Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19
Hari ini, Lulu kembali datang ke rumah sakit untuk menjenguk Xixi seperti biasanya.
Tapi sebelum dia pergi ke ruangan dimana Xixi di rawat, dia pergi ke tempat administrasi untuk membayar biaya perawatan Xixi.
"Maaf nona, biaya untuk semua perawatan kamar yang nona maksud sudah di lunasi oleh seseorang beberapa hari yang lalu." Ucap perawat yang bertugas di bagian administrasi.
"Sudah di bayar lunas?"
Perawat itu mengangguk "Iya nona."
Lulu mengangguk dengan perasaan heran "Baiklah, terima kasih."
Lulu yang bingung segera berjalan menuju ruang rawat Xixi untuk bertanya padanya, tentang siapa yang membayar biaya rumah sakit itu.
Sampai di depan kamar rawat Xixi, Lulu mendengar beberapa orang tengah berbicara di dalam kamar itu.
Ceklek
Lulu membuka pintu ruang rawat, dan melihat beberapa orang yang pernah dia lihat di beberapa pesta saat mengikuti ayahnya, berada didalam ruang rawat Xixi bersama dengan Leon juga.
"Lulu?" Ucap Xixi pelan.
Xixi tidak menyangka jika Lulu akan datang pagi hari ini, karena biasanya dia akan datang setelah dia selesai les privat. Karena itu, dia meminta orang tuanya dan orang tua Leon datang pagi hari kalau mau menjenguk.
Ya, mereka akhirnya tahu jika Xixi ada di rumah sakit, berkat Leon yang keceplosan saat berbicara dengan orang tuanya.
"Xixi, ada apa ini? Kenapa tuan Damian dan tuan William ada disini?"
Xixi menatap semua yang ada di dalam ruangan, lalu kembali menatap Lulu.
"Lulu, ada yang ingin aku katakan padamu. Tapi.... Aku mohon, setelah itu kau jangan marah atau membenciku." Ucap Xixi dengan khawatir.
"Kita adalah teman, aku tidak akan membencimu."
Xixi menatap kedua orang tuanya lalu menatap Leon.
"Xixi, ada apa?" Tanya Lulu.
"Sebenarnya.... Tuan William... adalah ayahku."
Kedua mata Lulu membulat mendengar pengakuan dari mulut Xixi, jika tuan William adalah ayahnya.
"Xixi, kau... kau tidak sedang bercanda denganku kan?"
Xixi menggelengkan kepalanya "Aku minta maaf, karena sudah menyembunyikan identitas asliku padamu, Lulu. Aku...."
"Kau tidak seharusnya membohongiku, aku selalu mengatakan semuanya padamu. Aku sudah menganggapmu seperti keluarga ku sendiri, Xixi."
"Aku minta maaf, Lulu. Aku benar-benar minta maaf, aku tidak bermaksud membohongimu."
Lulu berbalik dan keluar dari ruang rawat Xixi. Dia benar-benar mendapat kejutan besar dari Xixi hari ini.
Xixi yang melihat kepergian Lulu merasa sangat menyesal dan bersalah padanya. Bagaimana pun mereka sudah berteman sejak dia masuk ke universitas itu, dan mereka selalu bersama.
"Sayang, ibu akan mencoba berbicara dengan teman mu nanti." Ucap nyonya William menghibur Xixi.
"Tidak Bu, lebih baik biar aku sendiri yang mengatakan padanya nanti."
Nyonya William membelai rambut Xixi yang tergerai, dia melihat Xixi yang sangat bersedih karena hal tadi.
Leon menghembuskan nafasnya pelan, sepertinya dia harus membantu Xixi untuk menjelaskan kenapa Xixi harus merahasiakan identitasnya dari orang lain.
Seperti kedua orang tua Leon yang sempat terkejut ketika dia tahu dari anak buah suaminya, jika Xixi menjadi wanita culun selama kuliah.
Dan ketika orang tuanya bertanya pada Leon, Leon pun harus menjelaskan semuanya, begitu juga dengan kedua orang tua Xixi ikut menjelaskan pada keluarga Damian.
