NovelToon NovelToon
Bukan Sebatas Impian

Bukan Sebatas Impian

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Wanita perkasa / Peningkatan diri-Perubahan dan Mengubah Takdir / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:398.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nadziroh

Kehidupan gadis yang bernama Renata Nicholas tak jauh dari penderitaan, wajahnya yang pas-pasan serta penampilannya yang kurang menarik membuat semua orang terus merendahkannya.

Setelah orang tuanya meninggal, Renata tinggal bersama sang bibi dan sepupunya. Namun, mereka selalu tak adil padanya dan mengucilkannya. Tak pernah mendapatkan kebahagiaan membuat Renata jenuh dan memutuskan pergi dari rumah.

Disaat itu ia bertemu dengan laki-laki yang bernama Derya Hanim, seseorang yang pernah ia kagumi, akan tetapi itu bukan akhir dari segalanya, ternyata Derya hanya memanfaatkan keluguannya sebagai pelukis yang hebat.

Setelah tahu tujuan Derya, Renata kembali bangkit dan pergi dari pria itu, dan akhirnya Renata bertemu dengan Bagas Ankara, dia adalah bos Renata, pria yang diyakini bisa membantu mengubah hidupnya, baik dari segi karir maupun wajahnya. Bagas yang ingin membalas mantannya pun mengakui Renata sebagai pacarnya.

Akankah cinta tumbuh diantara mereka?
Ataukah Bagas kembali memanfaatkan Renata seperti yang dilakukan Hanim?

Siapa sosok Bagas dan Derya, pria yang sama-sama hadir dalam hidup Renata?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keberanian Renata

Bu Nurmala masuk ke kamar Renata. Bagaikan seorang ibu yang membangunkan putrinya di pagi hari, wanita paruh baya itu langsung membuka tirai jendela. Sinar mentari menyorot menerpa wajah Renata hingga membuat sang empu terusik. 

Renata menutup wajahnya dengan bantal, lalu meringkuk memunggungi Bu Nurmala yang mematung di tepi ranjang. Setelah kejadian semalam di pesta Melinda, hari ini ia akan memulai hidup barunya. Dorongan dari Bagas membuatnya semangat untuk melangkah menggapai mimpi yang sempat terjeda. 

"Renata…" panggil Bu Nurmala sambil menggoyang-goyangkan lengan Renata. 

Renata menggeliat dan melempar bantal ke arah samping. Ia mengucek matanya dan mulai mengumpulkan nyawanya. 

"Ayo bangun, Bagas sudah ada di depan." 

"What…." 

Kedua mata Renata terbelalak, ia melompat dari ranjang dan mengintip di sela-sela pintu yang sedikit terbuka. Kedua bola matanya menyusuri ruangan depan. 

Sepi, hanya ada beberapa pembantu yang berlalu lalang di sana. Renata juga tak melihat Bagas. 

"Di mana dia, Bu?" tanya Renata menutup pintunya kembali menghampiri Bu Nurmala yang terus tertawa. 

"Masih di jalan, sekarang kamu siap-siap, sebelum dia sampai."

Renata berlutut di depan bu Nurmala, menatap wajah wanita itu dengan lekat. 

"Terima kasih karena ibu sudah mau menolongku dan menyayangiku, aku tidak tahu bagaimana jika aku jatuh di tangan orang yang salah, pasti hidupku akan lebih hancur," ungkap Renata. 

Bu Nurmala mengelus pipi Renata, semenjak bertemu, wanita yang tidak memiliki anak itu pun jatuh cinta pada Renata yang nampak lugu. 

"Ibu sudah mengangkat kamu sebagai putri ibu, jadi anggap saja ini rumah kamu, jangan sungkan-sungkan jika ingin sesuatu, katakan saja. Mulai hari ini tunjukkan pada dunia kalau kamu bukan Renata yang lemah dan mudah ditindas."

Tin tin

Suara klakson mobil menggema, Bu Nurmala dan Renata saling tatap. 

"Bagas sudah datang, cepat mandi. Bagas akan mengajakmu datang ke kantor." 

"Ke kantor? Kenapa semalam dia tidak bilang padaku?" 

"Kejutan," Bu Nurmala beranjak dari duduknya dan mencubit pipi Renata. 

Setelah bu Nurmala keluar dari kamar, Renata berdiri di depan pantulan cermin. 

"Benar kata bu Nurmala, aku akan tunjukkan pada dunia, siapa diriku yang sebenarnya. Aku tidak boleh lemah, mereka tidak boleh menganggapku kampungan lagi."

"Renata mana, Tante?" Bagas menatap bu Nurmala yang masih ada di depan pintu kamar Renata. 

"Baru mandi." 

Bagas menatap jam yang melingkar di tangannya. Seperti biasa, Bu Nurmala langsung duduk menemani Bagas. 

"Gimana kantor kamu, apa sudah mulai stabil?"

"Sudah, kemarin paman membantuku menarik klien, dan semua berjalan lancar. Para pegawai juga sudah mulai bekerja dengan normal."

"Bagas, kamu itu sudah dewasa, sudah waktunya menikah. Sekarang fokuslah pada Renata, tante yakin dia itu gadis yang baik dan cocok untuk kamu."

