Istri Yang Terlupakan

Zahra membaringkan tubuh nya di tempat tidur ia menatap lagit2 kamar pikirannya berputar-putar mengingat Al yang terisak dalam doanya.

"benarkah anda telah berubah"? gumamnya, ada rasa tidak percaya di hati Zahra, tapi apa yang ia dengar dan ia lihat bukanlah sebuah kebohongan.

Zahra terus saja mengingat Al yang sedang terisak dalam doanya sampai tak terasa ia terlelap, membawa Al dalam mimpi indahnya.

Zahra buru2 bangun saat adzan subuh berkumandang, karna terlalu lama memikirkan Al sehingga dia tidak bisa bangun lebih awal sebelum subuh, segera ia masuk ke kamar mandi dengan terburu-buru

setelah selesai berpakaian Zahra langsung menuju ke musolla saat ingin masuk ke musolla Zahra berpapasan dengan Al yang juga ingin masuk, Al tersenyu saat melihat Zahra dan melanjutkan langkahnya untuk masuk kemusolla.

Zahra hanya diam dan menundukkan kepalanya ada rasa canggung yang ia rasakan saat berdua dalam satu ruangan dengan laki2 yang bukan muhrimnya.

Zahra merapikan sajadah yang ingin ia pakai, tapi gerakannya terbenti saat Al memanggil namanya.

"Ra...! lebih baik kita sholat berjemaah dari pada sholat sendiri-sendiri,pahala yang kita dapatkan akan lebih banyak, ajak Al sambil memandang Zahra lekat

Zahra masih menunduk seraya bertanya.

"apakah bapak bisa menjadi imam"? tanya Zahra dengan kepala menunduk

"apakah kamu kira aku gak bisa jadi imam"! meskipun aku jarang melaksanakan sholat tapi bukan berarti aku tidak bisa menjadi imam, mau gak kamu jadi makmumku"? tanya Al tak sabar menunggu jawaban Zahra

Zahra tersenyum lalu mengangguk.

sebuah senyum simpuh terbias di wajah tampannya saat melihat Zahra menganggukkan kepala, ini adalah hal pertama yang sangat membahagiakan bagi Al karna seumur hidupnya dia tidak pernah merasakan kebahagian dengan menjadi imam bagi wanita yang sangat ia cintai

tuan Fatih dan bu Siska saling pandang lalu tersenyum saat melihat Al dan Zahra sedang sholat berjemaah, tuan Fatih begitu senang melihat perubahan Al dia bersukur karna kehadiran Zahra Al bisa berubah menjadi laki2 yang lebih baik.

meskipu ini yang pertama bagi Al menjadi imam dalam sholat tapi Al bisa membaca setiap ayat dengan benar dan husyuk, hati Zahra menghangat karna ternyata Al tak seburuk yang ia bayangkan.

setelah selesai sholat Zahra buru2 keluar untuk membantu Rani memasak di dapur, suasana di pagi ini sangat berbeda ada yang berubah dalam diri Zahra dan Al senyum selalu menghiasi wajah keduanya, Rani merasa heran melihat Zahra senyum2.

"kamu kenapa Ra, dari tadi aku perhatikan senyum2 terus"? tanya Rani menyelidik

"gak bak, aku gak apa2 cuma lagi...! Zahra tidak bisa melanjutkan kata2nya karna bu Siska memotong pembicaraan mereka

"dia itu sedang bahagian Ran"! potong bu Siska yang sukses membuat Zahra dan Rani menoleh pada bu Siska.

"iya nya, dari tadi Zahra senyum2 melulu, kayak orang jatuh cinta aja, jelas Rani membuat Zahra semakin salah tingkah

"apa si bak"? elak Zahra sambil memukul tangan Rani

"cie...cie...! bener gak kamu jatuh cinta"? tanya Rani menggoda

"enggak bak aku gak sedang jatuh cinta"! jawab Zahra cemberut karna apa yang di katakan Rani itu tidak benar, karna Zahra belum merasa jatuh cinta pada siapapun.

bu Siska begitu senang melihat Zahra tampak sangat bahagia hari ini, jam sudah menunjukkan pukul 6-30 tuan Fatih dan Al sudah duduk untuk sarapan, sesekali Al mencuri pandang untuk melihat Zahra yang terlihat sangat cantik Zahra mondar mandir untuk menaru sarapan di meja makan.

saat Zahra menaruh piring di depan Al pandangan mereka sempat beradau sepersekian detik tapi dengan cepat Zahra memalingkan mukanya, dia merasa jantungnya berdetak tak karuan entah apa yang terjadi pada jantungnya.