Nyonya Damian berjalan mendekati Xixi dan membelai rambut panjang Xixi.
"Bibi yakin dia anak yang baik dan akan mengerti semuanya." Ucap nyonya Damian pada Xixi.
"Iya bibi."
"Leon, kamu juga bantu Xixi untuk bicara dengan Joseph. Dia kakaknya, pasti bisa lebih mengerti."
"Iya Ma, nanti Leon coba bicara dengan Joseph."
Xixi menatap layar ponselnya dimana wallpapernya adalah foto dia dan Lulu.
Baru beberapa hari yang lalu, Xixi dan kakaknya membicarakan supaya dia kembali ke identias aslinya, agar bisa membalas keluarga Gabriel dan juga bisa melindungi Lulu tanpa kesulitan.
Dan baru kemarin dia dengan Leon membicarakan tentang hal yang sama, dan Xixi akan mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya. Tapi tanpa di duga, hari ini Xixi dengan terpaksa memberitahu kebenaran siapa dirinya yang sebenarnya pada Lulu.
Selang 30 menit kemudian, orang tua Xixi dan Leon pulang. Sekarang hanya tinggal Leon dan Xixi di dalam ruang rawat itu.
"Aku akan menghubungi Joseph dulu, dan akan menceritakan semuanya. Kita juga membutuhkan bantuan dia untuk membuat Lulu mengerti dan menerima alasan mu melakukan itu padanya."
"Iya, kau lakukan saja. Terima kasih." Ucap Xixi datar.
Leon menatap Xixi yang tengah menatap layar ponselnya.
"Hah, wanita ini."
Sementara Leon keluar untuk menghubungi Joesph, Xixi di dalam ruang rawat mengetik layar ponselnya dan mengirimkan beberapa pesan singkat pada Lulu.
Setelah selesai mengirim beberapa pesan singkat permintaan maaf dia pada Lulu, Xixi membuka kotak email dan melihat beberapa laporan dari orang yang dia perintahkan untuk mneyelidiki perkembangan bisnis keluarga Gabriel di luar negeri.
Kali ini, karena Xixi akan memakai identitas aslinya di depan Lulu. Maka dia akan bertindak lebih serius pada keluarga Gabriel yang selama ini hanya berani menyerang dia secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi seperti seekor tikus.
"Sudah cukup kalian bermain. Nona manja, kau akan mendapatkan hadiah kecil dari ku." Gumam Xixi sambil menatap layar ponselnya dengan serius.
Sebenarnya sudah lama Xixi ingin memberi pelajaran pada keluarga Gabriel itu, terutama putri tersayang mereka yang selalu menganggap Xixi musuhnya. Tapi, karena Xixi harus menyembunyikan identitasnya di depan Lulu, dia jadi tidak bisa berbuat banyak.
Dan sekarang, karena Lulu sudah tahu siapa Xixi yang sebenarnya. Dia pun akan baik-baik memberikan sedikit demi sedikit hadiah kepada keluarga Gabriel yang sudah membuatnya harus berada di rumah sakit saat ini.
Leon yang tadi menghubungi Joseph di luar ruang rawat kembali masuk untuk menemui Xixi.
"Aku sudah memberitahu Joseph dan menceritakan semuanya. Dia bilang, dia akan berbicara dengan Lulu."
Xixi mengangguk mengerti.
"Seharusnya sejak awal kau memberitahu dia, agar dia tidak merasa kalau kau membohonginya."
"Aku tahu, tapi orang yang sedang aku dan keluarga ku hadapi bukan orang yang akan diam terhadap orang-orang yang dekat denganku."
"Lalu, kenapa sekarang kau seperti ini?" Leon menatap kaki Xixi.
"Mereka membayar banyak orang untuk menemukanku. Karena dia hanya tahu kalau aku tinggal di luar rumah keluarga ku. Dan beberapa bulan yang lalu, dia berhasil menemukan ku yang menyamar sebagai wanita culun dan miskin ini, dia bahkan sudah tahu dimana aku tinggal beberapa minggu yang lalu."
