mahkotanya terenggut begitu saja dengan paksa.
jiwanya begitu terpukul dan terguncang hingga mampu membuat mentalnya terganggu.
susah payah ia berusaha bangkit dan berjuang.
namun jejak dari peristwa itu masih berlanjut.
ia hamil....laki laki itu tak mau bertanggung jawab.
penolakan itu kembali mengguncang jiwanya.
mampukah ia bangkit untuk kesekian kalinya, jika kembali jejak peristiwa itu mampu meluluh lantakkan masa depan yang coba ia bangun....?!
pernikahannya di batalkan karena jejak dari peristiwa itu.
bagaimana gadis itu akan mampu membangun masa depannya kembali, jika pria itu kembali hadir di hadapannya..??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19 karmakah.
Rexy baru saja masuk ke dalam pagar rumahnya bersama sang papi ketika ia mendengar teriakan sang momy.
Dengan berlari Rexy segera masuk ke dalam rumah,
" ada apa my ? " tanyanya khawatir karena melihat wajah sang momy yang penuh kecemasan.
" Esther Xy...Esther...cepetan kamu sini " jawab sang momy yag berdiri di depan pintu kamar Rexy sementara Rexy masih berdiri di bawah tangga.
" ada apa sama Esther my ? " tanya Rexy mulai panik.
" istrimu terjatuh di kamar mandi, dia sepertinya pendarahan.
Ayo cepat kita bawa dia ke rumah sakit " jelas sang momy.
" lagi ?! " kata Rexy terkejut
Wajahnya tiba tiba pias dan memucat.
Ini adalah yang ketiga kalinya sudah jika benar Esther kembali mengalami pendarahan.
" sudah Xy, cepat angkat Esther " pak Hengky menyadarkan Rexy yang masih berdiri termangu di tempatnya berdiri.
Dengan langkah lebar dan cepat Rexy segera masuk ke dalam kamar,
Hantinya begitu trenyuh melihat Esther terkulai lemas tak berdaya di atas tempa tidur.
" mas...." panggil Esther pelan.
Rexy menatap sejenak sang istri.
Ada kebingungan yang ia rasakan.
Kata momy Esther jatuh di kamar mandi, tapi...kenapa sang istri tak terlihat habis jatuh dari kamar mandi.
Pakaian wanita itu masih sama dengan pakaian yang di kenakannya tadi malam ketika Esther mencoba menggodanya dengan tubuhnya kemaren.
Tapi gagal, karena Rexy sama sekali tak terpancing.
Ia memang tak lagi pernah menyentuh istrinya itu sejak sang istri di nyatakan hamil tiga bulan lalu.
Ia tak ingin terjadi apapun pada kandungan sang istri apalagi pada sang calon jabang bayi nantinya.
Ini kehamilan Esther yang ketiga kalinya paskah kegugurannya dalam dua kali kehamilannya terdahulu.
" mas..sakitttt..." rintih Esther lagi tertangkap gendang telinga Rexy.
Dan tanpa banyak berpikir lagi, pria itu segera mengangkat tubuh ringkih wanita itu kemudian membawanya ke lantai bawah dan selanjutnya ia langsung membawanya masuk ke dalam mobil yang telah di siapkan oleh sopir keluarganya.
Kedua orang tua Rexy nampak mengikuti di belakangnya.
Sesampainya di rumah sakit, segera Esther mendapat penanganan.
Rexy dan di dampingi kedua orang tuanya menunggu di bangku tunggu pasien.
Sudah hampir dua jam Esther di tangani, tapi pintu ruang tindakan itu belum juga terbuka.
Berkali kali pria tampan berbadan tegap dengan tinggi menjulang itu nampak menyugar rambutnya.
Rexy duduk sembari menatap lantai di hadapannya.
Kedua lengannya berada pada kedua pahanya.
Kembali ingatannya melayang pada sumpah serapah Rhaina kepadanya sepuluh tahun silam.
Juga kehadiran gadis itu dalam mimpinya yang juga selalu menyumpahi dirinya.
Mungkinkah ini karmanya....
Desisnya pelan.
Pria itu menggigit kuat kuat bibir bawahnya.
Jika kali ini terjadi lagi, maka tiga kali sudah ia kehilangan calon anaknya.
Cklek...
Pintu ruangan tindakan terbuka, seorang perawat nampak keluar dari ruangan itu.
" bagaimana dokter ?! " sangking paniknya, Rexy yang segera berdiri ketika melihat pintu terbuka tak menyadari jika yang keluar adalah seorang perawat.
Beruntungnya perawat itu bukanlah perawat biasa, perawat itu adalah seorang bidan yang merangkap sebagai asistan dokter Arumi yang merupakan salah satu dokter obxyn di rumah sakit milik keluarga Rexy ini.
" maaf tuan, istri anda masih sedang dalam penanganan.
Kami juga masih sedang berusaha menghentikan pendarahannya lebih dulu dengan harapan bisa mempertahankan bayi anda.
