NovelToon NovelToon
5 Hari Sebelum Aku Koma

5 Hari Sebelum Aku Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Romantis / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Suami Hantu
Popularitas:18.4k
Nilai: 4.6
Nama Author: Maylani NR

5 hari sebelum aku koma, ada sesuatu yang janggal telah terjadi, aneh nya aku tidak ingat apa pun.
__________________

"Celine, kau baik-baik saja?"

"Dia hilang ingatan!"

"Kasian, dia sangat depresi."

"Dia sering berhalusinasi."
__________________

Aku mendengar mereka berbicara tentang ku, sebenarnya apa yang terjadi? Dan aneh nya setelah aku bangun dari koma ku, banyak kejadian aneh yang membuat ku bergidik ketakutan.

Makhluk tak kasat mata itu muncul di sekitar ku, apa yang ia inginkan dari ku?
Mengapa makhluk itu melindungi ku?
Apakah ini ada hubungan nya dengan pria bermantel coklat yang ada di foto ku?

Aku harus menguak misteri ini!
___________________

Genre : Horror/Misteri, Romance

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maylani NR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makhluk misterius

Di jalan raya yang tak pernah tidur, lampu-lampu kendaraan bersinar seperti arus listrik yang tak pernah padam. Kerumunan orang lalu-lalang di trotoar, sebagian menunggu bus, sebagian lainnya berbincang santai. Namun, malam itu, dua anak berandalan merasakan dunia seakan mengejar mereka. 

Mike dan Roy, dua pemuda yang baru saja terlibat dalam sebuah masalah, berlari seolah hidup mereka bergantung pada kecepatan kaki mereka. Nafas mereka tersengal, keringat bercucuran di bawah cahaya redup lampu jalan. 

"Mike, tunggu, Mike!" teriak Roy dari belakang, mencoba mengejar temannya yang semakin jauh. 

Mike tidak menoleh, bahkan tidak melambat. Kepanikannya melumpuhkan segala rasa, hanya satu hal yang ada di pikirannya—lari sejauh mungkin dari sosok mengerikan yang menghantui mereka. 

"Mike tunggu! Jangan tinggalkan aku!"

"BERISIK! Jangan ikuti aku, Roy!" bentak Mike tanpa menoleh. 

Roy terhenti sejenak, kelelahan karena ditinggal jauh oleh temannya. Namun, ia tetap melangkah, mencoba mengejar. Di depan, Mike mengambil keputusan nekat—ia menyebrangi Zebra Cross tanpa melihat kiri atau pun kanan. 

Dan, entah mengapa sesaat setelah itu langkah Mike terhenti mendadak. 

Mike sedang di hadapkan oleh sesosok makhluk yang menyeramkan. Sosok itu tinggi hitam dengan tubuh kurus dan mata merah menyala berdiri di hadapannya, memancarkan aura dingin yang membuat darah Mike berhenti mengalir. 

"HAAAH!? K-KAU?" Mike tersungkur ke belakang, kedua matanya membelalak ketakutan. 

Sementara itu, Roy melihat sesuatu yang lebih mengancam. "MIKE! AWAAAAAS! MENYINGKIR DARI ZEBRA CROSS!" teriaknya panik. 

Namun, Mike tidak mendengar. Pandangannya terpaku pada makhluk itu, tubuhnya tak dapat digerakkan. 

TIIIIIIIIIINNN! 

"MIKEEEEEEE!" 

BRAAAAAAAAK! 

Sebuah truk melaju kencang dari arah kanan. Dentuman keras mengguncang udara, tubuh Mike terpental seperti boneka kain, menciptakan pemandangan mengerikan di Zebra Cross. 

Tubuhnya terlempar beberapa meter, pecahan darah dan bagian tubuh berserakan di sepanjang jalan. Kerumunan orang yang sebelumnya sibuk dengan urusan masing-masing kini berlarian mendekat, melihat tragedi mengerikan itu. 

"Ya Tuhan, ada apa itu?"

