Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 27. Buku Dongeng
Radi sungguh tidak suka melihat seseorang yang duduk di depan Hasna itu. Meskipun pria itu adalah temannya yang juga Bos Hasna tapi dia tidak ingin pria itu dekat dekat dengan Hasna.
Tangan Radi mengepal erat. Rasanya ia ingin segera berlari dan membawa Hasna pergi dari tempat itu. Tapi ia masih harus bisa menjaga image nya di depan sang teman lama.
" Has ... "
" Eh Pak ... Sini duduk."
Hasna mempersilahkan Radi untuk duduk di sebelahnya. Dan tanpa pikir panjang Radi meminum minuman Hasna.
" Pak ... Itu punyaku. Kenapa bapak tidak pesan sendiri."
" Kelamaan aku sudah sangat haus tadi. Eh Dip udah lama di sini."
" Eh itu ... Lumayan. Tadi nggak sengaja ketemu Hasna. Ya udah kalau gitu. Aku pamit dulu ya, ada keperluan lain lagi."
Hasna dan Radi mengangguk. Dipta melenggang pergi, namun ia sejenak menoleh kebelakang. Dilihatnya Hasna dan Radi begitu sangat akrab dan tidak berjarak.
" Apa hubungan keduanya? Mengapa Radi tidak risih minum satu gelas bersama dengan Hasna. Aku cukup tahu siapa Radi."
Dipta kemudian berjalan pergi. Dia tidak mau over thingking. Keinginan untuk mengungkapkan perasaannya semakin kuat. Sampai di mobil, ia pun segera pulang dan menyusun rencana.
" Besok aku akan mengungkapkan perasaanku kepada Hasna. Ini sudah tidak bisa ditunda lagi."
Brummmmm
Sedangkan di foodcourt, tadi masih senang mengusili Hasna. Bukan hanya minumannya saja yang diambil oleh Radit tetapi makanan khasnya juga diambil oleh Radi.
" Pak, bapak kan bisa pesan sendiri."
" Has, stop memanggil aku jika berada di luar lingkungan kampus. Panggil aku kak. Bopak bapak, ntar dikiranya kamu anak aku lagi."
" Eh ... "
Hasna sedikit terkejut dengan permintaan Radi. Entah mengapa dosen dingin Killer itu tiba-tiba berubah seperti itu.
" Baik, aku akan panggil kak. Tapi please ... Itu makanan aku kak."
" Nanti aku ganti."
Radi acuh dia sangat senang menggoda Hasna. Pipi Hasna yang menggembung itu sungguh sangat lucu dan menggemaskan. Spontan Radi mencubit pipi Hasna.
" Kak, sakit ih. Ini pipi bukan squishy."
" Squishy, apa itu."
" Huft ... Squishy itu, biasanya berbentuk bulat atau kotak atau apalah. Terus biasanya kita remes remes begini."
" Oooh ... "
Radi hanya ber oh ria karena dia tetap tidak mengerti apa yang dikatakan eh Hasna.
Setelah puas makan dan minun, Radi pun mengajak Hasna pulang. Ia merasa senang saat bersama dengan Hasna. Rasa yang belum pernah ia alami sebelumnya.
" Oh iya kak, apakah akan pulang ke apartemen?"
" Ya, seperti keinginan bunda. Kenapa?"
" Aku sebenarnya pengen balik ke apartemen saja."
" Tenang, nanti setelah menikah kita akan tinggal di apartemen."
Glek ...
Hasna menelan saliva nya kasar. Setelah menikah, berarti mereka akan tinggal satu atap dengan status yang berbeda.
" Kak, apakah kita akan tidur di satu ranjang bersama?"
Ckiiit ...
Pertanyaan Hasna membuat Radi terkejut hingga ia mengerem mendadak. Beruntung jalanan sedang tidak ramai. Radi pun kembali menjalankan mobilnya tapi untuk menepi sejenak.
" Apa yang kamu pikirkan?"
" Itu tadi kak, apakah kita akan tidur bersama?"
Radi membuang nafasnya kasar. Ia tahu betul Apa yang dipikirkan oleh Hasna.
" Aku tidak akan memaksamu kalau kamu belum siap. Kita sama sama tahu kalau pernikahan kita ini adalah pernikahan dadakan yang tanpa didasari oleh cinta. Mari kita belajar saling menerima dulu saling mengenal satu sama lain. Tapi jangan pernah berpikir kamu akan berpisah dariku karena aku punya prinsip sekali menikah maka itu akan jadi seumur hidup."
