Blurb...
"Sejak kapan kau mencintaiku hubby?" Tanya Alena setelah mereka selesai dengan percintaan panas mereka dan kini mereka saling memeluk satu sama lain.
"Sejak kau memakai hijabmu ini honey, kau semakin cantik setelah mengenakan hijab." Ucap Abraham sembari membelai lembut wajah cantik sang istri.
"Kalau begitu aku adalah pemenangnya hubby, karna aku sudah mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu" Bangga Alena sembari mengecup bibir sang suami.
"Aishhh! kau pikir ini sebuah perlombaan!" Pekik Abraham sembari mencubit hidung sang istri dengan gemas"
Akankah pernikahan mereka bertahan hingga akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanggung sendiri resikonya
"Ini tempat untuk kalian istirahat malam ini."
Beritahu Pria paruh baya itu setelah membuka kunci kontrakannya.
Begitu masuk ke dalam, mereka langsung tiba di kamar tidur. Tak ada ruang tamu di sana, hanya ada dapur kecil serta kamar mandi saja yang disekat oleh dinding pembatas yang tingginya tak lebih dari dua meter.
Namun begitu saja sudah cukup untuk Alena dan Abraham, daripada mereka harus tidur di jalanan.
"Penghuni sebelumnya baru saja pulang kampung, jadi masih ada beberapa barangnya tertinggal. Kalian bisa manfaatkan barang-barang itu untuk kepentingan kalian. Kebetulan saya sudah mendapat izin dari pemiliknya." Beritahu pria paruh baya berkopiah putih itu lagi, pak Hanif namanya.
"Iya pak, terima kasih" Balas Alena dan Abraham hampir serentak.
Di dalam kontrakan sederhana itu sudah ada kasur busa, lemari, serta beberapa barang lain peninggalan penghuni lamanya.
Penghuni sebelumnya pulang secara mendadak karna orang tuanya sakit, jadi ia hanya membawa pakaiannya saja. Sedangkan perabotan rumah tangga berukuran besar ia tinggalkan begitu saja.
"Kalian boleh menggunakan barang-barang itu sepuasnya, tapi jangan sampai rusak ya!" Peringati pak Hanif.
"Karna sesuai amanah pemiliknya, barang-barang itu nantinya akan saya jual dan uangnya akan di sumbangkan kepada yang membutuhkan" Pak Hanif mejelaskan.
"Baik pak" Balas Alena dan Abraham kompak.
Karna malam sudah semakin larut, sang pemilik kontrakan itupun pamit untuk pulang ke rumahnya sendiri, yang hanya berjarak 2 rumah saja dari kontrakan 6 pintu miliknya.
Sepeninggalan pak Hanif, Alena dan Abraham langsung tertidur di atas kasur berukuran sedang itu, karna mereka memang sudah merasa sangat lelah.
Seperti malam sebelumnya saat mereka menginap di hotel horison, Alena menggunakan bantal dan guling sebagai pembatas untuk mereka berbagi tempat tidur.
Namun ketika pagi tiba, lagi-lagi pembatas itu hilang entah kemana.
Alena terbangun saat merasakan sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya dengan sangat erat.
"Abraham! Kan gue udah bilang jangan macem-macem!"
Peringati Alena sembari mencubit tangan pria yang memiliki bulu lebat itu.
"Ssh argh!" Pria tampan itupun terbangun dan meringis kesakitan.
"Aduuh...apaan sih lo Al? Kasar banget jadi cewek!"
Umpat pria itu lagi sembari mengusap tangannya yang terasa perih dan panas akibat ulah Alena.
"Lo juga sih A! Kan gue udah bilang jangan melewati batas apalagi macem-macem sama gue! Jadi tanggung sendiri resikonya"
Cicit Alena dengan bibirnya yang mengerucut.
"Woy sadar! Lo gak lihat nih siapa yang melewati batas?!"
Geram Abraham sembari menunjuk ke arah tempat tidur bagiannya yang sudah di kuasai oleh Alena, bahkan pria itu nyaris terjatuh karna bagian tempat tidur miliknya menjadi semakin sempit saja.
Blush
Wajah Alena seketika bersemu merah, ia merasa malu dengan tingkahnya sendiri.
"Bagaimana bisa aku melakukan semua itu, aku tidak mengingatnya sama sekali" Tanya Alena dalam hatinya.
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu menyelamatkan Alena dari rasa malunya kali ini, bergegas ia merapikan kerudungnya lalu membuka pintu tersebut.
Alena mengira itu adalah pak Hanif pemilik kontrakan atau istrinya, karna tak ada orang lain lagi yang tahu kalau mereka menginap di tempat ini sekarang kecuali pak Hanif dan istrinya.
Ceklek ngeeek
Derit pintu itu berbunyi cukup nyaring saat Alena membukanya.
Deg!
Namun dugaan Alena salah. Ketika pintu itu sudah terbuka, yang terlihat bukan pak Hanif ataupun istrinya. Tapi Arjuna, Rinjani, Ryan dan juga Maryam yang sedang berdiri tepat di hadapannya.
Mereka semua kompak menatap tajam ke arah Alena dan seakan siap untuk menelan anak nakal itu hidup-hidup.
Glek! Alena menelan ludah kasar.
Karna tak hanya ada 2 pasang orang tuanya saja yang ada di ambang pintu kontrakan 2 ruang itu. Di belakang kedua pasang orang tuanya itu, ada juga ustad zaky dan Amar pula.
"Astagfirullah" Pekik Amar sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, tak percaya melihat calon istrinya tidur satu kamar dengan pria lain.
#Hallo teman-teman haluku, terima kasih sudah membaca karya ini. Mohon dukungannya dengan cara like, komen, vote dan hadiahnya ya...makasih^^#