Jangan Sakiti Ibuku! (Anak Genius)

Jangan Sakiti Ibuku! (Anak Genius)

JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan

" Eomma, bisakah lebih cepat lagi. Astaga, Eomma sudah cantik jadi jangan berdandan berlebihan!"

Seorang bocah laki-laki berdiri tepat di depan pintu kamar sang ibu sambil melipat tangannya di dada. Terlihat wajahnya yang sudah tidak sabar menunggu ibunya yang sedang memakai hijabnya.

Musim dingin di negara P dan salah satu kota yang katanya paling romantis ini mencapai 6 derajat celsius. Tapi meskipun begitu, Han biasa bocah kecil itu dipanggil tidak surut sama sekali semangatnya untuk latihan musik.

" Sayang, Eomma sama sekali tidak berdandan, hanya menggunakan pelembab saja agar wajah Eomma tidak kering di cuaca dingin ini. Lagi pula, kamu ini aneh. Kalau sekolah sungguh malasnya minta ampun, tapi giliran berlatih musik kamu sangat antusias."

Jleb

Bagai dipukul dengan pentungan besar, kata-kata sang ibu membuat Haneul tertohok. Ia akui dirinya begitu malas dalam belajar akademik, tapi untuk bermusik dia selalu bersemangat. Padahal ia tahu keluarga ibunya tidak ada yang memiliki bakat musik. Kalau seni yang lain mungkin iya. Nenek dari Han adalah seorang designer, begitu juga kakek paman alias adik dari nenek, juga seorang designer.

Dan ibu Han juga seorang fotografer yang lumayan dikenal di kota tersebut. Jasnya digunakan untuk pengambilan foto prewedding, wedding dan juga lainnya. Ia juga mempunyai studio foto yang tidak besar tapi juga tidak kecil yang diberi nama Hyeda Picture. Nama itu diambil dari nama ibunya Han yakni Hyejin Meida Brajamusti.

" Eomma, please jangan bilang begitu?" Mulut Haneul mengerucut, dan pipinya menggembung. Sedangkan Hyejin, dia hanya terkekeh geli melihat wajah putranya yang begitu lucu itu.

" Baiklah, mari kita pergi Han. Jangan lupa syal mu oke. Udara hari ini sungguh lebih dingin daripada kemarin. Setidaknya itu yang dikatakan oleh peramal cuaca, hahaha."

Haneul hanya memutar bola matanya malas mendengar gurauan sang ibu yang sangat tidak lucu baginya. Tapi dia sangat bahagia melihat senyuman yang menghiasi bibir sang ibu.

Han, bocah laki-laki yang usianya baru saja 7 tahun itu cukup tahu dan mengerti bahwa hidup sang ibu selama ini tidak mudah. Tapi satu hal yang pasti, sang ibu akan semakin sedih jika mereka membicarakan mengenai pria yang dipanggil ayah.

2 tahun yang lalu, tepatnya saat Haneul berusia 5 tahun, dia untuk pertama kalinya menanyakan sosok ayahnya. Hyejin yang mendapat pertanyaan itu hanya membeku, tidak menjawab, tidak menangis, juga tidak berekspresi apapun. Tapi ketika malam hari, Haneul melihat sang ibu seperti kesakitan bahkan dalam tidurnya. Seperti mimpi buruk, Hyejin meraung, menangis dan juga kesakitan. Semenjak saat itu lah Haneul tidak pernah lagi bertanya. Karena beberapa malam setelahnya Hyejin masih mengalami hal yang sama.

Haneul paham betul bahwa pria yang mungkin saja adalah ayah biologisnya itu adalah pria buruk yang membawa luka bagi ibunya. Meskipun Hyejin tidak menjelaskan sama sekali, tapi melihatnya yang kesakitan setiap malam sudah cukup membuat Haneul mengerti.

" Eomma, apa kita juga tidak akan bertemu kakek dan nenek?"

Deg!

