Jangan Sakiti Ibuku! (Anak Genius)
" Eomma, bisakah lebih cepat lagi. Astaga, Eomma sudah cantik jadi jangan berdandan berlebihan!"
Seorang bocah laki-laki berdiri tepat di depan pintu kamar sang ibu sambil melipat tangannya di dada. Terlihat wajahnya yang sudah tidak sabar menunggu ibunya yang sedang memakai hijabnya.
Musim dingin di negara P dan salah satu kota yang katanya paling romantis ini mencapai 6 derajat celsius. Tapi meskipun begitu, Han biasa bocah kecil itu dipanggil tidak surut sama sekali semangatnya untuk latihan musik.
" Sayang, Eomma sama sekali tidak berdandan, hanya menggunakan pelembab saja agar wajah Eomma tidak kering di cuaca dingin ini. Lagi pula, kamu ini aneh. Kalau sekolah sungguh malasnya minta ampun, tapi giliran berlatih musik kamu sangat antusias."
Jleb
Bagai dipukul dengan pentungan besar, kata-kata sang ibu membuat Haneul tertohok. Ia akui dirinya begitu malas dalam belajar akademik, tapi untuk bermusik dia selalu bersemangat. Padahal ia tahu keluarga ibunya tidak ada yang memiliki bakat musik. Kalau seni yang lain mungkin iya. Nenek dari Han adalah seorang designer, begitu juga kakek paman alias adik dari nenek, juga seorang designer.
Dan ibu Han juga seorang fotografer yang lumayan dikenal di kota tersebut. Jasnya digunakan untuk pengambilan foto prewedding, wedding dan juga lainnya. Ia juga mempunyai studio foto yang tidak besar tapi juga tidak kecil yang diberi nama Hyeda Picture. Nama itu diambil dari nama ibunya Han yakni Hyejin Meida Brajamusti.
" Eomma, please jangan bilang begitu?" Mulut Haneul mengerucut, dan pipinya menggembung. Sedangkan Hyejin, dia hanya terkekeh geli melihat wajah putranya yang begitu lucu itu.
" Baiklah, mari kita pergi Han. Jangan lupa syal mu oke. Udara hari ini sungguh lebih dingin daripada kemarin. Setidaknya itu yang dikatakan oleh peramal cuaca, hahaha."
Haneul hanya memutar bola matanya malas mendengar gurauan sang ibu yang sangat tidak lucu baginya. Tapi dia sangat bahagia melihat senyuman yang menghiasi bibir sang ibu.
Han, bocah laki-laki yang usianya baru saja 7 tahun itu cukup tahu dan mengerti bahwa hidup sang ibu selama ini tidak mudah. Tapi satu hal yang pasti, sang ibu akan semakin sedih jika mereka membicarakan mengenai pria yang dipanggil ayah.
2 tahun yang lalu, tepatnya saat Haneul berusia 5 tahun, dia untuk pertama kalinya menanyakan sosok ayahnya. Hyejin yang mendapat pertanyaan itu hanya membeku, tidak menjawab, tidak menangis, juga tidak berekspresi apapun. Tapi ketika malam hari, Haneul melihat sang ibu seperti kesakitan bahkan dalam tidurnya. Seperti mimpi buruk, Hyejin meraung, menangis dan juga kesakitan. Semenjak saat itu lah Haneul tidak pernah lagi bertanya. Karena beberapa malam setelahnya Hyejin masih mengalami hal yang sama.
Haneul paham betul bahwa pria yang mungkin saja adalah ayah biologisnya itu adalah pria buruk yang membawa luka bagi ibunya. Meskipun Hyejin tidak menjelaskan sama sekali, tapi melihatnya yang kesakitan setiap malam sudah cukup membuat Haneul mengerti.
" Eomma, apa kita juga tidak akan bertemu kakek dan nenek?"
Deg!
Hyejin terkejut saat mendengar pertanyaan putranya. Membicarakan kakek dan nenek berarti berbicara mengenai kedua orang tuanya yang sudah lama tidak ia temui. Rasa rindu yang ada di hati jelas sekali Hyejin rasakan, tapi dia malu untuk menemui Appa dan Eomma nya.
