Dibuang karena Ramalan ... Kembali karena Dendam.
Novel ini mengisahkan tentang seorang putra dari Kaisar Langit yang hendak dibunuh oleh ayahnya sendiri karena suatu ramalan. Beruntung, sebelum anak itu berhasil di bunuh, dia di bawa pergi oleh seorang pria tua dan menyembunyikannya di alam Tengah.
Zhang Ziyi namanya...
Hari-hari dia lalui dengan penuh kemalangan dan kesialan. Hingga pada suatu ketika, kesialan itu membawa dia pada sebuah goa, dimana di situlah keberuntungannya ia temukan. Dari situ pula lah dimulainya suatu perjalanan. Perjalanan Menjadi Yang Terkuat Diantara Yang Terkuat... Perjalanan Menggulingkan Kaisar Langit....
"Aku Zhang Ziyi... Seorang Putra dari Kaisar Langit, akan kembali ke alam atas... Menemui kaisar langit dan Menggulingkan Kaisar Langit... Mereka yang menghalangi jalanku, akan ku tebas dengan Pedang Naga Langit!!" ~Zhang Ziyi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 19 ~ Mengikuti Bayang Hitam
...SELAMAT MEMBACA...
...----------------...
Zhang Ziyi melompat menghindari libasan pedang Zhang Wui. Meski begitu, Zhang Wui tak ingin melepasnya begitu saja. Lelaki itu melesat mengikuti setiap dimana anak itu berada.
Pertarungan berat sebelah terjadi. Zhang Ziyi di paksa untuk terus bertahan, sementara Zhang Wui menyerang dengan ganas. Selain perbedaan usia, perbedaan kultivasi juga yang membuat Zhang Ziyi kian kewalahan dalam menghadapi Zhang Wui. Dimana, Zhang Ziyi berada di ranah Pendekar tahap 7 sementara Zhang Wui telah menerobos Ranah Langit.
Beberapa saat beradu senjata, Pedang yang di pakai Zhang Ziyi mulai menunjukan keretakan, sebelumnya akhirnya patah.
Segera Zhang Ziyi mengambil jarak.
"Sial!"
Pemuda itu berniat mengeluarkan pedang Naga Langit dari cincin ruangnya. Namun tak sempat lagi, dikarenakan Zhang Wui yang saat ini melesat hendak kembali menyerangnya. Zhang Ziyi sendiri tak sempat bereaksi. Berusaha menghindar, namun dia kalah cepat.
Tak ada yang bisa dia lakukan, selain melindungi wajahnya menggunakan lengan.
Tring!
Suara dua pedang yang saling bertemu terdengar mendengking. Zhang Ziyi membuka kembali kedua matanya. Dapat dia lihat pertama kali, Dua bilah mata pedang yang nyaris mengenai wajahnya.
"Ayah!" Zhang Ziyi menoleh ke arah pemilik pedang yang ternyata adalah ayahnya.
Tersenyum sejenak ke arah Zhang Ziyi, Zhang Mao kemudian menoleh ke arah Zhang Wui seraya berkata, "Apakah kau tak melihat batasan-mu. Di mana harga diri mu sebagai seorang kultivator? Menyerang yang lebih muda, bukankah hal yang memalukan?"
Kesal. Zhang Wui kemudian mengangkat pedangnya dan menolak pedang Zhang Mao.
"Apa urusanmu?"
"Tch, Zhang Wui, jika kau berani, kau bisa menghadapi ku sebelum kau menghadapi Ziyi'er!"
Zhang Wui menatap tajam Zhang Mao. Namun di balas dengan tatapan tajam pula oleh Zhang Mao.
"Huhh!"
Menyimpan pedangnya, Zhang Wui kemudian berbalik dan melangkah meninggalkan Zhang Mao juga Zhang Ziyi. Aura merah yang semula mengelilinginya, perlahan tapi pasti memudar sebelum menghilang sepenuhnya, menyatu dengan angin. Bukan tanpa alasan, pria tua itu mengalah. Pasalnya kultivasi Zhang Mao saat ini berada satu tingkat di atasnya.
Dahulu sekali, keduanya pernah bertarung demi mendapatkan sesuatu yang tidak jelas. Pertarungan keduanya pun begitu sengit. Hingga menghancurkan tempat yang dimana kedua orang itu bertarung. Namun, pada akhirnya, Zhang Wui kalah juga oleh Zhang Mao. Bukan hanya sekali pria itu kalah dari Zhang Mao, bahkan dua kali mereka bertarung, namun Zhang Wui selalu kalah.
"Jangan pikir aku akan melepas mu begitu saja, pemuda Sampah!" gumam Zhang Wui sebelum melompati atap lalu menghilang.
Para anggota klan sedari tadi tak ada yang berani mengangkat bicara. Mereka yang semula menghujat Zhang Mao serta Zhang Ziyi pun sampai dibuat bungkam. Perasaannya pun campur aduk, antara malu, kesal juga menyesal.
Setelah kepergian Zhang Ziyi serta Zhang Mao, Semuanya pun juga ikut bubar. Para penatua yang duduk berjejer di podium juga ikut menghilang satu per satu.
***
"Ayah, bisa kau jelaskan ... mengapa Paman Zhang Wui begitu membencimu? Juga kenapa pertarungan antar aku dan Zhang Fei, yang semula hanya tantangan biasa, kenapa malah menjadi seperti taruhan?"
Hari mulai beranjak malam. Zhang Ziyi serta Zhang Mao saat ini tengah berjalan menuju kediaman mereka.
