Ronan Adgar. Dia kecelakaan saat berusia 13 tahun dan berakhir koma selama 5 tahun.
Setelah sekian lama koma, akhirnya dia kembali sadar dan menyadari banyaknya perubahan pada dunia.
Keluarganya yang sebelumnya kaya raya kini hancur.
Kedua orang tuanya meninggal, menyisakan adiknya yang bekerja sebagai pelayan di kafe pinggir jalan.
Tidak ada lagi bisnis besar.
Sahabatnya bahkan kini mengabaikannya dan menjauh dari dirinya membawa tunangannya yang juga telah kehilangan minat pada dirinya.
Melihat semua perubahan itu, Ronan merasakan perasaan kecewa, kesedihan dan penderitaan.
Dalam penderitaan itu tiba tiba sesuatu muncul di udara yang kosong.
-Host Dengan Kriteria Terbaik Telah Ditemukan.
-Apakah Host Menginginkan Balas Dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Eisell yang saat ini telah selesai mandi dan mengganti pakaiannya menjadi pakaian rumah yang santai.
Dia menggerai rambutnya yang panjang dan basah.
Saat ini Eisell mengenakan baju hitam polos yang agak besar untuk seukuran tubuhnya, dia juga menambahkan celana pendek sehingga memperlihatkan paha nya yang putih dan mulus.
Meski dia adalah seorang nona muda, Eisell jujur lebih suka menggunakan pakaian santai seperti yang dia gunakan sekarang.
Dia kemudian keluar dari kamarnya, mencium aroma masakan ayahnya yang menggoda.
“Eisell, makanannya sudah siap.“
Ayahnya saat ini duduk di kursi dengan meja yang dipenuhi dengan berbagai macam makanan.
Melihat itu membuat Eisell sekali lagi kagum dengan bakat memasak ayahnya yang luar biasa.
Dengan senyuman, Eisell mendekati ayahnya dan duduk di salah satu kursi, menatap makanan di atas meja dengan senyuman lembut di wajahnya.
Eisell sangat menyukai masakan rumah yang dibuat ibunya atau ayahnya.
“Eisell.. kamu.. bukankah sudah ayah bilang untuk memakai pakaian yang lebih sopan?“
Eisell menatap pakaiannya sendiri, memang saat ini pakaiannya agak terbuka.
Tapi karena dimansion ini hanya ada pelayan wanita dan ayahnya, Eisell tidak mengkhawatirkan apapun.
“Yang ini nyaman.“
Eisell menjawab dengan singkat, senyumannya yang indah menghiasi wajahnya.
Ayahnya menatapnya, kemudian menghela nafas sembari menggelengkan kepalanya.
“Jangan lakukan itu lain kali, lalu… ayo makan.“
Eisell kemudian mengangguk pada ucapan ayo makan, dia tidak bisa berjanji untuk tidak mengenakan pakaian seperti ini lagi.
Setelah itu keheningan melanda ruang makan itu, ruangan tersebut hanya diisi dengan suara denting sendok makan dan piring.
Setelah beberapa saat akhirnya mereka menyelesaikan makan mereka.
Eisell mengambil tisu kemudian menyeka bibirnya dengan anggun.
“Masakan ayah enak seperti biasanya.“
Eisell memuji dengan tulus.
“Ayah akan masakkan lagi lain kali.“
Lain kali… jika bisa, Eisell ingin meminta ayahnya untuk memasakkannya tiap hari.
Tapi Eisell tau bahwa dia tidak bisa menjadi egois hanya demi keinginannya sendiri.
Diluar sana, ayahnya bekerja keras tanpa kenal lelah demi memberinya kenyamanan dan mencari cara untuk menyelamatkan nyawa ibunya.
Saat itu handphone Eisell berbunyi.
Eisell terdiam sejenak kemudian menatap ke atas meja dimana handphonenya tergeletak.
“Siapa itu?“
Ayahnya bertanya.
Eisell mengambil handphonenya kemudian melihat siapa yang menghubunginya.
Diam sejenak, Eisell menatap ayahnya dan berkata:
“Ini… dokter Rizald.“
Ayahnya mengerutkan keningnya, tapi sebelum sempat mengatakan apapun, Eisell mengangkat telepon itu.
-Halo nona muda?
“Ya.“
-Uh.. apa nona sudah tau hal ini akan terjadi?
Eisell mengerutkan keningnya.
'apa yang terjadi?'
Dia tidak tau dengan apa yang dimaksud dengan dokter itu.
“Apa maksudmu?“
-Ini tentang permintaan nona sebelumnya untuk melakukan pemeriksaan detail tentang keadaan ibu nona.
“Apa ibu baik baik saja?“
Terdiam, sejenak selama beberapa menit dokter itu tidak memberinya jawaban.
Suara helaan nafas terdengar dibalik handphonenya membuat Eisell merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan.
-Saya pikir nona sudah tau…
“Apanya?“
-Ini.. setelah saya melakukan pengecekan sekali lagi.. kondisi ibu nona semakin parah hingga ibu nona diperkirakan tidak akan bisa bertahan selama beberapa hari kedepan.
Suara dokter itu terdengar suram.
