Setelah Umayra meninggal dunia, Kaysar menjadi sangat dingin. Waktunya habis untuk bekerja dan menemani putri kecilnya yang terpaksa jadi piatu saat dia dilahirkan.
Lima tahun dia habiskan tanpa pernah terusik oleh satu perempuan pun.
Hingga dia bertemu lagi dengan seorang gadis yabg dulu pernah berniat merayu sahabatnya, Gista Aulia.
Semoga suka ya🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Efek tindakan spontan
"Sudah lama kenal Kaysar?" tanya Zoya, saat para istri memisahkan diri bersama anak anak dari suami suani mereka.
Deva dan Dewa menemani Ziza dan Ruby yang sedang mengobrol sambil menikmati cake. Kedua anak laki laki cool itu hanya menyesap minuman dingin yang tersedia sambil mengawasi keduanya.
Kelihatannya Ziza dan Ruby langsung akrab. Obrolan mereka terlihat menyenangkan karena sesekali diselingi tawa.
Deva dan Dewa sesekali ikut menimpali dan tersenyum.
Sementara Gista yang ditanya jadi tambah canggung. Sebetulnya dia ingin menghindar dan langsung pulang, tapi Ruby memintanya menemaninya mengobrol dengan Ziza.
Gista ngga bisa menolak permintaan ponakan yang merupakan pemilik pesta. Jadilah dia tersangkut bersama para wanita ini.
"Em... Baru kenal juga," jawab Gista ngga tenang. Dia merasa jadi tertuduh sekarang.
"Tapi Bang Kaysar perhatian banget dengan mba Gista," senyum Vanda sumringah. Sepasang matanya berpendar bahagia.
Dia ngga nyangka sahabat suaminya yang terkenal dingin dan datar itu bisa melakukan hal seromantis ini.
Vanda agak tersipu karena dia jadi teringat perlakuan romantis Fazza padanya.
Bang Kaysar jatuh cinta dengan perempuan cantik di depannya?
Gista merasa ngga enak melihat ekspresi kagum yang diperlihatkan Vanda padanya. Dia merasa bersalah karena pernah berusaha menarik perhatian laki laki yang kini sudah menjadi suaminya.
"Setelah lima tahun, ya, Vanda," imbuh Zoya. Dia ngga percaya dengan jawaban Gista. Gerak gerik keduanya sudah menunjukkan adanya hubungan yang lebih dari sekadar relasi bisnis biasa.
Seperti dia dulu dengan Nathan. Hatinya selalu berdesir jika mengingatnya.
"Iya, kak Zoya." Vanda menjawab apa adanya.
Zoya menatap Gista yang hanya terdiam.
"Kamu tau, kan, kalo Kaysar duda?" tanya Zoya pelan.
Gista mengangguk. Perasaannya tambah ngga enak.
"Dia juga punya satu putri yang sangat cantik. Semoga kamu ngga keberatan."
Gista terhenyak mendengarnya.
Mak maksudnya apa ini?
Mereka salah paham.
Gista langsung panik.
Hanya karena jas ini? Tanpa sadar Gista melirik jas Kaysar yang tersampir di bahunya. Sementara harumnya sudah sejak tadi sudah dihirup oleh pernafasan Gista. Harum maskulin yang cukup membuatnya resah sejak tadi.
"Em.... Kami hanya relasi bisnis saja," kilah Gista berusaha jujur. Tapi wajahnya merona karena dia tau fokus kedua wanita ini sudah terlalu jauh akibat jas Kaysar.
Gista ingin segera pergi ke tempat laki laki itu, melemparkan jasnya dan mengomelinya.
Selalu bertindak sesukanya. Kadang baik kadang super nyebelin.
Karena jas ini, banyak orang yang salah paham dengan hubungan mereka.
Mereka ngga tau aja kalo Kaysar itu hanya peduli kalo lagi dalam fase ngga normal. Buktinya di saat normal laki laki itu selalu mengacuhkannya. Juga selalu tidak terduga bertindak di hadapan banyak orang, hingga dia mendapatkan stigma negatif.
"Ya, saat ini." Senyum Zoya sarat makna.
Matilah dia, sudah ngga bisa membantah lagi. Gista hanya bisa memberikan senyum kakunya.
*
*
*
Kaysar menatap Nathan dan Fazza yang selalu saja berada di dekatnya. Seolah dia sedang menjadi target operasi.
"Kalian kenapa ngga ngobrol lama dengan Harvey aja, sih," sungut Kaysar ketika sudah ditinggalkan relasi bisnisnya.
Keduanya hanya meresponnya dengan senyum miring.
Kaysar mendengus kesal
Dari tadi keduanya selalu saja mengekorinya. Mereka pun selalu jadi target para kolega bisnis.
Yang Kaysar ngga tahan adalah wajah keduanya tiap dia menoleh ke arah mereka. Senyum dan mimik jahil itu ngga pernah lekang.
Mereka memang bukan Eriel yang akan memberondongnya dengan berbagai kalimat ejekan dan ledekan yang menjatuhkan harga dirinya. Tapi ekspresi Nathan dan Fazza sudah mengatakan hal yang ingin diutarakan Eriel.
Menyebalkan!
Tanpa sadar Kaysar menendangkan ujung sepatunya ke pilar di dekatnya dengan cukup keras.
Fazza dan Nathan hampir tergelak melihatnya. Tapi keduanya memang paling pintar mengendalikan emosi.
"Ehem... Kay, kalo nanti kamu mau antar Gista pulang, Ziza ikut aku sama Vanda aja," usul Fazza.
"Santai aja Kay." Nathan menyahuti.
"Biar ngga mengganggu," lanjut Fazza membuat Kaysar tercekat.
"Ziza pasti mau," tukas Nathan lagi.
"Ziza anak yang baik, pasti mengerti," imbuh Fazza.
"Itu sudah pasti," timpal Nathan
Kaysar menatap keduanya dengan sorot mata kesal
"Kalian apa apaan, sih. Ngapain aku harus antar dia pulang," ketus Kaysar dengan urat urat di leher yang menegang.
"Ya, itu seandainya saja kamu mau antar Gista pulang," senyum Fazza tetap tenang. Tanpa peduli dengan bara kekesalan yang membara di sepasang bola mata Kaysar. Kalo Eriel mungkin saat ini sudah tergelak parah melihat ekspresi ngamuk Kaysar.
"Sekalian ambil jas yang kamu pinjamkan," ucap Nathan penuh arti.
Tubuh Kaysar membeku.
Skak math!
Dia udah ngga bisa membantah lagi. Semua memang salahnya. Terlalu spontan bertindak. Sampai lupa mempertimbangkan efek samping setelahnya.
Tanpa sadar satu tangannya memijat kuat keningnya, kemudian mengusap kasar wajahnya.
Malam ini Kaysar sangat membenci tindakan cerobohnya.