"ya allah kenapa dengan jantungku apakah jantungku sudah tidak sehat"? tanya Zahra dalam hati sambil memegangi dadanya, dia merasa ada yang aneh pada kesehatan jantungnya karna berdetak begitu cepat.

setelah sarapan selesai tuan Fatih dan Al berangkat ke kantor, Al sengaja tidak mengajak Zahra dia tidak ingin membuat Zahra berpikir dia yang tidak2

Zahra sampai di kantor lebih dulu karna dia memakai jasa ojek online dia lebih cepat sampai karna tidak terjebak macet.

segera Zahra duduk di kursi kerjanya dia mulai membuka laptop untuk mengecek fale yang masuk, gerakannya terhenti saat melihat Al datang segera ia berdiri dan menyapa bosnya.

"selamat pagi pak"! ucap Zahra sambil membungkuk

"pagi Ra"! jawab Al sambil tersenyum

Al masuk kedalam ruangannya di ikuti Zahra dari belakang.

"apa saja jatwal ku har ini Ra"? tanya Al sambil membuka jasnya dan menaruh di sandaran kursi.

"hari ini tidak ada jatwal apapun pak, bapak hanya perlu menandatangani berkas2 ini saja"! jawab Zahra sambil menyodorkan beberapa map untuk di tanda tangani oleh Al

"apa hanya ini Ra"? tanya Al sambil membuka map yang Zahra berikan

"iya pak,!

"kau boleh keluar"! ucap Al tidak berani menatap Zahra karna dia takut jika berlama-lama berada dalam satu ruangan dengan Zahra dia takut berbuat hilaf, sebisa mungkin Al akan menjaga jarak dengan Zahra karna ini adalah permintaan Zahra

jam makan siang Zahra memilih makan di kantin kantor dia begitu canggung karna belum mengenal siapapun di kantor ini, semua orang yang ada di kantin menatap Zahra takjup terutama para kariawan laki2, mereka semua menatap Zahra penuh minat, Zahra semakin tidak nyaman saat seorang laki2 datang menghampiri meja Zahra.

"boleh aku kenalan nona manis"! ucapnya sambil mencolek dagu Zahra.

"plaak..! sebuah tamparan keras mendarat di pipi laki2 itu dengan keras, dia memandang nanar Zahra sambil mengusap pipinya yang terasa panas, lalu ia berdiri dengan angkuh .

"hey....nona"! ucapnya sambil menunjuk wajah Zahra

"apa kamu kira menjadi sekretaris bos kita yang mata keranjang lalu kamu merasa jadi wanita yang sangat suci hah"? bentakmya membuat se isi kantin melihat kearahnya.

"nona... semua sekretaris pak Al tak ada yang bisa lolos dari kebuasannya dia tidak akan menyia-nyiakan wanita secantik dirimu kau pasti sudah memberikan tubuhmu padanya"ucap laki2 itu sambil berjalan mengelilingi Zahra

"dan aku yakin kau mampu membuat dia puas di atas ranjang, ucapnya berbisik di dekat telinga Zahra, lalu ia tersenyu licik.

hati Zahra sangat tertampar oleh tuduhan yang tak pernah ia lakukan, hatinya begitu sakit di tuduh berbuat zina di depan semua kariawan kantor, bahkan ini yang pertama dia memasuki kantin kantor.

"apa pendidikan terahir anda tuan"? tanya Zahra tenang.

"untuk apa kamu bertanya pendidikanku, aku bekerja di kantor ini karna memang aku orang yang berpendidikan tinggi bukan seperti kamu yang akan memberikan tubuhmu untuk mendapatkan pekerjaan memjadi sekretaris bos kita yang gila akan wanita. jawabnya dengan sombong.

"seperti itukah jawaban dari orang yang punya pendidikan tinggi seperti itukah pendapatmu tentang seorang wanita, anda memang pintar jika anda tidak pinta tidak mungkin anda akan bekerja di perusahaan besar seperti ini, tapi dari cara anda berucap dan anda bersikat, anda seperti orang yang tak pernah mengenyam pendidikan,

"apakah ini yang anda sebut berpendidikan tinggi inikah ilmu yang anda dapat.