Hyejin terkejut saat mendengar pertanyaan putranya. Membicarakan kakek dan nenek berarti berbicara mengenai kedua orang tuanya yang sudah lama tidak ia temui. Rasa rindu yang ada di hati jelas sekali Hyejin rasakan, tapi dia malu untuk menemui Appa dan Eomma nya.

Menikmati kehidupan kota Paris yang terletak di Negara Prancis yang ada di bagian benua biru membuat ia sedikit menjauh dari tanah airnya dan tentunya kedua orang tuanya. Berkali-kali Appa dan Eomma nya ingin menemuinya, akan tetapi Hyejin selalu menolak dan bahkan mengancam akan pergi ke tempat yang jauh selama-lamanya tanpa mau memberi kabar. Pada akhirnya kedua orang tua itu hanya bisa pasrah. Selama Hyejin masih memberi tahu keadaannya, mereka pun memilih untuk tetap diam tanpa memaksa untuk bertemu.

" Eomma, aku tahu pasti Eomma juga rindu kan sama kakek dan nenek. Mengapa tidak mau bertemu, kasihan lho mereka. Dan jangan sampai Eomma menyesal nantinya. Apa karena adanya aku sehingga Eomma memilih bersembunyi untuk selamanya."

Ckiiiit

Hyejin menepikan mobilnya di tepi jalan. Ia lalu mencakup wajah Haneul dengan kedua tangannya. Air mata itu kembali luruh, dan seketika Haneul merasa bersalah. Karena ucapannya, sang ibu kembali menangis.

" Eomma, maaf," sesal Haneul.

" Tidak sayang, jangan minta maaf. Ini bukan salahmu, sungguh semua ini bukan salahmu sayang. Eomma hanya belum berani, dan bukan kamu penyebabnya. Haneul sayang, kamu adalah harta berharga bagi Eomma."

Greb

Hyejin memeluk tubuh kecil Haneul. Pelukan sayang dan pastinya rasa bersalah karena hingga Haneul berusia 7 tahun, Hyejin belum pernah mengenalkan Haneul kepada keluarganya.

Malu, ya itulah yang ia rasakan. Bukan malu karena memiliki Haneul tapi malu atas kejadian masa lalu yang amat ia benci dan membuatnya selalu tersiksa setiap malam.

Kejadian naas itu rasanya baru kemarin ia alami. Sebuah hal yang tidak pernah ia duga. Hyejin muda yang sedang menemui kakeknya di negeri ginseng mendapatkan perlakuan buruk dari seorang pria yang pada akhirnya mengubah seluruh hidupnya. Pria yang tidak ia kenal, tapi hingga saat ini wajahnya masih melekat jelas di matanya meskipun sudah sekeras mungkin ia mencoba melupakannya.

" Eomma, jangan dipikirkan. Jika memang Eomma masih belum ingin maka tidak perlu dilakukan. Aku hanya ingin melihat Eomma tersenyum seperti tadi dan bukannya menangis seperti ini. Aku janji tidak akan pernah bicara seperti itu lagi."

Hyejin mengangguk, satu sisi dia senang karena Han bisa mengerti perasaannya. Tapi di sisi lain ada rasa takut dalam diri Hyejin, ia sungguh takut Haneul cepat dewasa atau bisa dibilang dewasa sebelum waktunya. Cara bicara Han layaknya orang dewasa yang sedang menenangkan orang lain.

" Haneul, mengapa kamu sedewasa ini. Ingat, jangan terlalu bergaul sama orang-orang yang sudah besar. Bertemanlah dengan teman sebaya mu, mengerti?"

" Iya Eomma."

Haneul tersenyum tapi tidak dengan hatinya. Awalnya dia sudah melupakan sosok ayah yang memang menurutnya tidak pantas untuk ia panggil ayah. Tapi sekarang dalam hatinya merasa bertanya lagi, siapa pria yang membuat dirinya hadir di kehidupan sang ibu? Dan mengapa batang hidungnya tidak pernah muncul? Apakah memang ibunya dicampakkan atau ibunya yang melarikan diri?

