NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:46.1k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Bos Cayden

King mengantar Mika pulang ke rumahnya, mobil berhenti di pelataran. Lelaki itu melangkah keluar terlebih dahulu dan berjalan memutar, lalu membukakan pintu untuk Mika seraya mengulurkan tangan membantunya turun.

“Terima kasih,” ucap Mika, tampak ragu menerima uluran tangan King. Lelaki itu tersenyum seraya mengangguk padanya, ketegangan yang sempat menghiasi wajahnya tadi sudah menghilang berganti senyum manis. Mika balas tersenyum, lalu berdiri menunggu lelaki itu selesai menutup pintu mobilnya.

Suara benda bergerak di belakang mereka, sontak membuat Mika menolehkan wajah. Keningnya berkerut melihat bayangan tubuh seseorang tengah merunduk di bangku teras, wajahnya ditutupi majalah. Bibir Mika langsung mencebik begitu mengenali sosok yang sedang bersembunyi di teras rumahnya itu.

“Sudah malam.” King mengalihkan perhatian Mika, matanya menatap arloji di tangannya. “Aku langsung pulang, ya.”

Mika mengangguk, menatap punggung lebar King yang berjalan melewatinya. King!” serunya, begitu mendengar King menyalakan mesin dan memutar setir mobilnya. Seperti tak sabar ingin cepat-cepat pergi dari hadapannya.

“Ya?” King menurunkan kaca mobilnya, menundukkan bahunya dan memicingkan mata menatap Mika dengan satu alis bergerak naik. “Kau memanggilku?”

Mika melepas mantel bulu di badannya, melipatnya dua dan menyerahkannya kembali pada sang pemilik. Ia menekuk lutut dan mendekatkan wajah ke jendela mobil agar bisa melihat dari dekat wajah yang sengaja tidak menyalakan lampu di dalam mobilnya.

“Terima kasih, King. Aku senang sekali kencan kita malam ini. Aku menikmatinya, rasanya menyenangkan bisa melakukan banyak hal bersama.” Ungkap Mika terus terang.

King menerima mantelnya kembali dan menaruhnya di jok belakang. Selintas hidungnya mencium aroma parfum tubuh Mika yang masih menempel di sana. “Aku juga senang, Mika.” Sahut King sambil tersenyum. “Aku pulang. Sampai jumpa lagi, Mika.”

“Sampai jumpa lagi, King.” Mika mengulang ucapan King. Lelaki itu melambaikan tangan dan perlahan mobilnya berputar lalu keluar dari pelataran rumahnya. Mika masih berdiri di sana hingga mobil King menghilang dari pandangannya.

“Yaelah, betah banget berdiri di sana!” terdengar suara teriakan Dita di belakangnya.

Mika berbalik dan terkekeh melihat sahabatnya itu duduk sambil memeluk lutut menatapnya. “Sudah lama?”

“Setengah jam yang lalu,” sahut Dita. “Bagaimana kencan kalian tadi?” Tanyanya kemudian.

Bukannya menjawab, Mika malah senyum-senyum sendiri. Ia ingat satu hal kejadian di kafe tadi, saat dirinya menikmati es krim dengan gaya ‘Hot’ dan membuat King kelabakan dan tanpa sengaja menjatuhkan es krimnya hingga mengotori bagian depan celananya.

“Kalian ngapain aja, sih? Cerita dong, Mik.” Senyum Mika tentu saja membuat penasaran Dita.

“Apa, sih?”

“Kamu beneran gak mau cerita apa pun padaku?”

“Tidak ada yang perlu diceritakan, Ditaaa.” Mika sengaja memanjangkan suara diujung kalimatnya. “Kaya gak pernah kencan saja,” ledek Mika.

“Ah, Aku tahu!” Dita mencondongkan tubuhnya dan mengamati wajah Mika dari jarak dekat. “Cieee, yang baru dapat first kiss. Bibirnya bengkak, euy!”

Wajah Mika langsung memerah, tanpa sadar mendekap bibirnya dan membuang pandangan ke samping. Ia dorong wajah Dita dengan sebelah tangannya yang bebas agar menjauh, dan sahabatnya itu tertawa keras.

“Dah, pulang sana! Aku mau tidur.” Usir Mika lalu bangkit dari duduknya, berjalan menuju pintu dan membukanya. Segera masuk menuju ruang tengah. Menaruh tasnya ke atas meja dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Matanya terpejam. Benar saja, tiba-tiba kantuk datang menyerang dan kuap lolos begitu saja dari mulutnya. Suaranya terdengar aneh saat kembali menyuruh Dita pulang.

Dita cemberut. Ia menutup pintu dan menguncinya terlebih dahulu, lalu menyusul Mika dan duduk di dekat kakinya sambil memeluk bantal sofa di dada. “Malam ini Aku mau nginap di sini.”

Kelopak mata Mika terbuka perlahan, lalu detik berikutnya menutup lagi. “Kamu kalau ada masalah, bicarain berdua sama Dito. Jangan dipendam sendiri kaya gitu. Dito kira Kamu baik-baik aja, mana dia tahu kalau gak cerita masalahmu ke dia.”

“Kayanya Aku butuh sendiri untuk beberapa waktu, buat berpikir ulang tentang hubungan yang kami jalani sekarang. Aku gak mau terus-terusan kucing-kucingan sama keluarganya kalau mau ketemu.” Dita bicara serius, niatnya datang menemui Mika memang ingin berbagi cerita. Ia kembali bicara sambil memi lin benang pinggiran bantal sofa di tangannya sambil sesekali terdengar helaan berat napasnya.

