NovelToon NovelToon
Dear, Anak Presdir

Dear, Anak Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / One Night Stand / Crazy Rich/Konglomerat / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

Ada cowok yang pikirannya masih di zaman batu, yang menganggap seks cuma sekedar kompetisi. Semakin banyak cewek yang ditiduri, maka semakin jantan dia.

Terus ada juga yang menganggap ini cuma sebagai salah satu ajang seleksi. Kalau goyangannya enak, maka mereka bakal jadian.

Ada lagi yang melihat ini cuma buat kesenangan, tanpa perlu ada keterikatan. Ya, melakukannya cuma karena suka. Sudah, begitu saja.

Dan ada juga cowok yang menganggap seks itu sesuatu yang sakral. Sesuatu yang cuma bisa mereka lakukan sama orang yang benar-benar mereka sayangi.

Nah, kalau gue sendiri?

Jujur, gue juga nggak mengerti. Gue bahkan nggak tahu apa arti seks buat gue.

Terus, sekarang gue ada di sini sama Carolline?

Gue baru kenal dia, jadi gue nggak ada niatan buat tidur sama dia. Tapi kalau soal bikin dia puas?

Itu cerita lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hujan & Kenangannya

Pas sampai kampus, tangan mulai keringetan. Selma tadi udah nge-chat bilang kalau dia baru saja keluar kelas, dan kita bakal ketemu di Cafe sebentar lagi. Gue nggak tahu kenapa tegang banget. Mungkin karena akhirnya gue bakal ketemu dia lagi.

Cewek yang menyelamatkan gue. Cewek yang hampir tiap hari ada di kepala gue sejak malam itu.

Gue jalan masuk ke Cafe Teras, melewati papan namanya yang besar. Begitu masuk, aroma kopi langsung menyerang hidung gue, ditemani alunan musik pop yang pelan dari speaker. Gue melirik deretan meja yang panjang, satu per satu. Mereka berjejer di sepanjang kaca besar di satu sisi Cafe, pemandangannya keren ke area kampus. Ada dua grup orang yang lagi nongkrong di sana, tapi sisanya kosong. Itu berarti dia belum dateng.

Di balik counter, seorang cowok dengan kedua telinganya ditindik senyum ke gue.

"Selamat datang di Cafe Teras. Hari ini spesialnya Macchiato dingin sama Garlic Bread."

"Ah, belum mau pesen sekarang. Gue nunggu… eh…"

Lo nunggu siapa, Asta?

Lo saja gak kenal dia.

Cowok itu masih nunggu jawaban, tapi otak gue kayak nge-lag.

Untung dia mengerti situasinya.

"Ribet ya?" dia ngelirik gue sambil menghela napas. "Kita semua pernah di posisi itu. Duduk saja dulu, nanti pas orangnya dateng, gue bakal ambil pesenan lo."

"Thanks, bro."

Gue balik badan dengan malu dan mencari meja kosong. Begitu duduk, tangan gue langsung mengelap keringat ke celana jeans. Gue harus nenangin diri. Mata gue terus mantengin pintu Cafe, gak sedetik pun lepas. Gue coba mikirin hal lain biar gak makin kepikiran. Gue nelan ludah susah payah.

Terus… itu terjadi.

Bunyi lonceng pintu yang terbuka mengumumkan kalau dia akhirnya datang.

Seseorang masuk, dan gue langsung beku di tempat. Gak tahu bagaimana, tapi gue langsung yakin itu dia. Mungkin otak gue masih ingat siluetnya atau bentuk wajahnya, dan gue langsung tahu, itu Selma.

Yang pertama kali gue lihat adalah rambut pirangnya yang jatuh berantakan di sekitar wajah. Dari tengah ke bawah, rambutnya agak bergelombang. Dia pakai jeans dan sweater pink pucat, satu tangannya megang tali tas sementara matanya mencari seseorang di dalam kafe.

Dia mencari gue.

Gue pengen banget angkat tangan buat manggil dia, tapi enggak. Gue malah diam aja, kayak orang bego. Sampai akhirnya, mata kita ketemu, dan dia senyum.

Demi apa, jantung gue rasanya mau lompat keluar dari dada.