Menikmati kehidupan kota Paris yang terletak di Negara Prancis yang ada di bagian benua biru membuat ia sedikit menjauh dari tanah airnya dan tentunya kedua orang tuanya. Berkali-kali Appa dan Eomma nya ingin menemuinya, akan tetapi Hyejin selalu menolak dan bahkan mengancam akan pergi ke tempat yang jauh selama-lamanya tanpa mau memberi kabar. Pada akhirnya kedua orang tua itu hanya bisa pasrah. Selama Hyejin masih memberi tahu keadaannya, mereka pun memilih untuk tetap diam tanpa memaksa untuk bertemu.
" Eomma, aku tahu pasti Eomma juga rindu kan sama kakek dan nenek. Mengapa tidak mau bertemu, kasihan lho mereka. Dan jangan sampai Eomma menyesal nantinya. Apa karena adanya aku sehingga Eomma memilih bersembunyi untuk selamanya."
Ckiiiit
Hyejin menepikan mobilnya di tepi jalan. Ia lalu mencakup wajah Haneul dengan kedua tangannya. Air mata itu kembali luruh, dan seketika Haneul merasa bersalah. Karena ucapannya, sang ibu kembali menangis.
" Eomma, maaf," sesal Haneul.
" Tidak sayang, jangan minta maaf. Ini bukan salahmu, sungguh semua ini bukan salahmu sayang. Eomma hanya belum berani, dan bukan kamu penyebabnya. Haneul sayang, kamu adalah harta berharga bagi Eomma."
Greb
Hyejin memeluk tubuh kecil Haneul. Pelukan sayang dan pastinya rasa bersalah karena hingga Haneul berusia 7 tahun, Hyejin belum pernah mengenalkan Haneul kepada keluarganya.
Malu, ya itulah yang ia rasakan. Bukan malu karena memiliki Haneul tapi malu atas kejadian masa lalu yang amat ia benci dan membuatnya selalu tersiksa setiap malam.
Kejadian naas itu rasanya baru kemarin ia alami. Sebuah hal yang tidak pernah ia duga. Hyejin muda yang sedang menemui kakeknya di negeri ginseng mendapatkan perlakuan buruk dari seorang pria yang pada akhirnya mengubah seluruh hidupnya. Pria yang tidak ia kenal, tapi hingga saat ini wajahnya masih melekat jelas di matanya meskipun sudah sekeras mungkin ia mencoba melupakannya.
" Eomma, jangan dipikirkan. Jika memang Eomma masih belum ingin maka tidak perlu dilakukan. Aku hanya ingin melihat Eomma tersenyum seperti tadi dan bukannya menangis seperti ini. Aku janji tidak akan pernah bicara seperti itu lagi."
Hyejin mengangguk, satu sisi dia senang karena Han bisa mengerti perasaannya. Tapi di sisi lain ada rasa takut dalam diri Hyejin, ia sungguh takut Haneul cepat dewasa atau bisa dibilang dewasa sebelum waktunya. Cara bicara Han layaknya orang dewasa yang sedang menenangkan orang lain.
" Haneul, mengapa kamu sedewasa ini. Ingat, jangan terlalu bergaul sama orang-orang yang sudah besar. Bertemanlah dengan teman sebaya mu, mengerti?"
" Iya Eomma."
Haneul tersenyum tapi tidak dengan hatinya. Awalnya dia sudah melupakan sosok ayah yang memang menurutnya tidak pantas untuk ia panggil ayah. Tapi sekarang dalam hatinya merasa bertanya lagi, siapa pria yang membuat dirinya hadir di kehidupan sang ibu? Dan mengapa batang hidungnya tidak pernah muncul? Apakah memang ibunya dicampakkan atau ibunya yang melarikan diri?
Semua pertanyaan itu kini bersarang di kepala Haneul. Sebuah tekad kini tertanam dalam dirinya yakni mencari tahu siapa ayah biologisnya. Bukan untuk menjadikannya ayah melainkan untuk membalas rasa sakit yang selama ini dirasakan oleh sang ibu.
" Jika benar rasa sakit Eomma dibuat olehnya, maka dia tidak akan mudah untuk mendapat maaf dari Eomma ataupun dari ku!"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Endang Sulistia
awalnya bagus
2024-11-21
0
Dewi Kasinji
ijin baca kak
2024-10-12
0
Nanik Kusno
Mampir Kak ...
2024-07-23
0