Semua pertanyaan itu kini bersarang di kepala Haneul. Sebuah tekad kini tertanam dalam dirinya yakni mencari tahu siapa ayah biologisnya. Bukan untuk menjadikannya ayah melainkan untuk membalas rasa sakit yang selama ini dirasakan oleh sang ibu.

" Jika benar rasa sakit Eomma dibuat olehnya, maka dia tidak akan mudah untuk mendapat maaf dari Eomma ataupun dari ku!"

TBC

Terpopuler

Comments

Endang Sulistia

Endang Sulistia

awalnya bagus

2024-11-21

0

Dewi Kasinji

Dewi Kasinji

ijin baca kak

2024-10-12

0

Nanik Kusno

Nanik Kusno

Mampir Kak ...

2024-07-23

0

lihat semua
Episodes
1 JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan
2 JSI 02: Kau Menyebalkan!
3 JSI 03: Pertunjukan Haneul
4 JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa
5 JSI 05: Penemuan Haneul
6 JSI 06: Apa Eomma Mencintaiku?
7 JSI 07: Bagaimana kalau dia lari?
8 JSI 08: 8 Tahun Yang Lalu
9 JSI 09: Mimpi Yang Selalu Sama
10 JSI 10: Namanya Hajoon
11 JSI 11: Aku Tidak Menikah, dan Tidak Bersuami
12 JSI 12: Eomma lah Yang Terpenting
13 JSI 13: Ingin Putuskan Pertunangan
14 JSI 14: Semua Akan Baik-baik Saja
15 JSI 15: Kesalahan Linggar
16 JSI 16: Apakah Aku Ayah yang Buruk?
17 JSI 17: Dia Bahagia, Aku menderita
18 JSI 18: Aku Mau Putus!
19 JSI 19: Pasti Pria Ini!
20 JSI 20: Mungkin Jika Aku Tidak Ada
21 curhat author
22 JSI 21: Sampai Disini
23 JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
24 JSI 23: Mengapa Harus Disini?
25 JSI 24: Semakin Yakin
26 JSI 25: Saya Sailendra
27 JSI 26: Mati Aku!
28 JSI 27: Sandwich Tuna Ku ...
29 JSI 29: Jika Abah Tahu
30 JSI 30: Anak Baik
31 JSI 31: Pengakuan Sai
32 JSI 32: Kemurkaan Khalid
33 JSI 33: Aku Yakin Anakku
34 JSI 34: Ternyata Kenal
35 JSI 35: Bertemu Abilla
36 JSI 36: Maafkan Paman ya Han
37 JSI 37: Karena Siapa Aku Begini!
38 JSI 38: Mengalah Lebih Dulu
39 JSI 39: Betekad
40 JSI 40: Saya Orangnya
41 JSI 41: Jangan Menemui
42 JSI 42: Boleh Pinjam?
43 JSI 43: Tidak Seharusnya
44 JSI 44: Bertemu?
45 JSI 45: Akan Melakukan Apa?
46 JSI 46: Tekad Sailendra
47 JSI 47: Untuk Apa?
48 JSI 48: Apa Itu Cinta?
49 JSI 49: Tidak Sengaja
50 JSI 50: Kunjungan Teman
51 JSI 51: Tawaran Bantuan
52 JSI 52: Misi Pertama
53 Bab 53: Semua Keputusan Ada di Kamu
54 JSI 54: Dia Memang Anakku
55 JSI 55: Ajakan Camping
56 JSI 56: Rasa Lain
57 JSI 57: Apakah Memulai?
58 JSI 58: Suka Senyuman Itu
59 JSI 59: Permintaan Maaf yang Benar
60 JSI 60: Saranghabnida
61 JSI 61: Semua Akan Baik-baik Saja
62 JSI 62: Kejadian Sebenarnya
63 JSI 63: Sekolah Haneul
64 JSI 64: Memanggilmu Appa
65 JSI 65: Tidak Perlu Berterimakasih
66 JSI 66: 6.152.024
67 JSI 67: Pelan-pelan
68 JSI 68: Maaf Mas
69 JSI 69: Sebutan Buruk
70 JSI 70: Mari Kita Coba
71 JSI 71: Terimakasih Sayang
72 JSI 72: Han Bahagia Menjadi Anak Appa dan Eomma
Episodes

