gagal nya pernikahan pertama belum membuat ku jera akan hidup berumah tangga. aku menerima lamaran seorang laki-laki yang baru saja ku kenal ku fikir dengan aku menikah lagi kehidupan ku bisa terjamin dan bahagia, ternyata aku salah kini pernikahan ke dua ku juga berderai air mata.
apakah pernikahan Ayu yang kedua masih bisa di perbaiki atau gagal lagi seperti pernikahan pertamanya.
yuk langsung baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nada gita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Pukul 11.15 WIB.
"Huawaaaa". Aku terbangun dari tidur,
aku mengambil ponsel di atas nakas lalu menghidupkan dan melihat jam di ponsel.
Ternyata sudah pukul 11, aku bangun dan bersiap-siap untuk ke sekolahan Daffa, karna sebentar lagi ia akn pulang.
Tak butuh waktu lama untuk siap-siap, karna pagi tadi sudah mandi jadi cuma cuci muka saja, aku pun ke luar kamar menuju sebelum pergi aku pamit pada Ibu terlebih dulu.
Setelah berpamitan aku pun bergegas melangkah ke luar untuk menjemput Daffa di sekolahan.
Pas begitu aku sampai sekolah, Daffa baru saja mau keluar gerbang, aku turun dari mobil menyebrang dan berjalan ke sekolah.
" Ibuuu...! ". Panggil Daffa pada ku, aku pun tersenyum sambil terus berjalan mendekat ke arah nya.
" Bagai mana sekolah nya hari ini? ". Tanya ku pada Daffa.
" Alhamdulillah Buk, aku suka sekolah karna banyak teman". Ucap Daffa gembira.
Aku dan Daffa pun berjalan ke pinggir jalan untuk menunggu taksi, sebelum pulang aku dan Daffa akan mengajak nya makan siang terlebih dulu.
Kami makan di tempat yang sudah dekat rumah, biar enak pulang nya nanti.
Warung Pak Bud.
Sampai nya di warung Pak Bud, aku memesan makanan, "Pak Bakso 1, mie ayam 1 sama es jeruk nya 2 ya Pak". Ucap ku pada Pak Bud.
"Iya mbak, di tunggu ya". Kata nya, aku pun membalas nya dengan tersenyum ramah.
Sambil menunggu makanan aku dan Daffa bercerita penuh canda dan tawa.
Tak lama pesanan kami pun datang, saat nya untuk kami makan.
Aku dan Daffa sangat menikmati nya di tambah lagi kami makan sambil melihat ke jalan yang padat akan kendaraan belum lagi manusia yang berlalu lalang.
Warung Pak Bud, berada di pinggir jalan. Jajanan kaki lima tapi masih higenis kok, di sani juga bukan hanya Pak Bud saja yang berjualan, ada banyak penjual di sini.
Ada yang buka dari pagi sampai sore, ada yang dari pagi sampai malam dan ada juga yang dari siang sampai tengah malam.
Yang pasti nya tidak pernah sepi, apalagi banyak orang yang berlalu lalang entah dari mana mau ke mana.
Selesai maka aku dan Daffa duduk dulu sebentar sebelum pulang, aku pun berdiri lalu membayar makanan kami.
" Pulang? ". Tanya ku pada Daffa.
"Emmm, baik lah Bu! ". Ucap Daffa sambil tersenyum manis ke arah ku.
Kami pun berjalan menyusuri setiap jalan, jarak rumah dari tempat tadi tidak terlalu jauh, tapi lumayan capek jika berjalan kaki.
Namun rasa capek itu tergantikan saat aku berjalan bersama Daffa, apa lagi melihat senyum bahagia nya saat ini.
Aku sangat mengutamakan kebahagian Daffa, bukan karna apa, Aku dan Mas Dika suami pertama ku berpisah dari Daffa masih kecil.
Sejak perpisahan kami, Mas Dika tidak pernah menjenguk nya ia hanya mengirim uang pada Daffa.
Mas Dika dan Daffa baru-baru ini saja mereka sering bertemu itu pun hanya kebetulan saja.
Begitu banyak alasan Mas Dika saat aku bilang jika Daffa ingin bertemu dengan nya karna rindu sosok Ayah.
Tapi sekarang seprti nya Daffa sangat bahagia sejak aku menikah dengan Mas Raka, dengan begitu ia bisa memanggil Ayah walapun Ayah sambung bagi nya.
