abraham serta fasilitas mewah yang selama dia nikmati bersama putrinya.

Para pelayan yang melihat kedatangan Wulan dan Dewi berlarian menyambut mereka.

Mengangkat barang bawaan laku membawanya ke kamar.

Cathy dan Vanessa datang dari arah kamar lalu mendekati mereka.

Cekcok mulut kembali terjadi antara Vanessa dan Abraham. Vanessa tidak terima kalau Wulan dan Dewi tinggal bersama mereka di rumah itu lagi.

"Sudahlah bram, tak baik di dengar orang. Ada baiknya aku pergi agar situasi tidak semakin runyam."

Wulan memegang tangan Dewi bersiap untuk pergi dengan sigap Abraham mencegahnya.

"Bagus kalau kamu sadar, sekalian bawah anak haram mu itu."

Plak.........

Kembali telapak tangan Abraham mendarat di wajah Vanessa membuat perempuan itu meringis.

Cathy mendekat ibunya lalu memegang pipinya yang sudah memerah.

"Apa ada yang di katakan mommy itu benar, Dewi memang anak haram."

"Yang anak haram itu kamu Cathy."

Dengan suara lantang Abraham menceritakan semuanya kalau dia menikahi vanessa hanya penutup aib dan balas jasa pada keluarga ibunya.

Bak disambar petir Cathy menangis, meminta penjelasan pada Vanessa.

Karena tak ada jawaban dari Vanessa, Cathy berlari keluar rumah sambil menangis, hatinya begitu hancur menerima keadaan.

Terus berlari dan tanpa sadar sudah berada di jalan utama. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan.....

Terdengar benturan keras.

Satpam yang berjaga dan melihat peristiwa itu segera berlari menemui Abraham.

"Tuan, nona Cathy kecelakaan di depan."

Semuanya berlari keluar, dan mendapati Cathy terlentang diatas aspal. Darah berceceran dimana-mana.

Wulan menutup mata tak sanggup melihat kondisi Cathy.

Kepala dan sebagian tubuh sudah tak berbentuk lagi. Cathy sudah tidak ada, Tuhan lebih sayang pada hingga begitu cepat memanggilnya.

Vanessa menangis histeris sambil memeluk tubuh putrinya yang lunglai tak bernyawa.

*******************************

Dua bulan setelah peristiwa itu.

Hari ini hari dimana Abraham dan Wulan melangsungkan pernikahan.

Acaranya cukup sederhana atas permintaan Wulan. Hanya kerabat dekat saja yang mereka undang walau Abraham ingin sekali mengadakan pesta besar.

Subuh-subuh sekali para pelayan sudah beres-beres dari lantai, kaca sampai halaman. bukan cuman mereka yang disibukkan dalam acara itu, bahkan parah koki juga sudah mempersiapkan menu spesial menyambut kedatangan tamu.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi satu-persatu tamu undangan memberi selamat pada Kedua mempelai.

Dari arah pintu muncul seorang perempuan paruh baya mengamuk, dua orang penjaga mencoba mencegah tapi perempuan itu tetapi saja nekat menerobos.