NovelToon NovelToon
My Murid My Jodoh

My Murid My Jodoh

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Terpaksa Menikahi Murid
Popularitas:573k
Nilai: 4.8
Nama Author: ils dyzdu

Cinta datang tanpa diundang. Cinta hadir tanpa diminta. Mungkin begitu yang dirasakan oleh Halim saat hatinya mulai menyukai dan mencintai Medina-gadis yang notabene adalah muridnya di sekolah tempat dia mengajar.

Halim merasakan sesuatu yang begitu menggebu untuk segera menikahi gadis itu. Agar Halim tidak mengulangi kesalahannya di masa lalu.

Apakah Halim berhasil mendapatkan hati Medina?
Apakah Medina menerima cinta dari Halim yang merupakan Gurunya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ils dyzdu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Medina dapat menangkap sinyal tidak suka dari wajah wanita yang berjalan mendekat ke arah mereka.

Baru saja Medina membuka mulutnya yang terkunci untuk menjawab, tiba-tiba saja Halim sudah bersuara duluan.

“Medina di sini untuk latihan olimpiade, Bu Rania,” jawab Halim yang menoleh sekilas pada Rania, lalu kembali menatap Medina.

Medina mengangguk gugup. “Iya, Bu. Medi besok mau olimpiade.”

Wajah Rania yang tadinya sudah sekecut irisan lemon, mendadak tersenyum manis bak simpel sirup.

“Oh, begitu? Ya sudah. Semangat Pak Halim.” Rania mengepalkan tangan ke udara dan membuat wajah se-imut mungkin.

Halim hanya mengangguk. “Baik, Bu.”

Setelah Rania berlalu dari hadapan mereka. Halim menggeser contoh soal yang kemungkinan besar masuk untuk olimpiade besok.

“Kita coba pelajari ini, ya?”

Medina mengangguk. Dia dengan antusias membaca contoh soal itu dengan teliti.

Dan apalagi yang akan dilakukan Halim- kalau Medina sudah fokus pada kertas yang ada di genggamannya itu, selain menatap wajah cantik gadis itu.

Bibir Halim yang semula terkatup rapat, pelan-pelan terbuka. Seperti ingin mengungkapkan kalimat memuji, tapi seperti tertahan hanya di dalam angan.

Mata yang tadi terbuka seperti biasa, lambat laun berubah menjadi sendu.

Kemudian setelah tersadar dengan yang dilakukannya, Halim mengedipkan mata dan tersenyum tipis.

Tak lama, hembusan nafas lemah keluar dari mulutnya.

‘Semoga waktu cepat berlalu, semoga hari cepat berganti, agar Abang secepatnya menggetarkan Arsy Allah ketika menikahimu.’

“Egh, apa ada yang kurang dimengerti, Medina?”

Medina mengangkat wajahnya lalu tersenyum. “Ada, Pak. Ini yang bagian ini.”

Halim menaikkan kedua alisnya. “Oh, kita coba kerjakan sama-sama, ya?”

“Baik, Pak.”

Halim tersenyum lagi. Entah kenapa, dia ingin waktu jangan cepat berlalu kalau sudah berduaan begini dengan Medina. Halim terkadang aneh. Baru saja beberapa menit yang lalu dia minta agar waktu secepatnya berlalu. Malah sekarang kebalikannya. Hem.

........*****........

Kegiatan Halim hari ini begitu berantakan. Pukul 10 pagi, dia sudah harus ke kampus untuk seminar. Pukul 13 siang, Habibah sudah minta jemput di bandara. Dan pukul 14 lewat 30 menit, Medina mengikuti olimpiade, dan dia sudah harus ada di sana sebagai Guru pembimbing.

Menghela nafas semangat, Halim percaya dia pasti bisa melewati hari ini dengan baik dan semestinya.

“Alright! Let’s do all today’s activities perfectly!”

Halim menggeber motornya sekali sebelum melajukannya di jalan raya.

Di dalam perjalanan, dengan wajah yang ditutupi oleh helm, senyum Halim tetap terpancar dengan sempurna.

Apalagi ketika dia teringat, saat meminta pas foto  Medina untuk keperluan mendaftar nikah di KUA kemarin.

Dan yang paling membuat senyumnya semakin melebar ke samping, ketika dia bertemu langsung dengan Bu Widya, sang calon mertua di rumah Reno.

Halim dengan sigap dan cekatan menghampiri orang tua itu, dan mengungkapkan niat baiknya untuk segera menikahi Medina.

Halim kira Bu Widya akan bereaksi gimana gitu ya sama dia. Ternyata di luar dugaan, Bu Widya malah sumringah dan mengucap syukur tiada henti.

“Hem, sepertinya besok aku harus buat janji dengan Erik,” gumamnya.

