Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerai
Mas Bagas dan ibu mertua ku terus-terusan memfitnah aku, aku membela diri pun percuma karena kakek lebih mempercayai mereka, apalagi kakek melihat aku diantar oleh Ricard.
"Kek, semua itu tidak benar mereka memfitnah aku, aku dan Ricard hanya berteman." Ujar ku membela diri sambil menangis.
"Tidak ada yang nama nya berteman dengan seorang pria, kamu itu sudah punya suami, harus nya kamu menjaga perasaan suami dan menjaga nama baik keluarga suami, coba kamu bayangkan, bagaimana kalau para klien perusahaan tahu? Nama baik kakek akan tercoreng." Mas Bagas terus membuat kakek percaya pada nya.
"Seharus nya kamu bersyukur sudah menjadi bagian keluarga kami, apalagi kakek sangat menyayangi kamu, kurang apa keluarga kami kepada kamu, kalau memang kamu tidak menyukai Bagas, kenapa tidak dari awal saja kamu menolak nya?' Ibu mertuaku ikut menghasut kakek.
"Sudahlah jangan berdebat lagi, dan kamu Yola, kamu tidak ada guna nya membela diri karena bukti sudah jelas, kakek sudah menganggap kamu sebagai cucu kandung kakek, apalagi kakek kamu sahabat kakek, kakek sudah berusaha mengabulkan keinginan sahabat kakek itu, tapi kamu sudah membuat kakek kecewa, mulai sekarang kamu bukan cucu menantu kakek lagi."
Aku menangis mendengar ucapan dari kakek, aku benar-benar hancur, bukan aku nyaman dengan hinaan mereka, tapi aku merasa aku sudah mengecewakan kakek yang sudah menyayangiku.
"Tapi kek, dengarkan dulu penjelasan aku, ini tidak adil buat aku, kakek hanya mendengar penjelasan dari mereka saja, kalau kakek ngga percaya akan aku panggil kan Ri_," Belum selesai aku mengatakan semua nya, tapi kakek sudah memotong kalimat ku.
"Bagas, ceraikan dia dan urus secepat nya." Ucap kakek lalu pergi meninggalkan rumah mas Bagas.
Ibu mertua dan mas Bagas mengantarkan kakek ke depan pintu.
"Iya kek, besok pagi Bagas akan langsung mengurus nya." Kelihatan wajah mas Bagas sangat bahagia dengan keputusan kakek.
Kakek masuk ke dalam mobil nya tanpa melihat ke arah ku, wajah nya memperlihatkan wajah kecewa nya.
Setelah kepergian kakek, ibu mertua dan mas Bagas masuk kembali ke dalam rumah, kedua pasang mata mereka menatap aku dengan penuh kebencian, sedangkan bibir nya tersenyum penuh dengan kemenangan.
"Dasar wanita gendut, jelek pembawa sial, untung aku melihat kamu tadi di restoran dengan pelayan itu, jadi aku punya alasan sama kakek untuk bisa membuat kamu di usir dari rumah ini." Teriak mas Bagas dengan mata yang hampir keluar.
"Makanya jadi wanita itu harus tahu diri, memang nya ada laki-laki yang mau sama wanita gendut dan jelek seperti ini." Ucapan ibu mertua ku yang selalu menyakitkan kembali ku dengar.
"Ada mah, tapi sayang hanya seorang pelayan yang mau sama wanita jelek ini, dan memang wanita gendut dan jelek seperti ini tidak berhak mendapat kan pria pengusaha seperti ku, dan seorang pelayan pun terlalu bagus untuk menjadi pendamping dia, cocok nya pendamping buat dia itu hanya seorang gelandangan." Anak dan ibu itu tertawa puas melihat aku seperti sekarang.
"Silahkan tanda tangani surat cerai kalian dan ini, ambil koper jelek kamu, koper sama orang nya sama jelek nya." Teriak Elena sambil membawa koper milik ku dan melemparkan nya tepat di depan ku.
