Nesya, seorang gadis sederhana, bekerja paruh waktu di sebuah restoran mewah, untuk memenuhi kebutuhannya sebagai mahasiswa di Korea.
Hari itu, suasana restoran terasa lebih sibuk dari biasanya. Sebuah reservasi khusus telah dipesan oleh Jae Hyun, seorang pengusaha muda terkenal yang rencananya akan melamar kekasihnya, Hye Jin, dengan cara yang romantis. Ia memesan cake istimewa di mana sebuah cincin berlian akan diselipkan di dalamnya. Saat Nesya membantu chef mempersiapkan cake tersebut, rasa penasaran menyelimutinya. Cincin berlian yang indah diletakkan di atas meja sebelum dimasukkan ke dalam cake. “Indah sekali,” gumamnya. Tanpa berpikir panjang, ia mencoba cincin itu di jarinya, hanya untuk melihat bagaimana rasanya memakai perhiasan mewah seperti itu. Namun, malapetaka terjadi. Cincin itu ternyata terlalu pas dan tak bisa dilepas dari jarinya. Nesya panik. Ia mencoba berbagai cara namun.tidak juga lepas.
Hingga akhirnya Nesya harus mengganti rugi cincin berlian tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tantangan Dari Jae Hyun
Saat Jae Hyun menuju ruang makan untuk makan siang, matanya tanpa sengaja menangkap sosok Nesya yang sedang berada di meja kerjanya. Ia terkejut melihat gadis itu tidak makan, seperti yang lain. Alih-alih menikmati waktu makan siang, Nesya malah sedang melakukan gerakan sholat di dekat mejanya. Suasana kantor yang sibuk sejenak terasa hening bagi Jae Hyun, yang terhenti di tengah langkahnya.
Jae Hyun mengamati dengan seksama gerakan Nesya, memperhatikan setiap lengkungan tubuhnya dalam sholat yang khusyuk. Ia merasa ada yang berbeda—suasana yang tak biasa di tengah hiruk pikuk kantor yang penuh aktivitas. Seperti ada sisi dari Nesya yang selama ini tidak ia ketahui. Meskipun sholat itu adalah hal yang biasa dilakukan oleh banyak orang, Jae Hyun merasa ada sesuatu yang aneh ketika melihatnya dilakukan di tengah ruang kerja yang penuh dengan gangguan.
Ia berdiri di sana, diam di ambang pintu kantornya, menyaksikan Nesya yang tenggelam dalam ibadahnya, seolah tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Jae Hyun merasa sedikit tersentuh oleh ketenangan yang ada pada diri Nesya, meskipun ia tidak bisa sepenuhnya memahami mengapa gadis itu lebih memilih untuk berdoa daripada makan siang.
Namun, entah mengapa, ia merasa kagum melihat keteguhan Nesya. Bahkan dalam keadaan yang penuh tekanan dan masalah, ia masih bisa meluangkan waktu untuk menjaga kewajibannya sebagai seorang yang beriman. Jae Hyun tidak mengalihkan pandangannya sampai Nesya selesai dengan sholatnya.
Setelah beberapa menit, Nesya akhirnya berdiri, menatap layar komputernya sejenak dan kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya. Jae Hyun pun melanjutkan langkahnya ke ruang makan, meskipun pikirannya terus terbayang pada apa yang baru saja ia saksikan. Mungkin ada lebih banyak hal tentang Nesya yang belum ia ketahui, sisi-sisi yang tak terlihat sebelumnya.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya dan menunaikan sholat, Nesya akhirnya membuka kotak bekalnya. Isinya sederhana—nasi, telur dadar, beberapa potong ayam goreng, dan sedikit sayuran tumis. Meski tidak mewah, bagi Nesya, makanan ini sangat nikmat. Selain karena ia memasaknya sendiri, ia juga merasa tenang karena tahu makanannya halal, sesuatu yang cukup sulit ditemukan di Korea.
Saat ia mulai makan dengan tenang di meja kerjanya, tiba-tiba seseorang dengan cepat mengambil kotak bekalnya.
“Eh?! Hei!!” Nesya terkejut dan langsung menoleh.
Di depannya, Jae Hyun berdiri dengan ekspresi jahil, mengangkat kotak bekal Nesya tinggi-tinggi agar gadis itu tidak bisa mengambilnya.
“Apa ini? Kau hanya makan ini saja?” Jae Hyun membuka kotaknya dan mengamati makanan Nesya dengan raut skeptis.
“Kembalikan! Itu makananku!” Nesya mencoba merebut kembali bekalnya, tetapi Jae Hyun dengan santainya mengambil sepotong ayam dan memakannya.
“Hmm... tidak buruk juga,” gumamnya sambil mengunyah, lalu mengambil suapan lagi.
“YA! Itu punyaku! Aku belum makan!” Nesya semakin kesal, tetapi Jae Hyun malah duduk santai di kursi seberang dan terus menyantap makanannya tanpa rasa bersalah.
“Kau tadi sibuk bekerja dan sholat sampai lupa makan, kan? Nah, aku bantu menghabiskannya,” kata Jae Hyun dengan nada menggoda.
