Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Besok perayaan ulang tahun Arabella Natasha yang ke 5 tahun. Rencananya nyonya Laurent akan mengadakan pesta untuk cucu kesayangan nya itu.
"Laura, nanti ikut mama belanja ya!" ucap nyonya Laurent kepada menantunya.
Laura yang masih membenahi taman tiba-tiba menoleh ke sumber suara. "Mama!"
"Ada apa ma? Apa belanja minggu lalu masih kurang ma?" sahutnya sambil mengepakkan tangannya.
"Laura, mama mengajak mu untuk membeli segala keperluan Abel besok" sahut nyonya Laurent sambil tersenyum tipis.
"Benarkah ma?Laura kira mama lupa" sahutnya.
Nyonya Laurent mengajak Laura duduk dan minum teh yang sudah disediakan oleh bik Rum.
"Kemari lah sayang kau tak perlu melakukan hal itu lagi. Sekarang kau nyonya di rumah ini" ucap nyonya Laurent.
Sungguh hal itu membuat Laura menjadi canggung. Ia bahkan tak menyangka nasibnya di rumah itu akan berubah. "Tidak apa-apa ma, Laura senang melakukannya" sahutnya.
Nyonya Laurent tersenyum ia bahkan sangat bahagia Laura menjadi menantunya. Memang dari pertama ia membawa gadis itu, ia sudah menyukai nya.
"Ma, bolehkah Laura bicara sesuatu?" ucap Laura, mendengar hal itu nyonya Laurent menatap Laura intens.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" sahut nyonya Laurent.
"Soal istri pertama tuan Damian" tukasnya.
Nyonya Laurent langsung menghela nafas pelan Ia menyandarkan duduknya lalu menatap langit sambil memegang secangkir teh di tangannya.
"Kau tahu Laura,sebenarnya aku tak menyukai wanita pilihan Damian" sahut nyonya Laurent.
Laura sangat terkejut mendengar itu. "Maksud mama?"
"Sudahlah kita tak perlu membahasnya, kini kau adalah menantuku. Aku berharap bisa memiliki cucu dari mu" sahut nyonya Laurent.
Mendengar hal itu tentu saja Laura tersipu. Ia bahkan tak sampai memikirkan hal sejauh itu. "Mama?!".
Sepanjang hari mereka berdua menghabiskan waktu di sana. Tak lama Abel pulang bersama ayahnya.
" Mama, Omah!"pekik gadis kecil itu.
"Sudah pulang sayang?" ucap Laura begitu mendengar dan melihat gadis kecil itu. Abel hanya mengangguk.
"Sama siapa Abel pulang?" tanya nyonya Laurent.
"Papa!" sahutnya polos.
Laura dan nyonya Laurent menatap satu sama lain. Agak aneh menurut mereka. Secara harfiah Damian dulu tak mau menyentuh bocah itu, tapi apa sekarang, ia bahkan menjemput gadis itu.
"Kau sudah pulang, Dam?" ucap nyonya Laurent begitu mendengar jawaban cucunya itu.
"Aku tidak begitu sibuk ma. Kebetulan sekolah Abel searah, jadi sekalian aku jemput" sahut Damian.
Laura membawa Abel masuk ke kamar untuk mengganti seragamnya.
"Ayo sayang kita ganti baju dulu!" ajak Laura.
Damian duduk bersama ibu nya. "Kau berubah Dam! Aku senang melihatmu" ucap nyonya Laurent seketika.
Damian menuang teh di gelas Laura. Nyonya Laurent pun mengerutkan dahi. "Kau menyukai gadis itu?" ucap nyonya Laurent lagi.
"Aku akan memperbaiki semua. Apakah aku salah?" sahut Damian.
Nyonya Laurent tersenyum simpul. Ia bahkan memeluk putranya itu. "Kau pantas mendapatkan Laura, Dam! Dia gadis yang baik!" sahut nyonya Laurent.
***
Laura dan nyonya Laurent pergi ke pasar bersama pak Dorman. Sementara Abel tidur dan Damian sengaja tinggal untuk menemani Abel jika ia mencari ibunya.
"Laura?" ucap Adrian ketika melihat Laura di sana.
Adrian mendekati mereka, ia tak tahu wanita tua yang bersama itu adalah mertua Laura dan ibu dari Damian rivalnya itu.
"Laura!" pekiknya.
Laura menoleh sumber suara tak hanya dia, mertuanya itu pun ikut menoleh ke arah yang sama.
"Tuan Adrian?" sahut Laura. Adrian semakin mendekat.
"Siapa dia Laura?" tanya nyonya Laurent.
Belum sempat Laura mengatakan apa-apa Adrian sudah ada di hadapannya.
"Hai Laura, kau sudah sembuh?" tanya Adrian.
Laura mengerutkan dahinya. Ia merasa aneh kenapa pria itu menanyakan keadaannya tersebut.
"Sudah" ucapnya gugup.
"Syukurlah! Halo nyonya kenalkan saya Adrian!" ucapnya kepada nyonya Laurent yang sedari tadi menatapnya.
"Hai, saya Laurent ibu mertua Laura" sahut nyonya Laurent. Nyonya Laurent sedikit tidak senang dengan kehadiran pria itu.
Sontak hal itu membuat Adrian kikuk. "Oh iya? Senang bertemu dengan anda!" sahut Adrian.
"Kalau begitu kami permisi tuan!" ucap Laura.
"Tunggu Laura! Apa kau baik-baik saja?" cemas nya.
"Tentu saja menantuku baik-baik saja! Kau tidak perlu mengkhawatirkan nya" sahut nyonya Laurent, ia merasa ada yang salah dengan pria itu. Instingnya sebagai seorang wanita tahu maksud hati pria yang di kenal menantunya itu.
Laura hanya diam, ia pun tersenyum tipis lalu meninggalkan Adrian di sana.
Begitu jg sbalik'y