Updated 72 Episodes

1
JSI 01: Aku Tidak Akan Memaafkan
2
JSI 02: Kau Menyebalkan!
3
JSI 03: Pertunjukan Haneul
4
JSI 04: Semoga Eomma Tidak Kenapa-napa
5
JSI 05: Penemuan Haneul
6
JSI 06: Apa Eomma Mencintaiku?
7
JSI 07: Bagaimana kalau dia lari?
8
JSI 08: 8 Tahun Yang Lalu
9
JSI 09: Mimpi Yang Selalu Sama
10
JSI 10: Namanya Hajoon
11
JSI 11: Aku Tidak Menikah, dan Tidak Bersuami
12
JSI 12: Eomma lah Yang Terpenting
13
JSI 13: Ingin Putuskan Pertunangan
14
JSI 14: Semua Akan Baik-baik Saja
15
JSI 15: Kesalahan Linggar
16
JSI 16: Apakah Aku Ayah yang Buruk?
17
JSI 17: Dia Bahagia, Aku menderita
18
JSI 18: Aku Mau Putus!
19
JSI 19: Pasti Pria Ini!
20
JSI 20: Mungkin Jika Aku Tidak Ada
21
curhat author
22
JSI 21: Sampai Disini
23
JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
24
JSI 23: Mengapa Harus Disini?
25
JSI 24: Semakin Yakin
26
JSI 25: Saya Sailendra
27
JSI 26: Mati Aku!
28
JSI 27: Sandwich Tuna Ku ...
29
JSI 29: Jika Abah Tahu
30
JSI 30: Anak Baik
31
JSI 31: Pengakuan Sai
32
JSI 32: Kemurkaan Khalid
33
JSI 33: Aku Yakin Anakku
34
JSI 34: Ternyata Kenal
35
JSI 35: Bertemu Abilla
36
JSI 36: Maafkan Paman ya Han
37
JSI 37: Karena Siapa Aku Begini!
38
JSI 38: Mengalah Lebih Dulu
39
JSI 39: Betekad
40
JSI 40: Saya Orangnya
41
JSI 41: Jangan Menemui
42
JSI 42: Boleh Pinjam?
43
JSI 43: Tidak Seharusnya
44
JSI 44: Bertemu?
45
JSI 45: Akan Melakukan Apa?
46
JSI 46: Tekad Sailendra
47
JSI 47: Untuk Apa?
48
JSI 48: Apa Itu Cinta?
49
JSI 49: Tidak Sengaja
50
JSI 50: Kunjungan Teman
51
JSI 51: Tawaran Bantuan
52
JSI 52: Misi Pertama
53
Bab 53: Semua Keputusan Ada di Kamu
54
JSI 54: Dia Memang Anakku
55
JSI 55: Ajakan Camping
56
JSI 56: Rasa Lain
57
JSI 57: Apakah Memulai?
58
JSI 58: Suka Senyuman Itu
59
JSI 59: Permintaan Maaf yang Benar
60
JSI 60: Saranghabnida
61
JSI 61: Semua Akan Baik-baik Saja
62
JSI 62: Kejadian Sebenarnya
63
JSI 63: Sekolah Haneul
64
JSI 64: Memanggilmu Appa
65
JSI 65: Tidak Perlu Berterimakasih
66
JSI 66: 6.152.024
67
JSI 67: Pelan-pelan
68
JSI 68: Maaf Mas
69
JSI 69: Sebutan Buruk
70
JSI 70: Mari Kita Coba
71
JSI 71: Terimakasih Sayang
72
JSI 72: Han Bahagia Menjadi Anak Appa dan Eomma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!