Nesya mengepalkan tangannya dengan gemas. “Tapi itu makananku, bukan makananmu!”
Jae Hyun hanya terkekeh dan menghabiskan suapan terakhir sebelum akhirnya mengembalikan kotak kosong itu pada Nesya.
“Terima kasih untuk makan siangnya,” ucapnya dengan santai sebelum bangkit dan pergi, meninggalkan Nesya yang menatapnya dengan kesal.
Nesya menggerutu dalam hati. Dasar pria menyebalkan! Sekarang aku harus menahan lapar! Ia menatap kotak kosongnya dengan ekspresi sedih.
Namun, di sisi lain, ada rasa aneh di hatinya. Sejak kapan seorang CEO sombong seperti Jae Hyun iseng mencuri bekal makan siang orang lain?
Nesya duduk dengan lesu di kursinya, menatap kotak bekal kosong di depannya dengan tatapan penuh kesal. Perutnya masih lapar, tetapi satu-satunya makanan yang ia miliki sudah habis dimakan oleh laki-laki arogan bernama Jae Hyun.
“Dasar pria menyebalkan!” gerutunya pelan, namun cukup untuk didengar oleh beberapa rekan kerja di sekitarnya yang hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi kesalnya.
Ia bersandar di kursi, merasa tubuhnya mulai lemas karena belum makan sejak pagi. Padahal, bekal itu ia siapkan dengan penuh perjuangan pagi tadi, memastikan semuanya halal dan cukup untuk mengisi energinya sepanjang hari. Tapi sekarang, ia malah harus menahan lapar hanya karena ulah Jae Hyun.
Tak lama, sahabatnya, Mitha, datang menghampirinya sambil membawa roti dari kantin. “Aku sudah dengar semuanya dari teman-teman di sini. Kau ini ceroboh sekali, bagaimana bisa bekalmu direbut begitu saja?” katanya sambil mengulurkan roti ke Nesya.
Nesya hanya mendesah panjang sebelum menerima roti itu. “Bukan aku yang ceroboh, tapi dia yang keterlaluan!”
Mitha terkekeh. “Yah, setidaknya kau sekarang tahu kalau CEO tampan itu suka usil. Hati-hati, Nesya, jangan-jangan dia mulai tertarik padamu,” godanya.
Nesya langsung menggeleng cepat. “Tidak mungkin! Dia hanya iseng karena aku berbeda dari yang lain di sini.”
Meskipun ia berusaha menepis pikiran itu, ada sesuatu dalam diri Jae Hyun yang mulai membuatnya bingung. Apakah pria itu hanya sekadar arogan, atau ada alasan lain di balik sikap jahilnya?
Nesya melangkah ke dalam ruangan Jae Hyun dengan perasaan tak menentu. Begitu pintu tertutup, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuatnya terkejut—di atas meja terdapat satu set makanan lengkap, ayam goreng renyah dengan nasi hangat yang masih mengepul.
Jae Hyun duduk santai di kursinya dengan tangan terlipat di dada, menatap Nesya dengan tatapan penuh arti. “Duduk,” perintahnya.
Nesya menatapnya curiga. “Apa ini?” tanyanya, meskipun jawabannya sudah jelas di depan mata.
Jae Hyun menyeringai. “Kau tadi tidak sempat makan karena aku menghabiskan bekalmu. Jadi, aku membelikannya untukmu. Tapi…” ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, “…kau harus menerima tantanganku dulu.”
Nesya mengernyit. “Tantangan apa?”
Jae Hyun menunjuk piring ayam goreng di meja. “Habiskan lima potong ayam dan nasi itu tanpa sisa.”
Mata Nesya membesar. “Lima potong? Itu terlalu banyak! Aku tidak bisa makan sebanyak itu.”
Jae Hyun tertawa kecil, jelas menikmati ekspresi terkejut gadis itu. “Kalau kau tidak bisa, maka kau harus mengganti bekal yang tadi aku makan dengan memasak makan malam untukku di penthouse nanti.”
Nesya terdiam, pikirannya berputar cepat. Makan lima potong ayam jelas sulit baginya, tetapi memasak untuk pria menyebalkan ini di penthousenya? Itu lebih mustahil!
Ia menatap Jae Hyun yang terlihat sangat yakin akan menang.
Dengan tekad bulat, Nesya menarik kursi dan duduk. “Baiklah, aku terima tantanganmu.”
Jae Hyun tersenyum miring. “Bagus. Mari kita lihat apakah kau bisa.”
Nesya mengambil sepotong ayam dan mulai makan. Sementara itu, Jae Hyun duduk bersandar di kursinya, menikmati pemandangan gadis berhijab itu yang berusaha menghabiskan makanan di depannya. Baginya, ini adalah permainan kecil yang menarik. Namun, tanpa ia sadari, senyum di wajahnya tidak hanya karena tantangan. Jae Hyun seolah suka sekali mengganggu Nesya.
ceritanya bikin deg-degan
semagat terus yaa kak