" Meskipun Anda adalah ayah biologis saya, tapi Anda bukanlah ayah dalam kehidupan saya!" ucap Haneul Ahmad Syafi.
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun berkata tajam kepada pria dewasa yang mengenakan jas putih. Dia tahu bahwa pria itu adalah orang yang membuatnya dirinya ada di dunia ini sekaligus membuat sang ibu menderita selama bertahun-tahun.
Bagiamana pria itu meluluhkan hati putra dan wanita yang pernah ia buat menderita karena perbuatan jahatnya di masa lampau?
Akankan Haneul dan ibunya bisa menerima pria itu di kehidupan mereka, mengingat trauma yang dibuat pria itu cukup membuat sang ibu merasa menderita?
Yuuk baca, yang tidak suka di skip tidak apa-apa.
Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JSI 19: Pasti Pria Ini!
" Eomma, apakah Eomma baik-baik saja? Kenapa dari tadi siang cuma diam, apakah merasa sakit?"
Haneul merasa heran dengan sikap Hyejin yang menurutnya sangat berbeda dari sebelumnya. Tidak biasanya Hyejin duduk dengan tatapan kosong begitu.
" Eomma tidak apa Han, pergilah tidur ini sudah malam. Eomma juga akan tidur."
" Baik Eomma. Selamat malam."
Haneul tidak berani lagi menanyakan apapun kepada ibunya. Ia masuk ke dalam kamar dan Hyejin juga melakukan hal yang sama. Brak! Hyejin menutup pintu kamar dengan sedikit lebih keras. Han semakin merasa semakin curiga dengan sikap ibunya yang aneh. Perasannya tidak nyaman, hatinya penuh dengan rasa curiga.
Han mencoba merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata, namun itu sungguh sangat sulit. Bayangan tentang sikap Hyejin yang aneh dan berbeda dari biasanya cukup membuat Haneul merasa tidak tenang.
Sreeet
Tap! Tap! Tap!
Bugh bugh bugh
" Eomma, na gwenchana? Eomma, apa Eomma baik-baik saja. Eomma!! Buka pintunya! Eomma!
Tidak adanya sahutan dari dalam kamar membuat Haneul semakin panik. Ia sungguh takut jika sang ibu berbuat hal yang tidak-tidak. Ia pikir ibunya sudah baik-baik saja setelah Paman Hajoon datang, tapi ternyata dugaannya salah. Sang ibu masih belum sepenuhnya baik kondisi mentalnya, entah apa yang jadi penyebab nya itu.
" Kunci serep! Sepertinya aku menyimpan kunci serep kamar Eomma!"
Hajoon berlari ke kamar dan mengambil kunci yang memang sengaja ia simpan. Dia lalu kembali lagi ke kamar Hyejin dan mencoba membuka pintu dengan kunci serep yang ia miliki.
Klak!
Haneul mengucapkan syukur, ia sungguh lega karena berhasil membuka pintu kamar sang ibu. Ia cukup beruntung karena Hyejin mengunci pintu dari dalam dan mencabut kuncinya sehingga Hanuel pun bisa membukanya dari luar menggunakan kunci yang ia miliki.
" Eomma!"
Haneul tidak menemukan ibunya di dalam kamar, pikiran bocah 7 tahun itu semakin panik ketika melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat dan suara shower menyala.
Brakk!
" Eomma!"
Haneul terkejut melihat sang ibu yang duduk di bawah shower. Tubuhnya basah kuyup dengan baju yang masih menempel. Dan bibir Hyejin terlihat membiru. Haneul dengan cepat mematikan shower air dingin itu lalu berlari keluar untuk mengambil handuk. Hati bocah itu hancur melihat ibunya yang diam tidak beraksi apapun, tatapan matanya kosong.
" Maafkan aku Eomma, seharusnya aku tidak membiarkan Eomma sendiri, seharusnya aku langsung sadar ketika Eomma berkata bahwa Eomma tidak apa-apa. Itu berarti Eomma sedang tidak bisa mengungkapkan apa yang Eomma rasakan. Maafkan Han Eomma."
Haneul memeluk tubuh Hyejin yang dingin, ia lalu membawa Hyejin ke luar. Ia sedikit bingung bagaimana menggantikan baju sang ibu. Ia juga Tidka mungkin pergi keluar untuk meminta bantuan, Haneul tidak ingin Hyejin kembali melakukan hal-hal yang berbahaya. Duduk di bawah shower air dingin di udara dingin 6° juga termasuk hal yang membahayakan.