Benar-benar keluarga pintar, mereka pintar membalikan fakta, dan rencana mereka semua sungguh rapih sekali, ternyata Elena ada di kamar ku dan selama ada kakek, dia membereskan baju-baju ku ke dalam koper, bahkan bukan cuma baju ku yang sudah di siapkan, tapi ternyata surat cerai pun sudah siap, sungguh ini rencana yang sangat sempurna.
"Hebat, ternyata kalian semua sudah merencanakan semua ini." Ucap ku dengan deraian air mata.
Ku lihat ketiga orang di depan ku, mereka semua tersenyum sinis kepadaku.
"Sudah! Jangan banyak bicara kamu, sekarang cepat tanda tangani surat ini dan pergi dari rumah ini." Teriak mas Bagas, tangan nya mendorong tubuh ku, tapi karena memang tubuh ku yang memang boros aku hanya bergeser sedikit saja.
"Wanita seperti kamu memang pantas di perlakukan seperti ini." Ucap Elena dengan kedua tangan nya dia simpan di atas dada, seolah-olah dia pemilik rumah ini.
"Oh iya, galeri yang dia kelola bukan nya pemberian kakek ya mas, kalau begitu tolong kembalikan galeri itu." Elena meminta aku mengembalikan galeri yang baru saja aku rintis.
"Tapi itu pemberian kakek buat saya, kamu ngga ada hak untuk meminta nya." Aku mencoba mempertahankan galeri ku
"Sekarang kamu bukan anggota keluarga kita lagi, jadi serahkan semua pemberian dari kakek, dan ini lepaskan cincin ini, cincin mahal ini tidak cocok untuk kamu pakai." Teriak ibu mertua ku sambil melepas paksa cincin nikah aku dengan mas Bagas.
"Tapi ini sudah menjadi hak saya semenjak cincin ini melingkar di jari saya sendiri." Aku pun mencoba mempertahankan cincin pernikahan ku, tapi teriakan
"Stop! apa lagi yang akan kamu pertahan kan? Apa! Sekarang kembalikan semua nya, kamu tidak berhak membawa satu pun barang-barang dari keluargaku." Teriak mas Bagas.
Sungguh tidak adil dengan semua ini, mereka semua memang menginginkan aku untuk pergi dari mereka, dan mereka ingin melihat aku menjadi gelandangan.
Dengan deraian air mata aku menandatangani surat cerai itu.
Aku melangkah sambil membawa koper ku, tapi tiba-tiba suara Elena kembali menahan ku.
"Tunggu, serahkan kunci mobil dan atm kamu." Ucap Elena sambil menarik tangan ku.
Aku sudah ngga mau berdebat lagi dengan mereka, dan aku juga sudah tidak mau lagi berhubungan dengan mereka, maka aku berikan atm ku beserta dompet-dompet nya.
"Ini, ambil saja semua nya, kalau untuk mobil, besok diantarkan kesini sama Lea, karena mobil nya ada di rumah Lea." Aku melemparkan dompet ku ke wajah Elena dengan harapan akan melukai wajah nya, tapi sayang dia mengelak hingga dompet ku terjatuh dan menimpa kaki nya saja.
"Dasar wanita tidak berguna, orang miskin saja belagu pakai di lempar segala." Ucap ibu mertua ku.
"Ini ku kembalikan dompet jelek mu, aku tidak butuh, yang aku butuhkan hanya atm nya saja." Elena melemparkan dompetku hingga mengenai punggung ku.
Aku tidak memperdulikan nya lagi dan terus berjalan meninggalkan rumah yang seperti neraka bagiku.
Aku terus berjalan sambil membawa satu koper yang berukuran sedang, aku terus berjalan menyusuri jalanan yang sepi, aku ngga tahu harus pergi kemana di malam seperti ini.
Tiba-tiba aku teringat dengan Lea, ku cari kontak Lea dan aku menghubungi nya.