"Sepertinya seseorang tertabrak truk!"

"Kasihan sekali, tubuhnya…"

"Cepat panggil ambulans!"

Namun, Roy tak lagi mendengar suara orang-orang di sekitarnya. Tubuhnya gemetar, matanya menatap kosong ke arah mayat temannya. "Mike... ini tidak mungkin… Mike…" gumamnya dengan suara parau. 

Rasa takut menguasai Roy sepenuhnya. Ia tidak mempedulikan kerumunan atau rasa bersalah. Ketakutan akan makhluk yang tadi dilihatnya membuatnya mengambil keputusan. 

"Aku harus pergi dari sini. Hantu itu pasti akan mengejar ku juga!" Roy berbalik dan mulai berlari, meninggalkan lokasi kejadian dengan langkah terburu-buru. 

Taptaptaptaptap!

.......

.......

.......

Roy berlari tanpa henti. Jalanan pertokoan yang sudah tutup menjadi saksi bisu kegelisahan dan ketakutan yang melingkupi dirinya. Keringat mengucur deras, membasahi kaos oblong hitam yang kini lengket di tubuhnya. Nafasnya tersengal, namun pikirannya terus memerintahkan kaki untuk bergerak. 

"Sialan, sialan! Hantu sialan! Aku harus kemana sekarang?" teriaknya dalam hati. 

Taptaptaptaptap! 

Namun langkahnya terhenti tiba-tiba. Di depannya terbentang tembok tinggi, sebuah jalan buntu. Wajah Roy berubah panik, tangannya mengepal kuat-kuat. 

"Aarkhhh ... sial! Kenapa harus buntu?" 

Ia berbalik, berharap bisa mencari jalan lain. Namun harapannya hancur saat ia melihat sosok itu lagi—makhluk hitam misterius berdiri tegap, seperti bayangan gelap yang tak bisa dihindari. 

"Haaah?" 

Makhluk itu tidak berkata sepatah kata pun. Tubuhnya yang tinggi, mata merah menyala, dan rambut silver panjang yang menjuntai memberi aura mengerikan. 

"Ja-jangan bunuh aku, aku mohon! Aku tidak bersalah!" Roy memohon dengan suara gemetar, tubuhnya mundur perlahan. 

Makhluk itu tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam, memancarkan tatapan dingin yang seakan menusuk langsung ke jiwa Roy. 

"Apa yang kau inginkan dari aku sebenarnya?" tanya Roy dengan nada hampir putus asa. 

Tetap tak ada jawaban. Makhluk itu perlahan mengangkat tangannya dan menunjuk ke atas. Telunjuknya yang panjang dan tajam seolah memberi perintah yang tidak bisa diabaikan. 

Roy mengernyit bingung. "Hah ... atas? A-ada apa di atas?" 

Ia menoleh ke langit dengan hati-hati, mencoba mencari tahu apa yang ditunjukkan makhluk itu. Namun, di atas hanya ada hamparan gelap malam tanpa bintang, kosong, sunyi. 

"Ti-tidak ada apa-apa di atas ... memangnya apa yang ingin kau tunjuk—" 

JLEEEEEB! 

Sebelum kata-katanya selesai, sebuah rasa sakit yang tak terlukiskan menyergap tubuhnya. Matanya membelalak, mulutnya terbuka tanpa suara. Makhluk itu telah menancapkan besi panjang tepat di jantung Roy, besi yang sama seperti yang ia gunakan untuk membunuh Jack sebelumnya. 

Roy memegangi dada yang berdarah, tubuhnya lunglai. 

"... " 

Makhluk itu tetap diam, tanpa ekspresi. Hanya memandang Roy yang terhuyung dan akhirnya jatuh ke tanah dengan suara yang berat. 

Bruuuk! 

Darah menggenang di sekitar tubuh Roy yang tak lagi bergerak. Besi panjang itu masih menancap, menjadi penanda kematian tragisnya. Di malam yang gelap itu, Roy menjadi target terakhir yang dihabisi oleh makhluk misterius tersebut. 