Selma punya sesuatu yang bikin gue langsung merasa tenang. Ada aura hangat dari dirinya, sesuatu yang bikin gue nyaman seketika. Memang kedengaran konyol, buat seseorang yang baru saja gue temui lagi, tapi itu yang gue rasakan.

Dia jalan ke meja gue, terus duduk di depan gue. Masih senyum. Gue berusaha keras buat ngomong, tapi suara gue ketahan di tenggorokan. Dia cantik banget, bukan soal kesempurnaan, tapi tentang seluruh dirinya, energinya, matanya yang berkilau, senyumnya yang... Ahhh.

"Asta Batari." Dia sebut nama gue sambil taruh tangan di atas meja, menyatukan jari-jarinya.

"Selma."

"Akhirnya kita ketemu." Dia melirik ke jendela besar di samping. "Tapi sekarang gak hujan."

"Lo... cantik banget." Gue refleks, terus mata gue langsung melebar.

Goblok.

Wajah gue langsung panas, naik dari leher ke pipi.

"Eh, maksud gue..."

Selma ketawa kecil. "Makasih."

Terus, dengan entengnya dia nambahin, "Lo juga gak jelek-jelek amat."

Gue langsung angkat alis. "Gak jelek-jelek amat?"

"Lo ganteng, Asta. Lo tahu itu. Satu fakultas juga tahu. Gue yakin ego lo bisa bertahan tanpa pujian dari gue."

Dia menyandarkan diri di kursinya, kelihatan santai banget. Sikapnya yang lepas gitu bikin gue ikutan rileks. Tangan gue yang tadi mengepal mulai lemes.

Gue mulai nyaman.

"Makasih banget udah mau dateng. Serius, gue pengen banget ketemu lo... eh, maksud gue, buat bilang makasih." Gue buru-buru mengoreksi omongan gue, dan Selma malah ketawa kecil.

"Lo emang selalu gini ya?"

"Gini gimana?"

"Ngemesin."

"Gue gak ngemesin."

Suara gue keluar lebih dingin, dan Selma langsung menangkap perubahan itu.

"Oke, gue paham."

Gue buru-buru ganti topik. "Lo mau minum apa?"

"Kita pesen bareng aja." Dia bangkit dari kursinya, dan gue langsung ikut.

Di depan counter, Selma mengetuk dagunya pelan pakai jari telunjuk sambil mantengin menu di dinding. Dia ngobrol bentar sama si cowok tadi, kayaknya mereka kenal. Pas dia selesai pesen, gue cuma mesen kopi. Soalnya, jujur aja, perut gue kayak diiket kalau dipaksa makan apa pun sekarang.

Begitu balik ke meja, gue baru sadar betapa banyaknya makanan yang dia pesen. Satu sandwich, satu roti gulung, satu croissant cokelat, sepotong kue, dan caramel macchiato.

Selma menyeruput kopinya pelan, terus natap gue. "Udah, keluarin aja, Asta. Gue tahu lo pengen ngomong sesuatu."

Gue ambil napas panjang, buang pelan-pelan. Mata gue tetap menunduk ke meja, gak berani melihat dia langsung.

"Gue... gak tahu harus ngomong ini dari mana." Gue buang napas lagi, merasakan dada gue mulai sesek. "Malam itu… itu malam paling buruk dalam hidup gue. Gue masih berusaha menjalaninya sampai sekarang. Kalau lo gak dateng, kalau lo gak nyelamatin gue… mungkin gue gak akan ada di sini hari ini."

Gue menggenggam tangan gue sendiri di atas meja.

"Gue gak tau gimana caranya buat ngejelasin betapa bersyukurnya gue. Dan gue juga gak tahu harus ngasih apa ke lo… karena gak ada yang sebanding sama apa yang udah lo kasih ke gue."

Gue ngangkat kepala, akhirnya berani natap matanya langsung. "Kayaknya gue cuma bisa nerima kenyataan ini dan bilang sesuatu dari hati gue... Makasih, Selma."

Matanya sedikit memerah, dan dia berkedip beberapa kali sambil senyum. Gue bisa lihat dia mulai terharu.

"Ah, itu bukan apa-apa, serius. Lo gak perlu berterima kasih segitunya."

Gue buka mulut buat membantah, tapi dia langsung lanjutin omongannya.

"Gue cuma seneng melihat lo baik-baik aja sekarang."

