Kehidupan Livia sampai sekarang masih kosong dan kesepian. Tidak ada teman satu pun yang tulus dengannya dan ia memutuskan untuk sendirian saja.
Tiba awal masuk semester kedua Livia di SMA malah bertemu dengan sesosok laki-laki dingin dan cuek yang duduk sebangku dengannya bernama Daris. Ia mencoba untuk berteman dengannya tapi tidak mudah untuk banyak berinteraksi dengannya.
Kemudian Livia menyadari bahwa Daris sangat cuek dan menyebalkan baginya setiap hari dan lama kelamaan tidak betah dengannya. Gadis itu juga pernah berpikir untuk cepat berpisah dengannya.
Akankah mereka berpisah? Ataukah perasaan diantara salah satunya yang akan tumbuh?
Apa yang akan terjadi pada bulan November selanjutnya? Mari kita kupas di novel ini. Selamat membaca dan tinggalkan like dan komennya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lei., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesambar apa sih?
...Karena Daris sudah tiba beberapa menit lebih awal di warung tersebut, maka itu hal yang bagus buat Livia karena pesanan gadis itu akan berjalan lancar tanpa di tunda terlebih dahulu seperti kemarin lagi....
...Lalu Livia berdiri di samping Daris tepatnya untuk melihat hidangan hari ini sedangkan Daris menunggu pesanan yang sedang di bungkus oleh Mbak itu. Livia hanya diam saja tidak menyapa maupun melihat Daris....
...Tetapi Daris sebaliknya melihat Livia yang kecil dan lucu serta hanya terlihat jidatnya yang sedang melihat sayur dan lauk hari ini....
...Meski tubuh Livia sedikit pendek, tapi ia dapat menyadari bahwa Daris yang tengah melihat dirinya dengan sedang menunduk berhubung tinggi badannya sekitar 174 cm....
...Masih saja SMA kelas 1 tetapi badannya sudah setinggi ini. Malah Livia yang dari SMP kelas 3 mengukur tinggi badannya pun tetap sama sampai hari ini. Livia tidak banyak canggung dan gugup ketika ditatap. Hanya sedikit aneh dengan si gunung es yang hari ini....
“Ini tuh gunung esnya disambar apa ya hari ini? Disambar petir kah?” pikir Livia.
...Livia mencoba memandang Daris diam-diam dengan bola matanya melihat ke atas tetapi posisi wajahnya tetap seolah-olah melihat makanan....
...Gadis itu pun ternyata melihat Daris senyum tipis dengan dirinya dan secepat kilat bola mata Livia kembali berpura-pura melihat kembali lauk dan sayur itu....
“Ini Daris hari ini kenapa ya kok rada aneh?” pikir gadis itu lagi.
...Gadis itu tidak akan melakukan percakapan maupun interaksi jika bukan Daris yang memulai menyapa duluan di sini. Oleh karena itu Livia cenderung belajar untuk lebih cuek dan mengabaikannya sama seperti ketika lelaki itu memperlakukan Livia di hari-hari biasa....
...Kemudian Mbak itu sudah selesai membungkus makanan Daris dan tinggal menerima uang kembalian lalu Daris akan pergi. Setelah menerima uang kembalian, Daris pun berjalan pergi dengan sedikit membungkuk melewati Livia tetapi ia membungkuk bukan sembarangan membungkuk melainkan punya makna lain....
...Kemudian saat lelaki itu mau berjalan melewati gadis itu ternyata ada suara lembut lelaki itu di dekat telinga Livia sambil mengatakan,...
“Pergi dulu ya."
...Ternyata maksud lain dari membungkuk adalah untuk menyampaikan sesuatu kepada gadis pendek dan imut....
...Gadis itu yang melamun dari tadi melihat lauk dan sayur lalu menoleh dengan syok ke belakang. Livia dengan wajah polosnya melihat lelaki itu dan panik sendiri karena harus membalas perkataannya....
“Hah apa? Eh iya iya,” ujar Livia dengan wajah bingung dan panik.
...Daris yang baru mengucap kata itu sambil pandangannya masih tertuju pada Livia pun tertawa kecil ketika melihat Livia yang wajahnya imut begitu menoleh sana sini terlebih dahulu untuk mencari keberadaan Daris yang tepat di sampingnya baru menyapa balik....
...Lalu Daris pergi dengan santai tetapi Livia kini yang sedang bermasalah dengan wajahnya yang kian memerah....
“Dek wajahnya kenapa? Kok merah begitu?” ujar Mbak itu yang mau membungkus pesanannya.
“Oh a iya gap- gapapa Bu eh Mbak,” ujar Livia dengan gugup.