Malam kembali hening, hanya suara langkah perlahan makhluk itu yang terdengar menjauh, menghilang ke dalam kegelapan malam.

...****************...

Di dalam ruangan apartemen Celine yang sunyi, jarum jam menunjukkan pukul 22:40. Udara malam terasa semakin dingin, menambah suasana mencekam setelah apa yang baru saja ia alami. 

Klak!

Pintu apartemen terbuka, dan Celine masuk dengan langkah tergesa-gesa. Ia menutup pintu dengan cepat. 

Blam!

Begitu sampai di kamarnya, ia langsung menghempaskan tubuh ke sofa dan membuka tasnya, mencari ponsel yang sejak tadi ia butuhkan. Jari-jarinya gemetar saat akhirnya ia menemukan benda itu. 

"Ini benar-benar aneh," gumamnya, mengusap rambutnya yang sedikit basah oleh keringat dingin. "Aku harus menghubungi Sovia. Sepertinya dia satu-satunya yang bisa membantu." 

Dengan cepat, ia menekan nomor Sovia di ponselnya. 

Pip pip!

Tuuuuuut!

Tuuuuuut!

Klak!

"Halo?" suara Sovia terdengar dari seberang. 

"Halo, Sovia, aku ingin bicara denganmu. Apa malam ini kau sibuk?" tanya Celine, suaranya terdengar sedikit tegang. 

"Kebetulan aku dalam perjalanan menuju apartemen mu," jawab Sovia dengan nada tenang. "Ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu. Tunggu aku, 10 menit lagi aku akan sampai." 

Celine menghela napas lega mendengar kabar tersebut. "Baiklah, terima kasih aku akan menunggu mu."

Pip!

Karena sudah tidak ada yang harus di bicarakan, Celine pun segera mengakhiri panggilan nya.

Namun, selang beberapa detik Celine mematikan panggilan telpon nya tiba-tiba terdengar...

Tok! Tok! Tok! 

Suara ketukan itu menggaung di dalam ruangan kecil yang dihuni oleh Celine. Dia terlonjak dari lamunannya, menatap pintu dengan tatapan bingung. 

"Loh? Bukankah Sovia bilang akan sampai dalam Sepuluh menit lagi? Tapi ini belum sepuluh menit," gumamnya dengan alis berkerut. "Siapa yang mengetuk pintu ruanganku?" 

Tok! Tok! Tok! 

Ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih mendesak. Celine menimbang-nimbang. "Hmm… apa aku cek saja ya?" bisiknya ragu-ragu, separuh penasaran dan separuh gugup. 

Ia bangkit dari sofa, langkahnya pelan-pelan mendekati pintu. Tubuhnya tegang, namun rasa ingin tahunya lebih kuat. Tiba di depan pintu, ia mencondongkan tubuhnya ke lubang intip kecil berbentuk lingkaran. 

Namun, pandangan yang ia dapatkan membuat bulu kuduknya berdiri. Tidak ada siapa pun di luar sana. 

"Ah? Tidak ada siapa pun di luar," katanya setengah bergumam, setengah berbisik. "Tapi tadi, siapa yang mengetuk pintunya?" 

Kepalanya mulai dipenuhi berbagai kemungkinan, hingga ingatan itu muncul kembali—sosok tangan pucat yang ia lihat di gang sempit beberapa menit yang lalu.

"Apa jangan-jangan makhluk itu datang lagi?" Celine bergidik, tangannya mengepal erat gagang pintu. Ketakutan merayap di dalam dadanya. 

Ketukan tidak terdengar lagi, tetapi rasa was-was tetap menghantuinya. Celine mengambil keputusan, ia menutup rapat pintu dan memastikan kunci ganda telah terpasang. 

"Lebih baik aku tidak membuka pintu sampai Sovia datang," katanya pelan. Dia kembali ke sofa dengan langkah ragu, pandangannya terus terarah ke pintu yang kini terasa seperti gerbang ke dunia lain.