Erik adalah teman Halim yang berprofesi sebagai Pengacara. Bagaimana pun juga, Halim membutuhkan bantuan Erik untuk memuluskan langkahnya menikahi Medina.

Karena Medina masih berumur 17 tahun,  dikategorikan masih di bawah umur. Menikahinya secara resmi tercatat di negara akan terasa sulit. Yang bisa dilakukan hanya menikah secara siri. Sedangkan dia ingin menikahi Medina resmi secara agama dan negara. Ah! Sepertinya dia benar-benar sudah mencintai Medina.

Dan dalam keadaan ruwet seperti ini, Erik-lah yang diharapkan oleh Halim sebagai malaikat tak bersayapnya. Jangan dibayangkan kalau Erik bersayap, ya? Pasti akan mual dan ingin muntah.

Tak terasa motor Halim sudah membawanya ke halaman kampus. Setelah memarkirkan motornya, dengan langkah semangat dia berjalan menuju aula tempat dilaksanakannya seminar.

.......***.......

“Bang! Abang di mana ‘sih? Abang sengaja ya biarkan aku di sini?”

Suara Habibah yang melengking di telepon membuat telinga Halim berdengung.

Entah kenapa dia punya Adik yang cerewetnya tidak tanggung-tanggung seperti Habibah.

Halim berjalan dengan agak tergesa setelah memasukkan hp ke dalam kantung jaketnya.

Dan tanpa Halim sadari, dia berjalan dan berpapasan dengan seorang yang langsung menghentikan langkahnya dan berbalik, ketika tahu kalau orang itu ternyata Halim.

Dari wajah seseorang itu, terpancar kerinduan yang mendalam. Dengan tatapan sendu dia memandangi punggung Halim yang menjauh.

“Halim. Kenapa dia di sini? Apa dia kuliah lagi? Tapi aku benar-benar merindukan dia.”

......***......

Dengan sedikit ugal-ugalan Halim mengendarai motornya menuju bandara. Setelah parkir, dengan agak berlari Halim mencari Habibah.

Penampilan dia yang berlari itu, membuat para mata wanita mau tak mau tertuju padanya.

Uuuh, maskulin sekali si Abang itu larinya. Bisa gak bawa aku lari, Bang. Bawa lari ke masa depan. Eaaak.

Begitu kira-kira kata hati para wanita yang sudah tanpa sadar, senyum-senyum sendiri tidak karuan.

Halim celingak-celinguk menatap sekitar. Habibah yang dia hubungi dari tadi tidak menjawab panggilannya.

“Ck! Ke mana anak itu?”

Halim kembali mendial nomor Habibah. Sesekali dia menyeka keringat yang muncul di dahinya.

“Uuuhhh.”

Halim membelalak, dia langsung menoleh ke samping. Dan agak sedikit terkejut, ketika melihat beberapa gadis muda menatapnya dengan penuh pesona.

Halim meringis. “Eh, ada apa ya?” tanyanya bingung.

“Abang ganteeeeng!” ucap mereka kompak lalu ngacir meninggalkan Halim yang bengong.

Halim terkekeh dan geleng-geleng kepala. “Lihatlah calon Suamimu ini, Dek. Kalau orang lain aja terpesona, semoga kamu juga.”

Memikirkan Medina, Halim jadi teringat dengan jadwal olimpiade yang diadakan hari ini.

“Astaghfirullah!” Halim mengangkat tangan dan mengecek jam. “Ck! Bakalan terlambat aku kalau begini!”

Halim mulai sibuk mencari lagi. Lalu matanya membelalak ketika tahu Habibah malah asyik makan seblak di salah satu stand makanan di bandara ini.

Sudahlah. Halim mengusap dada sambil terus beristighfar.

.......****.......

Sepanjang perjalanan menuju rumah Halim, Habibah terus mengomel tanpa jeda nafas.

Bukan telinga Halim saja yang berdengung, otaknya juga sudah ikut nyut-nyutan.

Halim lagi-lagi berdecak saat melihat jam tangannya.

Habibah yang turun dari motor dengan bibir cemberut, semakin menjadi cemberutnya ketika Halim main tinggal begitu saja.

“Iihhh, memang Bang Halim! Nyebelin!”

.......****.......

Medina terus-terusan menatap jam dinding dengan gelisah.

Semakin gelisah saat Ibra dengan senyum sejuta watt-nya, terus menatapnya dari 4 kursi yang berjarak dari tempat dia duduk.

Medina mendumel dalam hati. Ini pasti kerjaan si Nona. Siapa lagi yang bisa memberitahu Ibra kalau bukan anak itu.

Dan yang anehnya, kenapa belakangan ini, Ibra terus-terusan ada di depan matanya? Omaygat.

Nona sendiri tidak bisa hadir menyemangati Medina, karena ada urusan keluarga.