Obrolan kita terus mengalir sementara dia makan. Dia cerita soal harinya, kelas yang tadi dia hadiri, dan debat sengitnya sama salah satu dosen.

Selma tuh tipe orang yang bisa ngomong terus tanpa jeda, dan gue suka itu. Gue sendiri bukan orang yang banyak omong, jadi rasanya nyaman saja dengarin dia.

Sambil dengarin, gue mulai memperhatikan dia lebih detail.

Dia punya tiga tindikan kecil di tiap telinga, semuanya kelihatan mungil dan elegan. Matanya punya kilau hangat, kayak ngajak lo buat cerita semua hal tanpa takut dihakimi.

Ada bekas jerawat samar di pipinya. Bibirnya tipis, dan dia sering banget menjilatnya tanpa sadar waktu ngomong. Dia gak pakai makeup kecuali lipstik warna pink yang nyambung sama sweaternya.

Makin lama gue lihat, makin gue sadar.

Gak ada satu pun dari dia yang gak gue suka.

Tunggu... apa?

Asta, stop.

Lo baru saja kenal dia.

Lo gak mungkin suka dia secepat ini.

Begitu kita keluar dari Cafe, kita jalan santai di samping lapangan rumput fakultas. Gue mengumpulkan keberanian buat nanya sesuatu yang udah gue pikirin sejak tadi.

"Selma... Lo boleh nolak, tapi... boleh gak gue meluk lo?"

Dari awal, gue selalu kebayang waktu kata terima kasih terucap, gue juga bakal ngasih dia pelukan yang benar-benar tulus.

Selma senyum. "Tentu aja."

Tinggi kita sama, jadi pas gue merangkul dia, rasanya pas banget.

Keadaan di sekitar langsung memudar. Gue dibawa balik ke malam itu, ke dinginnya, ke gelapnya, ke sakit yang gue rasakan. Tapi juga... ke hangatnya dia di tengah semua itu.

Mata gue tiba-tiba panas. Air mata yang sama sekali gak gue rencanakan, mulai mengumpul di ujung mata. Gue gak ngerti kenapa perasaan ini tiba-tiba menumpuk.

Gue makin erat memegangi dia, muka gue tenggelam di bahunya. "Selma..."

Suara gue pecah, dan gue benaran gak tahu harus ngomong apa. Bagaimana caranya gue menjelaskan kalau bau dia, pelukannya, semuanya bikin perasaan gue meledak?

Selma gak banyak omong.

Dia cuma meluk gue balik.

"Gak apa-apa, Asta." Tangannya nepuk punggung gue pelan. "Lo aman sekarang. Udah gak dingin"

Gue akhirnya menarik diri pelan-pelan, mata gue mencari matanya.

Selma mengangkat tangannya, megang wajah gue, dan jempolnya dengan lembut mengelap air mata di pipi gue. "Udah gak hujan."

Suaranya tenang banget, dan entah kenapa, itu masuk ke dalam diri gue lebih dalam dari yang gue kira.

Gue tarik napas, senyum kecil di tengah air mata gue. "Iya... udah gak hujan."