Jam dinding berdetak pelan, setiap detiknya terasa seperti menunggu ledakan. Ketukan tidak terdengar lagi, namun Celine tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu—atau seseorang—yang tengah mengawasinya.

.......

.......

.......

15 menit telah berlalu, dan Celine mulai gelisah. Ia bolak-balik di ruangan kecilnya, melirik jam dinding yang seolah bergerak lambat. Akhirnya, ketukan di pintu memecah kegelisahannya.

Tok! Tok! Tok!

"Celine!" panggil Sovia dari luar pintu.

Tanpa berpikir dua kali, Celine segera membuka pintu.

"Kau datang juga! Ayo cepat masuk!" serunya, menarik pergelangan tangan Sovia dengan sedikit antusias sekaligus tegang.

"Ya..." Sovia mengangguk pelan, mengikuti langkah Celine menuju sofa kecil di tengah ruangan.

Celine menutup pintu, mengunci rapat-rapat, seolah percakapan mereka tak boleh didengar siapa pun.

"Sovia, ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Apa itu?" Sovia duduk, menatap Celine dengan ekspresi waspada.

Celine mengeluarkan ponselnya dengan gerakan cepat, lalu membuka galeri. "Mengenai foto ini!" katanya, sembari menunjukkan layar ponselnya pada Sovia.

Gambar di layar itu menampilkan seorang pria memegang kue ulang tahun, namun fotonya terpotong.

"Hah?"

Bahu Sovia terangkat sesaat. Ekspresi terkejutnya jelas terlihat, meski ia segera mencoba menyembunyikannya.

"Kau tahu tentang foto ini, Sovia?" Celine menatapnya tajam, mendesak jawaban.

"... Aku..." Sovia terdiam. Matanya bergerak gelisah, seolah mencari jawaban di sudut-sudut ruangan. Namun, keheningan itu justru semakin memperkuat kecurigaan Celine.

Celine menggenggam tangan Sovia. "Aku mohon, Sovia. Kita sahabat, kan? Jangan sembunyikan apa pun dariku. Kau tahu aku tidak akan menghakimi mu, apapun itu."

Sovia menunduk. Hening melingkupi mereka selama beberapa detik yang terasa seperti selamanya.

...Bersambung ......

1
Syelina Putri
berasa kaya peliharaan /Sweat/
Nan
Sovia dalam bahaya nih/Scare//Scare//Scare//Scare//Scare//Scare//Scare//Scare/
Nan
cinta mereka bikin iri
Ulfa Ariani
sovia di jadiin alat Briyon marah gak?/Blush/
Ulfa Ariani
tor harusnya mereka bahagia 🥺
Andini
ini ngeri nih si dukun emelin/Speechless/
Andini
nah ini, janji Briyon /Cry/
Andini
Celine janji nya ga goyah :')
Nan
kasian tor mereka gak bahagia, 🥺
Nan
tor mau nanya, Briyon kan ngelakuin perjanjian kan, itu cuman bisa nyembuhin dia? berarti dia ga punya kekuatan gitu ya?

terus kekuatan nya muncul pas dia jadi roh?
aku baca pas awal awal dia tuh baca mantra kan, nah itu mantra apa?
Nan
jangan Briyon ya /Frown/
AmSi
mereka seharusnya mendapatkan masa depan yg indaaaah /Sob//Heart/
Ulfa Ariani
bingung mau senang atau sedih. :")
AmSi
Waaaw /Kiss/ Briyon tak mau membuang2 waktuu, langsung lmar
Tinta pink
seneng, tapi di masa depan nya gak seneng 😭
Tinta pink
eneg euy jilat darah sendiri aja bau besi 😨
Acil Supriadi
Celine emang suka kesederhanaan ya, pantes si devid di tolak 😃
Nan: lah iya ya /Shame/
total 1 replies
Acil Supriadi
uweee kambing bau prengus /Gosh/
Acil Supriadi
keras kepala kalian.
Siska Dinarti
🥹 tapi masa depan kalian tidak seindah itu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!