‘Ke mana Pak Halim? Kenapa dia belum datang-datang juga?’

Entah kenapa, Medina jadi merasa kurang semangat. Dia menatap tangannya yang terkepal satu sama lain.

Medina saat ini berada di salah satu ruangan tunggu untuk menunggu peserta lain yang selesai menjawab soal olimpiade.

Tiba-tiba Medina mendengar suara langkah kaki orang yang tergesa-gesa menghampirinya.

Medina mengangkat wajahnya, matanya yang indah membelalak ketika melihat calon Suaminya berlari kecil ke arahnya.

Dengan tanpa sadar, bibir Medina melengkung. Dia bahkan berdiri ketika Halim sudah dekat dan berdiri di hadapannya.

Halim yang melihat senyum manis Medina, terpaku beberapa saat sebelum membalas senyuman itu.

“Udah mulai, Dek?”

Ibra yang mendengar Halim memanggil Medina dengan ‘Dek’ sontak berdiri, dan mendekat pada mereka berdua.

“Adek? Pak Halim manggil Medina, Adek?”

Halim terkesiap, dan terkejut Ibra ada di sini.

“Ibra? Kamu ngapain?”

Ibra tersenyum tipis. “Saya Cuma mau kasih semangat sama Medina. Karena dari tadi dia sendirian di sini.”

Halim menghela nafas. “Ah, iya. Tadi saya ada urusan sebentar.”

Ibra menaikkan alisnya. Kemudian dia mengedikkan bahu.

“Dek, Kak Ibra pulang dulu, ya? Semangat untuk menang.”

Medina mengangguk. “Makasih ya, Kak.”

Ibra kemudian mengangguk pada Halim. “Mari, Pak,” ucap Ibra menjauh dari mereka.

Halim menyipitkan mata sebelah melihat punggung Ibra menjauh. Kenapa anak itu bisa ada di sini?

 

.......****.......

Assalamu'alaikum Pembaca aku yang manis. Semoga masih suka ya sama kisah Halim dan Medina 😁.

Maaf ya untuk pembaca aku, Kak Rani, semalam gak jadi doble up. Karena aku lagi sibuk belajar gambar art, wkwkwk.

hari ini aku bayar doble up-nya ya Kak Rani, sesuai janji aku kemaren. ☺️💐

Selamat membaca pembaca akoh yang manis 😁 🤟🏻 💐 ❤️

 

 

 

1
Rini Maryani
kenapa blm d tangkap sih di rania lanjut thoor
Kasih Bonda
next thor semangat
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐: maacih kak❤️
total 1 replies
💗 AR Althafunisa 💗
ya... koq tamat ka, sampai Medina punya anak dong ka 😌
💗 AR Althafunisa 💗: ok. ka, nunggu terus nih ceritanya 😍
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐: wkwk, masih beberapa bab lagi kak menuju tamat😆
total 2 replies
💗 AR Althafunisa 💗
Bagus deh ditutup pintunya ga masuk tuh kakaknya, klo masuk bisa jadi korban pembunuhan ntar malah 😩🙈
💗 AR Althafunisa 💗
Jadi serem, pas banget tadi dengar di jalan ada orang gila bawa-bawa parang. Kendaraan pada takut tetiba disabet parang 🙈
💗 AR Althafunisa 💗: di dekat kampung ka, daerah Bekasi
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐: waduh, di mana itu kak? serem ya😫
total 2 replies
Yus Warkop
lanjut makin seru
Yus Warkop: iya seru lihat si rania sape masukin pisau 3 terus kempari genting pake batu bikin degdeggan ,aja
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐: apa iya kak makin seru? 🥺
total 2 replies
Yus Warkop
pasti itu rania
Zayyin Arini Riza
Hadeeh... si Rania gak nyerah juga ya....semoga kali ini kena batunya dia...
oca rm
semoga sih rania cepat ditangkap
Bilqis Salsabila
Kecewa
Kasih Bonda
next thor semangat
Yani Cuhayanih
waalaikumsalam wak mohon maaf aku gk punya akun Ig../Joyful/
sony🙉
ayo kak lanjut! penasaran terus di setiap bab🙏🏻
💗 AR Althafunisa 💗
Benar-benar meresahkan si Rania, bukannya udah ditangkap terus bawa ke rmh sakit jiwa.
💗 AR Althafunisa 💗
Ya ampun.. Balapan dong si Uwa 😂😅
Yus Warkop
semoga satpam segeramenemukan si rania
Zayyin Arini Riza
Gemes banget sama Rania.. Ayo Me.. janagan lemah, semangat sembuh dan cepat pulang ke rumah
Kasih Bonda
next thor semangat
Kori Yah
lanjut kak
lidiaastuti@
masuk kan ketempat rehabilitas gak si tu si Rania biar berkurang penyakit rabies nya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!