“Aduh kenapa sih aku ini? Bukannya uda biasa ya sama si gunung es? Ini kok bertingkah aneh lagi sih?” ucap Livia dalam hati sambil menutup matanya rapat-rapat untuk menahan malu.
...Tapi di saat Livia masih melamun, Mbak itu ternyata sedang bertanya padanya tetapi tidak di dengar oleh gadis itu....
“Dek pakai apa dek? O dek? DEK!” ujar Mbak itu dengan marah.
“EH ... IYA ES AJA ... YANG MERAH MBAK” ujar Livia dengan spontan.
“Haduh... maksudnya sambal merah buk” ujar Livia sambil menepuk jidatnya.
...Hari masih pagi dan cerah tetapi si gadis itu malah tidak fokus. Entah karena belum sarapan atau baru sembuh dari sakit hingga otaknya tidak fokus begitu. Setelah Livia sudah selesai sarapan dan pergi ke sekolah, Livia memukul kedua pipinya yang tembem itu untuk dirinya lebih fokus di pagi hari....
...Kemudian gadis itu berjalan masuk ke kelas dan melihat teman-temannya sedang sibuk mengerjakan tugas. Livia seketika sibuk melihat sekelilingnya yang sedang menulis tugas yang tidak di ketahui. Lalu ia berjalan ke arah meja Dina, teman yang kemarin membalas chatnya bahwa tidak ada materi dan tugas apapun....
...Terlihat Dina yang sedang santai di kelas sambil bermain ponsel. Lalu Livia bertanya kepadanya,...
“Ini tugas apa, Din?”
tanya Livia dengan penasaran.
“Tugas kemarin,” ujar Dina.
...Lalu Livia pun mengeluarkan raut wajah yang sedikit marah....
“Tapi kemarin lu bilang gada tugas?” ujar gadis itu dengan sedikit marah dan nada bicara yang sedikit tinggi.
“Ahaha, iya lupa soalnya aku uda siap kemarin hehe,” ujar Dina dengan wajah tidak pedulinya.
...Lalu sekarang lah waktunya untuk mengetes seberapa setia dirinya yang di sebut sebagai seorang teman....
...Livia pun meminta tugas itu langsung dari Dina. Tetapi Dina selalu punya alasan untuk menolak secara halus dan katanya di pinjam orang. Ketika Livia hanya mau bertanya kepada siapa buku Dina di pinjamkan, Dina selalu bilang tidak tahu karena bukunya selalu di oper....
...Padahal hanya tinggal di potret saja seperti yang Dina lakukan sebelumnya. Tetapi tampaknya sebagai seorang yang punya logika dan bijaksana Livia harusnya sudah tidak mengejar bukunya lagi dan lebih baiknya lagi di kerjakan sendiri dengan waktu yang sangat singkat....
...Livia pun kembali di bangkunya dan sudah tidak memperhatikan Daris lagi yang tengah santai. Karena Livia lupa menanyakan temannya mengenai tugas di halaman berapa, maka ia bertanya pada Daris mengenai tugas itu dan berharap Daris dapat memberikan jawaban yang Livia butuhkan....
...Tetapi sepertinya kondisi sedikit berbeda dengan ekspetasi Livia di tengah sedang di kejar oleh waktu....
“Daris ...” ujar Livia dengan pelan dan wajahnya yang terlihat manis seperti kucing yang meminta makanan.
...Daris melihat Livia dengan senyum tipis dan wajahnya seperti terlihat senang jika gadis itu mau bertanya sesuatu padanya....
“Ada apa?” ujar Daris sambil memiringkan kepalanya dan mematikan ponselnya untuk fokus mendengar Livia.
“Em ... Tugas kemarin halaman berapa ya?” tanya Livia.
...Tampaknya jawaban tidak seperti yang di harapkan Livia. Daris seketika wajahnya berubah diam sebentar tak berkutik....
“Hah? Tugas? Ada ya?” tanya Daris kembali.
“Ya elah, dasar! Ditanyain malah tanya balik. Memang bener ga boleh banyak berharap,” pikir Livia.
...Kemudian keduanya saling menatap dengan diam dan tampaknya Livia sudah mengetahui jawaban yang tak bisa diharap oleh Daris dari pancaran matanya. Kemudian Livia terpaksa bertanya dengan yang lain dan mulai mengerjakannya dengan cepat. Tapi sayangnya kecepatan menulis gadis itu tetap tidak terkejar waktu....
semangat nulis nya kk/Smile/ bunga untuk mu
iklan untuk mu
semangat kakak ada iklan untuk mu/Smile/