“Mik? Mika? Ish, malah tidur!” Dita mengetek pelan jari-jemari kaki Mika, tapi sahabatnya itu tak merespons sebab sudah terlelap. Curahan hati Dita seperti meninabobokan dirinya. Wanita itu tertawa sumbang, ia beranjak berdiri dan melangkah masuk ke kamar Mika. Mengambil selimut untuk Mika.

Keesokan harinya Dita benar-benar serius dengan ucapannya. Ia libur mengajar dan hendak pergi keluar rumah tanpa memberitahu tujuannya pada Mika. “Terserah ke mana kaki ini melangkah,” begitu jawabnya.

“Jadi semalam ke sini naik taksi?” Mika mengedarkan pandangan mencari keberadaan motor Dita, dan wanita itu hanya mengangguk mengiyakan ucapan Mika. “Jangan lupa hubungi Aku kalau Kamu butuh dijemput,” ucap Mika lagi.

Mereka keluar rumah di waktu yang sama, hanya saja berbeda tujuan. Mika menatap kepergian Dita sambil menghela napas, sahabatnya itu sedang berdiri menunggu taksi yang lewat. Baru saja Mika menyalakan mesin motornya, dilihatnya sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan Dita. Lalu Dito keluar dari mobil itu dan langsung meraih tangan Dita. Sahabatnya itu tampak tersenyum dan balas menggamit lengan Dito. Tak berapa lama keduanya masuk ke dalam mobil.

Kening Mika berkerut dalam. Bukannya semalam Dita bilang kalau ia butuh waktu sendiri dan ingin berpikir ulang tentang hubungannya dengan Dito. Tapi pagi ini mereka jalan bersama dan terlihat mesra.

“Dit, Kamu bilang ...” penasaran, Mika langsung menghubungi nomor Dita. Dan sahabatnya itu bicara sambil berbisik di telepon, bilang kalau Dito menghubunginya pagi tadi dan mengajaknya jalan untuk mengganti kencan semalam yang batal.

Mika memacu motornya cepat, ia hampir terlambat. Barusan pak ketua menghubunginya, meminta diadakan rapat bersama seluruh pengajar di ruangannya. Ia datang tepat saat semua pengajar sudah berkumpul di ruang pak ketua. Rapat dadakan membahas hari libur yang diisi dengan jalan wisata keluarga itu selesai pukul sepuluh pagi. Mika kebagian tugas mengatur lokasi tempat wisata keluarga. Ia bersama seorang rekan pria akan bertemu sang pemilik tanah, dan siang hari itu ia langsung menuju lokasi.

Siang itu cuaca panas, dan matahari bersinar terik. Mika berboncengan motor dengan rekannya meninjau lokasi wisata keluarga sekolahnya. Jalan berliku melewati hutan pinus, lalu menanjak cukup tinggi hingga tiba di sebuah dataran luas yang terdapat lapangan berpagar kawat duri. Terlihat banyak para pekerja di tempat itu.

Tepat di sebelah lapangan itu terdapat tempat pemancingan dan beberapa pondok kecil tempat beristirahat. Hamparan rumput hijau nan tebal di sekitarnya membuat rasa lelah yang dirasakannya menguap tiba-tiba.

Mika turun dari motor dan bergegas mendatangi lokasi para pekerja, karena menurut pak ketua, pemilik tanah di sana sedang membangun rumah peristirahatannya yang baru.

“Permisi. Maaf, Pak. Saya dari sekolah yang mau ngadain acara wisata keluarga di tempat ini. Apa bisa Saya bertemu dengan pemilik tanah di sini?”

“Yah, si Non telat. Baru saja pak bos pergi ke bandara,” jelas salah satu pekerja.

“Bisa minta nomor teleponnya, gak. Penting soalnya,” pinta Mika pada mereka.

Salah satu pekerja lalu menunjuk seseorang, Mika bergegas mendatangi dan bicara padanya. Ia berhasil mendapatkan nomor si bos pemilik tanah setelah beberapa kali mencoba membujuk pekerja itu dengan menyampaikan alasan yang masuk akal.

“Namanya tuan Cayden. Orang bule ya, Pak?” tanya Mika sambil mengeja nomor di kertas lalu mengetiknya di ponselnya.

“Pak bos memang ganteng kaya bule.”

Mika tersenyum, ia menunggu sesaat sebelum tersambung dengan si tuan Cayden sang pemilik tanah.

“Halo?”

☆☆☆

1
chaira rara
lanjut kak
💕 yang yang 💝
lanjut up
Dewi tanjung
🤭🤭🤭
Yeni Nuril
yaah ketauan dah muka bantalnya 🤭
Anggi
malunya langsung kabur ganti baju 😅
Adi Nugroho
😆😆😆
Dany atmdja
lanjut thor
Deni Rustam
😁😁😁
Hiro
lanjut up
Wendy putri
aduuuh king perhatianmu itu lo bikin meleleh, tapi jaga matanya biar gak melalar kemana mana 😁
Yulia k
king membuktikan ucapannya mau datang lagi tapi gak nyangka pagi sekalee dan tuan rumah masih pada belum mandi 😅😅
Yulia k
mau tauu aja 😁
Brav Movie
😁😁😁😁
Maya
gak nyadar masih pake baju tidur nemuin tamu dadakan, but amazing tamunya terkesan 🤭🤭
Icha
🤭🤭🤭
MrsJuna
bagaimana bu guru mika, jantung masih aman di posisnya 🤣🤣🤣🤣🤣
MrsJuna
makanya lah king sing sabar ngadepi perempuan, banyak senyum biar gak dibilang serem 😆😆
angel
makin seru jadi ga sabar nunggu cerita kerja bareng mereka nanti 😙
captain Ri 👨‍✈️
😆😆😆😆
Juna murat
ada hati yang berbunga bunga hari ini bisa sarapan bareng, gak sia sia datang pagi pagi 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!