Hasilnya kita masih harus kenunggu besok.
Harap tuan bersabar " jelas perawat sekaligus bidan dan asistan dokter obxyn itu kepada Rexy.
" tapi harapan untuk bertahan masih adakan sus ?! "
Bu Inggrid masih bisa berpikir jernih, hingga ia pun tahu siapa yang sedang dia ajak bicara.
" insyaAllah bu....semoga saja begitu, mohon maaf, saya harus segera pergi untuk mmgambil perlengkapan lain " pamit perawat itu.
" bisa kami menemuinya ?! " tanya bu Inggrid lagi,
Rexy telah kembali terduduk setelah mendengar penjelasan perawat itu tadu.
Tubuhnya tiba tiba kembali lunglai seolah tak bertenaga.
" mohon maaf ibu, tolong lebih bersabar sedikit. Dokter masih dalam proses sedang menangani pasien " jelas perawat itu lagi sangat hati hati sekali.
Ia jelas tahu siapa yang kini tengah bicara dengannya itu.
" mohon jangan tersinggung " kata perawat itu lagi sembari menangkup kedua telapak tangannya di depan dada.
ia takut dan khawatir melihat respon Rexy yang sudah seperti orang yang putus asa demi mendengar kabar tentang calon anaknya itu.
Bu Inggrid tersenyum kemudian menepuk pundak perawat itu.
" insyaAllah saya mengerti, tolong beri penanganan yang maksimal untuk calon cucu saya " kata bu Inggrid kemudian.
Perawat itupun mengangguk.
" insyaAllah, kami sedang mengupayakannya "
Malam semakin larut ketika sebuah pesan masuk ke dalam smart phone Rexy.
Pak Hengky telah pulang lebih dulu karena ada sebuah urusan yang mengharuskannya untuk segera hadir.
Kening Rexy sedikit menukik keatas dan selanjutnya nampak berkerut ketika membacanya.
( bagaimana bisa terjadi ? )
tanyanya ketika ia memutuskan untuk menelphon seseorang yang telah mengiriminya pesan itu.
Hembusan nafas kasar terdengar dari pria itu ketika mendengar jawaban dari asistan ptibadinya yang bernama Kamal di seberang sana.
( ya..baiklah, siapkan semuanya termasuk berkas berkas yang sudah kau temukan kemaren.
Besok kita berangkat.
Lebih cepat lebih baik )
Kata Rexy lagi.
( hmm....)
Jawabnya lagi kemudian mematikan sambungan telephonnya.
" ada apa ?! Apa ada masalah ?" tanya Bu Inggrid ketika Rexy telah kembali mendekat kepadanya.
" izin pabrik air minum kita di Semarang terancam di cabut pemerintah daerah sana my " terang Rexy tak ingin berbohong.
" Rexy harus pergi, banyak puluhan kepala keluarga yang menggantungkan hidup keluarganya pada pabrik kita itu " jelas Rexy lagi.
" apa masalahnya ? " tanya bu Inggrid lagi
" limbah dari air minum rasa buah my, mereka bilang limbah pabrik kita mengalir ke persawahan warga dan mengganggu aktifitas petani bertani "
" papi tahu... ? "
" belum, tapi Rexy tak berencana membohonginya "
" apa rencanamu ? " tanya bu Inggrid kemudian.
" besok pagi Rexy akan segera berangkat ke lokasi, lebih cepat lebih baik agar kita bisa segera menyelesaikannya " jawab Rexy.
" bisa Rexy nitip Esther my ? "
Bu Inggrid menatap sang putra sulung sedikit dalam.
Rasanya berat memberi izin mengingat kondisi Esther yang sedang tak stabil.
Tapi benar yang di katakan oleh Rexy.
Ada banyak puluhan bahkan ratusan kepala keluarga yang menggantungkan hidup keluarga mereka pada salah satu pabrik keluarganya itu yang kali ini berprodak air minum dalam kemasan.
" baiklah, momy akan menjaga Esther. Tapi usahan untuk lebih cepat.
Momy sendirian kau tahu itu karena papi tentu sangat sibuk kau juga tahu itu.
Sementara Ryu juga sedang tak berada di sini, ia sedang menghadiri seminar mewakili rumah sakit kita ini dengan beberapa tim dokter kita juga sejak kemaren sampai satu minggu kedepan " jelas bu Inggrid.
" iya my, Rexy akan usahakan untuk lebih cepat "
" kau sudah menghubungi kkedua mertuamu ? "
" ya sudah my, tapi sayangnya baru juga kemaren mama dan papa berangkat ke Chija untuk perjalanan bisnis " jawab Rexy.
Bu Inggrid menghela nafas,
" ya tak apa, yang penting kau sudah mengabari mereka. Itu saja sudah cukup " kata bu Inggrid lagi.
" aku akan mencoba memberi pengertian istrimu nanti "
" terimakasih my "
suasana mendukung