"Katakan padaku siapa orang itu?"
Xixi menatap Leon "Sudah aku katakan, kau bukan..."
"Kalau begitu jadikan aku sebagai bagian dari dirimu!" Ucap Leon dengan suara lantangnya.
Xixi tertegun mendengar perkataan Leon yang terdengar sangat serius itu.
"Jadi maksudmu, kau sungguh ingin bersama dengan kakak ku?"
"Dasar wanita ini." Gumam Leon kesal.
Leon berjalan mendekati Xixi yang masih menatap Leon dengan bingung, lalu menarik tengkuk Xixi, dan..
Cup
Leon mencium bibir Xixi, kali ini bukan untuk taruhan tapi untuk memberitahu Xixi bagaimana perasaan Leon terhadap dirinya.
Xixi membulatkan kedua matanya saat Leon menciumnya secara tiba-tiba, dia kemudian mendorong tubuh Leon, tapi tubuh Leon yang besar itu tidak berkutik. Bahkan kini tangan Xixi tidak bisa mendorongnya karena Leon memegangi tangan kecil itu.
Setelah beberapa saat, Leon melepaskan ciumannya lalu menatap kedua mata Xixi.
"Wanita bodoh. Dengar, aku sama sekali tidak tertarik dengan kakakmu. Bahkan aku tidak peduli apakah dia adalah seorang model paling cantik dan terkenal di negara ini."
Leon mengusap lembut bibir Xixi yang telah dia cium, lalu kembali menatap mata Xixi.
"Aku tertarik padamu, aku menyukaimu Cicilia William."
Xixi mendorong tubuh Leon hingga tubuh Leon sedikit menjauh dari Xixi.
"Kali ini berapa banyak taruhan yang kau dapatkan, tuan muda Damian?"
Leon tertegun, dia ingat jika dia pernah menjadikan Xixi sebagai bahan taruhannya dengan beberapa temannya di kampus. Dan itu tentu masih sangat segar dalam ingatan Xixi.
"Aku memang pernah menjadikan mu bahan taruhan, dan aku benar-benar menyesal dengan itu. Saat aku melakukannya karena aku menyukaimu Cicilia. Dan aku ingin melindungimu."
"Oh, benarkah?" Xixi memiringkan sedikit kepalanya.
"Aku sendiri tidak tahu sejak kapan aku mulai menyukaimu. Tapi yang jelas, itu sebelum aku mengetahui siapa dirimu yang sebenarnya. Karena itu, aku... aku tidak terima saat kau berkata jika aku baru peduli padamu setelah aku tahu identitasmu."
Xixi sudah banyak menemui orang yang membohongi dan memanfaatkan dirinya dulu, jadi dia tidak bisa dengan mudah mempercayai orang lain.
Leon meraih tangan Xixi dan menatap mata Xixi.
"Aku minta maaf karena telah membuat kamu kecewa, marah dan mendapatkan masalah karena aku, beberapa minggu yang lalu. Tapi aku mohon, percaya padaku."
"Di dunia ini aku banyak menemui orang yang demi mencapai keinginannya menipu perasaan orang lain, dan aku..."
"Oke, oke. Aku tidak akan memaksa, aku tahu seperti apa dirimu." Ucap Leon memotong ucapan Xixi.
Leon tahu, tidak mudah baginya untuk membuat Xixi percaya, dan juga membuat Xixi mau di lindungi olehnya. Leon lalu melepaskan tangan Xixi dan berdiri.
"Aku akan keluar dulu, jika kau butuh sesuatu hubungi aku."
Tanpa berkata apa-apa lagi, Leon keluar dari ruang rawat Xixi.
Xixi hanya diam melihat Leon keluar dengan perasaan kecewanya. Namun saat ini, Xixi memang belum bisa percaya dan belum bisa menerima orang lain sebelum dia membereskan keluarga pembuat masalah itu (keluarga Gabriel).
"Maaf, kelak kau akan tahu alasan kenapa aku tidak bisa menerima mu."