1
Ummi Yatusholiha
udah deh phyton kamu harus berusaha tegas ke melvin dan tinggalin melvin. ibu kamu gak akan bangga dgn keadaan kamu sekarang,yg ada pasti beliau sangat kecewa sama kamu.
cobalah utk hidup normal phyton
Ummi Yatusholiha
tuh ketahuan kan sama si melvin.. deg degan deh
Ummi Yatusholiha
egois banget si malvin
Ummi Yatusholiha
vey juga kok gitu sih,deket sama vino dan ngaku kecewa karna vino blm bisa move on dari bessie, tapi malah godain asta juga.. gatel gak tuh
Ummi Yatusholiha
kirain asta gak bakal tergoda sama vey,secara asta kan udah kesemsem banget sama selma.
arif didu
oo baru ngeh, jd si uar piton ini gay?
Ummi Yatusholiha
𝚘𝚊𝚕𝚊𝚊𝚊𝚊,𝚝𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚜𝚜𝚒𝚎 𝚖𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚒 𝚍𝚒𝚗𝚘.. 𝚒𝚔𝚞𝚝 𝚔𝚊𝚐𝚎𝚝 𝚋𝚊𝚛𝚎𝚗𝚐 𝚊𝚜𝚝𝚊
Ummi Yatusholiha
𝚝𝚛𝚞𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚜𝚒 𝚖𝚊𝚕𝚟𝚒𝚗 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚎 𝚔𝚊𝚢𝚊𝚔 𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚔𝚎 𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗.
𝚜𝚊𝚕𝚞𝚝 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊,𝚠𝚊𝚕𝚊𝚞𝚙𝚞𝚗 𝚖𝚊𝚕𝚟𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚍𝚒𝚊 𝚝𝚍𝚔 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊,𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚗𝚐𝚎𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐 𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗
Ummi Yatusholiha
𝚘𝚖𝚎𝚐𝚘𝚝,𝚐𝚊𝚔 𝚗𝚢𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊 𝚜𝚒 𝚌𝚘𝚠𝚘𝚔 𝚝𝚘𝚡𝚒𝚍 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔 𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊
Ummi Yatusholiha
𝚔𝚊𝚜𝚒𝚊𝚗 𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗, 𝚔𝚊𝚢𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚠𝚊𝚑 𝚊𝚗𝚌𝚊𝚖𝚊𝚗 𝚝𝚞𝚑 𝚌𝚘𝚠𝚘𝚔 𝚍𝚎𝚑
Ummi Yatusholiha
𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗 𝚜𝚞𝚔𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚊𝚜𝚝𝚊 𝚔𝚊𝚑
Ummi Yatusholiha
𝚔𝚎𝚝𝚊𝚑𝚞𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚜𝚜𝚒𝚎 𝚔𝚊𝚗 🤭
Ummi Yatusholiha
𝚝𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚢𝚊 𝚊𝚜𝚝𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚗𝚒𝚛𝚒𝚊,𝚐𝚎𝚐𝚊𝚛𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚐𝚘 𝚝𝚘 𝚙𝚊𝚛𝚝𝚢.
𝚜𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚍𝚘𝚗𝚐 🥰🥰
Ummi Yatusholiha
𝚝𝚞𝚑 𝚊𝚜𝚝𝚊,𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚜𝚞𝚙𝚘𝚛𝚝 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚋𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗.. 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚍𝚘𝚗𝚐 𝚋𝚛𝚘𝚘𝚘
Ummi Yatusholiha
𝚢𝚊 𝚊𝚖𝚙𝚢𝚞𝚗 𝚊𝚜𝚝𝚊𝚊𝚊𝚊,𝚖𝚎𝚕𝚘𝚠 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚎𝚝 𝚍𝚎𝚑 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚌𝚘𝚠𝚘𝚔.
𝚜𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚌𝚘𝚌𝚘𝚔 𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊 🥰🥰
Ummi Yatusholiha
anan zielle,kangen kalian deh 🥰🥰
Ummi Yatusholiha
selma terima gak tuh ajakan asta 😊
Rainn
Kak sorry ini cerita asta? Anan belum ya kak? Aku lupa smpet kaget kirain asta itu aman, lah kok sma carolin bukan sma ze 🥹 trnyata asta ya si bungsu 🤭
Rainn: Yg anan zee season 2 kapan updte kak?
Nah ini nih ciri khas nya teka teki yg amazing 🤤
DityaR: Anan udah tenang sama Zee, kak.
Asta bukan juga sama carroline, tapi sama .....
total 2 replies
Ummi Yatusholiha
𝚔𝚊𝚢𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚜𝚝𝚊 𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚞𝚝𝚞𝚑 𝚙𝚜𝚒𝚔𝚘𝚕𝚘𝚐 𝚍𝚎𝚑..
𝚜𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚍𝚐𝚗 𝚊𝚍𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚗𝚎𝚖𝚞𝚒𝚗 𝚓𝚊𝚝𝚒 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊𝚒𝚗 𝚟𝚎𝚢..𝚐𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚝𝚞𝚓𝚞 𝚔𝚕𝚘 𝚊𝚜𝚝𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚟𝚎𝚢
Ummi Yatusholiha
𝚑𝚊𝚍𝚎𝚞𝚑 𝚊𝚜𝚝𝚊𝚊𝚊,𝚝𝚊𝚖𝚋𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚌𝚊𝚠 𝚍𝚎𝚑 𝚔𝚕𝚘 𝚐𝚒𝚝𝚞
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!