" Hallo, Maaf Nyonya Margot malam-malam menganggu Anda. Biasakan Anda ke rumah, saya membutuhkan bantuan Anda."
***
Haneul tidak beranjak dari ranjang Hyejin, dia bahkan tidak tidur dan terus menggenggam tangan sang ibu. Rasanya ia sangat takut jika tiba-tiba Hyejin meninggalkannya. Haneul takut jika sang ibu berbuat nekat. Sat ini kondisi mental Hyejin sedang tidak stabil dan Haneul tahu itu. Tapi dia masih belum tahu apa penyebabnya.
Bahkan ia pun tidak mengantar Nyonya Margot pulang. Beruntung wanita tua itu baik dan tidak banyak bertanya. Melihat Hyejin basah kuyup dengan masih menggunakan pakaian yang lengkap, Nyonya Margot hanya diam lalu membantu Hyejin mengganti bajunya.
Selama bertahun-tahun Hyejin tidak pernah melakukan hal seperti ini. Ini adalah kali pertama Hyejin melakukan hal yang seperti disengaja untuk melukai dirinya. Maka dari Haneul sangat takut, ia takut jika ibunya semakin berbuat nekat.
" Apa yang Eomma lihat sebenernya, mengapa jadi tiba-tiba down begini?"
Haneul mereview ulang apa yang terjadi tadi dari tadi pagi. Sarapan dan berangkat sekolah, semua masih baik-baik saja. Siang tadi, Hyejin juga hanya tertidur, tapi ia sedikit melihat mata sang ibu sembab. Dan terakhir saat makan malam, sang ibu hanya melamun dan pandangannya kosong. Tapi Haneul ingat bahwa tangan ibunya tidak lepas sebentar pun dari ponsel.
Haneul memutuskan untuk bangun, ia melepaskan tangannya dari tangan Hyejin. Lalu, ia mengambil ponsel Hyejin yang ada di atas nakas. Ia membuka riwayat dari apa yang terakhir yang Hyejin buka.
" Ini lagi. Dokter Sailendra, sebenarnya siapa pria ini. Apa Eomma ada hubungannya dengan tunangan dari Tante Abilla, atau jangan-jangan ... ."
Otak Haneul berpikiran cepat, ia menghubungkan apa yang seharian ini terjadi dengan Hyejin dan apa kaitannya dengan pria yang berprofesi sebagai dokter itu. Sepertinya semua perubahan yang terjadi pada Hyejin karena ibunya itu melihat pria tersebut.
" Mungkin ini terkesan terburu-buru, tapi jika melihat apa yang terjadi pada Eomma, sepertinya memang ada hubungannya dengan si pria ini. Dan 80% aku yakin bahwa pria ini penyebab semua rasa sakit yang Eomma rasakan."
Haneul menggenggam ponsel itu dengan erat. Ia lalu mematikan ponsel milik Hyejin dan membawanya keluar kamar untuk ia simpan. Untuk sementara ini Hyejin tidak ia biarkan untuk melihat ponsel. Mungkin Haneul akan sedikit berbohong, tapi itu lebih baik dari pada Hyejin mengalami seperti ini tadi.
Tapi, Haneul tidak serta merta menghilangkan tentang pria itu. Dia membuat akun media sosial baru dan mengikuti Sai. Beruntung memang akun milik Sai tidak di kunci sehingga dia bebas untuk menstalking isi dari akun itu.
" Dia hidup dengan sangat baik rupanya. Pasti Eomma merasa frustasi melihat pria itu hidup dengan baik-baik saja. Haah, enaknya aku apakah ya dia ini."
Otak Haneul berpikir keras, ternyata ia pun bisa merasa kesal melihat semua unggahan milik Sai. Terlebih para wanita yang berkomentar di setiap unggahan, sungguh membuat Haneul merasa tidak suka.
" Menjadi dokter spesialis bedah, tampan, dan digandrungi para wanita. Tidak, aku akan membuat mereka tahu siapa kamu. Tapi, apakah itu baik? Haah rasanya pun tidak benar jika menyerangnya melalui media sosial. Haah sudahlah, pikirkan nanti saja."
TBC
cerita ini sangat bagus bagus banget menurut ku. dan mengenai haneul yang dewasa padahal usia nya masih kecil itu di real juga ada jadi g heran kalau haneul punya pikiran sedewasa itu.
semangat berkarya kk othor 💪💪💪.
sangat2 bijak sekali.
sukses slalu k