Eisell yang mendengar itu juga jantungnya langsung berdebar kencang dalam arti yang buruk.
Wajahnya menggelap dan suram.
Tangannya gemetar dengan keringat dingin yang membasahi seluruh tubuhnya.
Eisell menggigit bibirnya.
'Pada akhirnya hal ini terjadi..'
Dia tau bahwa tidak butuh waktu lama hingga ibunya mungkin akan pergi meninggalkannya tapi.. dia tidak menyangka hari itu akan datang secepat ini.
“Apa yang terjadi Eisell? Kamu baik baik saja?“
Eisell mendengar suara ayahnya namun dia tidak mampu menjawab seakan suaranya hilang.
Dadanya terasa sesak.
“Eisell? Hei? Kamu kenapa?“
Ayahnya mulai mendesaknya dengan raut wajah dan suara yang khawatir.
“I-ibu..“
Hanya itu yang mampu Eisell ucapkan sebelum membuat ayahnya terkejut dengan kebingungan.
“Ibu? Apa yang terjadi pada ibu-”
Air mata menetas di mata Eisell yang indah, air matanya mengalir membasahi pipinya yang menggemaskan.
Ayahnya terdiam tidak mampu berkata-kata melihat Eisell yang menangis namun ayahnya dengan cepat menjadi tenang.
“Eisell? Apa yang terjadi dengan ibu? Katakan pada ayah oke?“
Eisell menatap ayahnya.
Eisell sudah lama mempersiapkan dirinya pada hari ketika ibunya pergi, tapi saat hari itu akan tiba, entah kenapa Eisell masih saja tidak mampu menahannya.
“Dokter bilang.. ibu tidak akan bisa bertahan dalam beberapa hari kedepannya.“
Wajah ayahnya menjadi buruk, Eisell sudah menduga hal ini akan terjadi.
Keheningan melanda ruangan itu, Eisell terdiam dengan pikiran kenangan tentang ibunya yang sangat dia rindukan.
Ayahnya terdiam membatu tidak mampu memproses apa yang Eisell katakan padanya.
Pada saat itu Eisell juga teringat akan sesuatu.
'Jika kamu membutuhkan bantuanku, telepon saja nomor ini.'
Itu adalah hal yang pemuda itu ucapkan padanya dan sesuatu ucapannya juga, kondisi ibunya memburuk sesuai dengan ucapannya.
Pemuda itu berkata dalam tiga hari kondisinya akan menjadi sangat buruk hingga ibunya mungkin tidak akan bisa bertahan.
Pemuda itu mengatakan yang sebenarnya.
Lalu, jika itu dia.. apakah dia akan bisa menyembuhkan ibunya?
Dia yang telah membuat banyak keajaiban, apakah dia akan bisa?
Eisell menggigit bibirnya meninggalkan sebuah bekas luka ringan.
Dia tidak punya pilihan lain selain bergantung padanya.
***
Saat ini Ronan berada di ruang tamu apartemennya, menonton berita yang dibawakan oleh seorang wanita.
Ronan dan adiknya masih berada di apartemen dan juga Ronan sama sekali belum pernah menggunakan mobilnya menuju ke sekolah.
Sebelum dia selesai melakukan kerja sama dengan keluarga Ludwig, Ronan belum berniat untuk menarik terlalu banyak perhatian.
Dia akan melakukan semuanya dalam satu waktu dan membuat semuanya gempar.
Omong-omong tenyang penyakit yang dialami oleh istri dari Kaden Ludwig.
Awalnya Ronan tidak tau apapun meski telah mendengar gejalanya tapi ketika dia menerima keterampilan dokter Ajaib.. Ronan secara langsung entah bagaimana langsung mengetahui penyakit itu.
'Itu bukan penyakit.. tapi racun.'
Ronan merenung, siapa di dunia ini yang memiliki keberanian untuk meracuni istri Kaden Ludwig?
Apalagi racun yang mereka gunakan sepertinya memang dikhususkan untuk membunuh istrinya.
Racun tersebut disebut sebagai Thanatoxin, sebuah racun yang obat penawarnya belum ditemukan.
Racun Thanatoxin adalah racun yang tidak terlalu mematikan, meski begitu, Thanatoxin akan tetap menggoroti nyawa orang yang terkena racun tersebut meski akan memakan banyak waktu.
Racun Thanatoxin yang tidak terlalu mematikan itu telah menjadi ketakutan bagi banyak orang yang mengetahui tentang racun itu.
Bukan karena betapa mematikannya, tapi karena racun tersebut tidak memiliki penawar.
Berbeda dengan racun mematikan lainnya yang tapi memiliki penawar yang bisa mereka gunakan untuk menyembuhkan diri mereka.
Tapi semenjak Ronan memiliki keterampilan dokter Ajaib, Ronan secara langsung memperoleh informasi tentang pembuatan penawarnya yang disebut 'Vitaexol'.
Saat itu handphone Ronan berbunyi.
Ronan menatapnya dan segera senyuman kecil muncul di wajahnya.
“Gadis yang cerdas..“ gumam Ronan.
***
⭐⭐⭐⭐⭐