" Baik kak aku mengerti."
Radi tersenyum, salah satu alasannya nanti setelah menikah akan mengajak Hasna tinggal di apartemen adalah agar mereka saling mengenal terlebih dahulu mereka benar-benar membutuhkan waktu untuk menerima satu sama lain. Jika di rumah suasananya pasti akan canggung.
🍀🍀🍀
Yudi pulang ke rumah sedikit larut, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan agar hari sabtu besok dia bisa tenang di acara pernikahan sang putri. Bukannya masuk ke kamar Yudi malah naik ke tangga menuju kamar Hasna.
Ceklek ...
Aroma kamar anak gadis nya itu sungguh khas. Yudi duduk di ranjang milik putrinya itu. Iya kemudian membuka nakas di sana masih terdapat beberapa buku dongeng Hasna saat masih kecil.
" Kau masih menyimpan ini nak, maafkan papa sayang. Papa sungguh minta maaf."
Sesak dada Yudi seperti dihimpit oleh batu jutaan ton. Pria kembali mengingat masa kecil putrinya. Setiap malam Hasna akan merengek untuk dibacakan buku dongeng olehnya. Tak peduli jam berapa pun Yudi pulang Hasna selalu menunggu untuk dibacakan buku dongeng.
" Sebentar lagi kamu akan menikah sayang, papa harap kamu akan bahagia dengan keluarga barumu nanti. Papa sungguh minta maaf nak. Papa bukan papa yang baik untukmu."
Yudi merebahkan tubuhnya di ranjang milik sang putri. Tanpa sadar ia tertidur di sana sambil memeluk buku dongeng milik Hasna.
" Pa, papa ... Kok papa tidur sih. Hasna kan belum dibacakan dongeng."
Yudi terbangun, di depannya duduk Hasna kecilnya dengan tersenyum. Rambut Hasna di kuncir dua.
" Eh sayang, kamu tidak marah sama papa?"
Hasna menggeleng pelan, ia kemudian memeluk Yudi.
" Hasna sayang papa, Hasna tidak akan pernah marah sama papa. Sekarang bacakan Hasna buku dongeng ya."
Yudi meneteskan air matanya menerima buku dongeng dari tangan Hasna. Tapi saat Yudi akan membacakan Hasna tiba tiba berdiri dan pergi bersama seseorang.
" Da da papa, Hasna pergi dulu ya."
" Hasna tunggu papa. Hasna ... !!"
Yudi seketika terbangun dari tidurnya. Air matanya rupanya masih menetes dan membasahi pipinya. Seketika Yudi bangkit dari ranjang sang putri dan meraih kunci mobilnya. Priska yang melihat Yudi keluar rumah sedikit heran.
" Mas ... Mau kemana malam malam begini."
Yudi acuh dengan pertanyaan Priska. Ia langsung melajukan mobilnya menuju tempat Hasna berada. Saat ia mengantarkan surat surat kelengkapan mendaftarkan pernikahan, Aryo memberitahu Yudi bahwa Hasna berada di rumah mereka.
Tok tok tok ...
Aryo yang belum tidur langsung menuju pintu.
" Yud, ada apa?"
" Mas, aku harus ketemu dengan putriku."
Aryo mengangguk, ia mengerti apa yang saat ini di rasakan Yudi. Ia bisa melihat kerinduan dan penyesalan dari mata pria itu.
" Masuklah, itu sebelah sana kamarnya."
Yudi mengangguk, mengucapkan terimakasih lalu berjalan cepat menuju dimana Hasna tidur.
Ceklek ...
Beruntung pintu kamar Hasna tidak di kunci. Yudi berjalan pelan lalu mendekat ke arah Hasna. Ia bersimpuh di samping Hasna yang tertidur. Ia membelai wajah anak gadisnya itu sambil tergugu.
" Maafkan papa sayang, papa minta maaf."
Air mata Yudi menetes mengenai wajah Hasna. Seketika Hasna terbangun.
" Papa, apa yang papa lakukan di sini."
Greb ...
Yudi tidak menjawab pertanyaan Hasna. Ia langsung memeluk sang putri.
" Maafkan papa nak, papa sungguh minta maaf sama Hasna."
Hasna bisa merasakan air mata Yudi di punggungnya. Tidak terduga, Hasna pun ikut menitikkan air matanya. Ia mengangguk pelan menjawab ucapan sang papa.
TBC