Tampak bimbang Zhang Mao untuk menjelaskan perihal pertanyaan Zhang Ziyi tersebut. Semula ia tak berniat menceritakan nya, namun karena Zhang Ziyi yang terus-menerus mendesak nya, maka tidak ada pilihan lain. Dia pun mulai menceritakan perihal kejadian yang baru-baru ini menimpa dirinya.
Zhang Mao menjelaskan bahwa setelah Zhang Ziyi menghilang waktu itu, perlahan-lahan hal-hal buruk menimpa dirinya serta Zhang Hai. Satu persatu masalah datang secara bertahap. Hingga puncaknya adalah tantangan atau bisa di bilang taruhan antar pertarungan putra mereka.
Zhang Mao sendiri menyadari terjadinya masalah tersebut tidak lepas dari ulah Zhang Wui. Setiap hari Zhang Wui menerornya dengan berbagai macam hal. Menuntut nya untuk melepas posisi sebagai kepala klan Zhang cabang, dan menyerahkannya pada Zhang Wui.
Pernah sekali Zhang Mao mendatangi Zhang Wui. Namun berakhir dengan dirinya yang dipermalukan oleh pria itu. Dimana beberapa penatua telah ada yang nampak berkhianat dan mendukung Zhang Wui. Dari situ pula lah terjadinya taruhan tersebut. Dimana jika Zhang Ziyi kalah dari Zhang Fei maka posisinya sebagai kepala Klan Zhang cabang di kota Bintang akan di serahkan pada Zhang Wui.
Mendengar cerita Zhang Mao, Zhang Ziyi mengepal keras telapak tangannya. Kedua alisnya berkerut. Nampak jelas bahwa pemuda itu menanggung kemarahan.
"Ayah, akan ku beri pelajaran pada orang itu. Atau bila perlu, ku bunuh sekalian dia." Zhang Ziyi berkata dengan yakin. Meski begitu, Zhang Mao tak mengambil serius ucapan Zhang Ziyi barusan. Menurutnya Pengakuan Zhang Ziyi hanyalah sebuah pengakuan seorang remaja yang sebentar-sebentar akan berubah.
"Ziyi'er, meski kau memiliki kekuatan hebat, namun akan sangat sulit untuk mengalahkan lelaki itu. Terlebih, ada beberapa penatua yang berada di belakangnya." Zhang Mao mengingatkan Zhang Ziyi.
"Kau tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja. Bila perlu akan ku bunuh semua orang yang berani berkhianat!"
Zhang Mao hanya bisa tersenyum simpul melihat kesungguhan hati Putranya ini.
"Terserah kau Ziyi'er!"
Zhang Mao menepuk-nepuk pundak Zhang Ziyi. Lalu mempercepat langkah kakinya, memasuki rumah yang ada di hadapan mereka. Dia tidak terlalu memikirkan apa yang di katakan Zhang Ziyi barusan. Yang terpenting adalah pemuda itu telah menyelamatkan posisinya dan mengembalikan nama baiknya. Selain itu, pemuda itu juga telah membuatnya sangat bangga. Yakin dan percaya Zhang Hai akan merasa sangat-sangat senang melihat putranya itu telah kembali.
Malamnya, selesai makan. Zhang Ziyi memasuki kamarnya. Membuka pintu jendela dan membiarkan angin malam berhembus di kamarnya. Zhang Ziyi mencoba untuk berkultivasi dan menyerap energi alam di sana.
Duduk bersila di atas ranjang, Pemuda itu memanifestasikan tiga dantian miliknya. Energi alam di sekitaran situ mulai tersedot dalam tubuhnya. Melalui jalur Meridian, energi alam di bawa ke dantiannya.
Energi alam di sekitaran kamar Zhang Ziyi begitu sedikit, sehingga pemuda itu memilih untuk menghentikan kultivasinya setelah beberapa saat.
Bangkit dan berjalan hendak menutup jendela kamarnya. Dikarenakan hari telah menunjukkan larut malam.
Angin malam mendadak bertiup sangat kencang, menerbangkan rambut Zhang Ziyi yang panjangnya hingga ke pinggang pemuda itu. Saat itu pula dapat dia lihat bayangan menyerupai seseorang di kegelapan malam. Meski begitu, Zhang Ziyi juga tak begitu yakin dengan penglihatannya. Dikiranya bahwa sosok yang dia lihat itu hanyalah sebuah bayangan dari benda-benda yang menyerupai manusia.
Namun beberapa saat ia memperhatikan. Sosok tersebut tampak bergerak dan berpindah-pindah tempat.
Karena penasaran, Zhang Ziyi kemudian mengaktifkan skill Eagle Eye nya. Mencoba memastikan lebih jelas. Sayangnya, skill Eagle Eye Zhang Ziyi tidak terlalu bekerja. Pasalnya skill itu hanya bisa memberikan efek melambatkan waktu.
"Sepertinya aku perlu meningkatkan skill Eagle Eye ini ke tingkat kedua. Agar aku dapat melihat benda yang jauh dengan jelas. Meski di kegelapan malam sekalipun!" gumam Zhang Ziyi.
Pemuda itu kemudian melompat, keluar dari jendela kamar. Melesat dengan kecepatan tinggi, mengejar sosok itu yang juga tampak berlari menghindari kejarannya.
\=\=\=\=
Terima kasih telah membaca cerita ini.
Bantu dukung Author yok, dengan memberikan like di setiap Chapter nya, komen bila perlu, juga hadiah... vote juga kalau perlu.