Tak terasa aku dan Daffa sampai di rumah, kami mengetuk pintu.
Tok...tok...tok...
" Assalamu'alaikum ". Ucap ku.
Terdengar suara langkah kaki Ibu yang mendekat lalu ia memabukkan pintu.
" Walaikumsalam ". Jawab Ibu saat pintu sudah terbuka.
Kami masuk ke dalam lalu duduk di sofa ruang tamu, karna capek berjalan kaki.
" Kelihatan nya kalian saat capek! ". Kata Ibu melihat aku dan Daffa yang langsung duduk di sofa.
" Iya Nek, karna kami jalan kaki pulang nya". Kata Daffa.
Ibu melihat ke arah ku karna mendengar perkataan Daffa barusan, aku pun menceritakan jika memang benar aku dan Daffa pulang jalan kaki, tapi dari warung Pa Bud.
Mendengar perkataan ku Ibu mengerti, karna ia juga biasa begitu dari warung Pak Bud jalan kaki sampai rumah, itung-itung supaya keluar keringat juga.
Sebenar nya yang kami kenal bukan hanya Pak Bud, Buk Anis, Pak Mamang ada banyak lagi yang kami sudah kenal di sana.
"Daffa ganti baju dulu ya nak". Ujar ku pada Daffa.
" Baik Bu". Kata Daffa lalu ia berlalu pergi ke kamar nya.
Kini yang duduk hanya Aku dan Ibu, kami berdua menonton acara TV. Aku belum ada niatan untuk mengerjakan apa pun karna masih capek.
Selesai mengganti pakaian nya, Daffa keluar dan duduk lagi bersama kami berdua sambil menonton TV.
Daffa bercerita tentang dia di sekolah pada Ibu, Aku dan Ibu menjadi pendengar nya kami menyimak setiap cerita nya.
"Iya Nek, tapi tadi ada satu teman ku yang menangis". Ujar Daffa
" Memang nya kenapa dia menangis? ". Tanya Ibu pada Daffa.
" Dia jatuh pada hal luka nya sedikit, tapi dia menangis sangat kencang sehingga membuat kami tidak fokus belajar. ". Daffa cemberut dengan kejadian tadi waktu di sekolah.
" Jadi gak belajar dong? ". Tanya ku pada Daffa.
Daffa mengangukkan kepala membenarkan kan perkataan ku.
Widia pov.
" Mas". Panggil widia pada Raka.
"Ada apa Wid? ". Tanya Raka.
" Mas tidur di sini saja malam ini! ". Ucap Widia.
Raka dan Widia sedang berada di rumah Widia, setiap jam makan siang Raka pasti pulang ke rumah Widia hanya untuk istirahat sejenak atau makan di sana.
" Tidak bisa! ". Tolak Raka pada Widia.
mendengar itu membuat Widia kesal dan rasa nya ia ingin sekali marah namun di tahan nya.
" Kenapa sih Mas, memang nya kamu benar-benar tidak bisa menerima ku lagi. Hah!!. " Ucap Widia kesal melupakan emosi nya pada Raka.
"Sudah lah Wid, bukan kah kita sudah lama tidak tinggal satu atap!! ". Bentak Raka juga.
" Tapi Mas". Jawab Widia tak ingin kalah.
"Widia, ku camkan pada mu sekali lagi. berhenti membuat pertengkaran. Aku capek dan aku mau istirahat sebentar! ". Ujar Raka tak kalah emosi.
Setiap kali ia dan Widia bertemu pasti berakhir dengan pertengkaran seperti ini, entah itu hal kecil yang sengaja di besar-besar kan.
Menurut Raka hal sepele namun menurut Widia itu masalah besar.
Apa lagi buka hanya hal sepele namun sekarang masalah ia menikah lagi.
Yang membuat Widia ingin terus marah, ia tidak tau mengapa Raka sampai hati menikah lagi di belakang nya, hati wanita mana yang tidak sakit di duakan suami nya sendiri.
Memang di akui Widia dia dan Raka sudah lama tidak tinggal satu rumah, lebih tepat nya Raka jarang pulang entah lah dia tidur di mana, Raka pulang hanya siang saja namun saat sore ia sudah pergi lagi.
jatoh nya dia jg beneran pelakor. dasim yg misahin ikatan suami istri
ayo widia cari kebahagiaan sendiri 😊
pengen raka kena karma aja deh 😅
tolong kasih jodoh lain buat widia thor 🙏🏻😘