Bagas menatap kedua tangannya yang saling terpaut. Dari lubuk hati yang paling dalam, ia masih enggan untuk menjalin hubungan dengan wanita. Namun, setidaknya mencoba untuk dekat dengan Renata. 

"Aku lama ya, Pak?" 

Renata yang baru keluar dari kamarnya itu tampak gugup, ia berlari menghampiri Bagas dan Bu Nurmala. 

Renata mengenakan dress selutut berwarna hitam dengan rambut terurai panjang. Penampilannya kini sudah tak diragukan lagi. Renata yang berwajah kusam dengan rambut kriwil kini sudah lenyap ditelan bumi, yang ada kini adalah  Renata yang sangat cantik dan anggun. 

"Nggak, wajar semua perempuan memang  lama kalau dandan, seperti mama."

Renata terkekeh, wajahnya merona saat Bagas terus menatapnya. 

"Apa pak Bagas mau menyuruhku kerja di kantor lagi?" tanya Renata kembali merapikan rambutnya. 

"Kerja, maksud kamu?" tanya Bagas antusias. 

"Kalau bukan kerja, kenapa bapak mengajakku ke kantor?" sergah Renata. 

"Bayar denda, bukankah kamu sudah melanggar peraturan dan harus didenda? Hari ini kamu harus membayarnya."

Ya ampun, kenapa pak Bagas tidak lupa sih, kalau kayak gini pasti aku akan menjadi bahan ejekan lagi.

Terpaksa Renata mengikuti Bagas tanpa membantah, karena percuma saja, dilihat dari sudut pandang manapun dirinya yang sudah bersalah keluar tanpa pamit dan tidak izin. 

Di Dalam mobil itu sangat hening. Otak Renata berkelana, menerka-nerka dengan denda yang akan diberikan Bagas. Ia juga tidak menyangka akan bertemu dengan Bagas di situasi seperti ini. 

"Denda kamu bukan hanya masalah kantor, tapi ada yang lain."

Setelah mobil Bagas masuk kawasan kantor, ia mulai mencairkan suasana. 

"Apa?" tanya Renata ketus, ia pura-pura bodoh. 

"Kamu sudah membuat mobilku lecet, dan biayanya itu sangat mahal."

Renata menutup mulutnya. Seketika ia mengingat kejadian di danau waktu itu. 

Tanpa terasa mobil Bagas Berhenti di samping gedung yang menjulang tinggi. Ia memarkirkan mobilnya khusus untuk pejabat tinggi hingga semua karyawan tak ada yang melihat mereka naik satu mobil. Renata menatap bangunan itu dari dalam mobil, tiba-tiba saja rasa takut menyeruak membuat dadanya sesak. 

Mereka tidak boleh menghinaku lagi, aku bukan Renata yang lemah. Aku harus melawan.

Bagas membukakan pintu untuk Renata, nampak dengan jelas wajah gadis itu dipenuhi dengan keringat. 

"Kamu kenapa?" tanya Bagas menatap ke mana arah mata Renata memandang. 

Renata menggeleng, ia tidak mungkin cerita apa yang karyawan lain sering lakukan padanya. Bahkan terkadang Renata harus mengalami luka ringan karena ulah mereka. 

Renata turun, ia meraih tangan Bagas yang mengulur ke arahnya. 

Tangan Renata dingin sekali, apa saja yang pernah ia alami di sini. 

Jerry datang menyambut kedatangan Bagas. 

"Selamat pagi, Pak," sapa Jerry menunduk. 

"Pagi, bagaimana? Apa semua baik?" tanya Bagas, sesekali ia menatap Renata yang terus menundukkan kepala. 

"Re, aku masuk duluan, nanti kamu nyusul. Ruanganku ada di lantai lima."

Renata mengangguk cepat.

Setelah Bagas dan Jerry menjauh, Renata berjalan pelan, ia masuk dan langsung berjalan menuju pintu lift. Namun, sebelum tiba di tempat tujuan, kakinya tersandung sesuatu hingga membuat Renata jatuh.

Renata mengelus lututnya yang memar lalu menatap seseorang yang berdiri di depannya.

Fina

Bagas yang ada di tengah tangga darurat ingin berlari menghampiri Renata, namun dengan cepat Jerry mencegahnya. 

"Maaf, Pak. Lebih baik kita jangan ikut campur dulu. Saya yakin Renata bisa menyelesaikannya."

"Tapi __"

Renata beranjak dan mendekati wanita yang dari dulu sangat membencinya tersebut. 

"Cleaning service gayanya seperti bos. Ingat, Re, seseksi apapun, Pak Bagas tidak mungkin melirik kamu," cetus Fina ketus. Mulut nyinyirnya kangen untuk mengejek Renata.

Renata tertawa dan melipat kedua tangannya hingga membuat Fina terkejut.

"Aku memang cleaning service, karena tidak pernah kuliah. Bukankah itu lebih terhormat, daripada kamu, karyawan yang handal, cantik, tapi hatinya busuk."

Renata mendorong dada Fina ke belakang. 

Berani-beraninya dia bilang seperti itu.

Renata membalikkan tubuhnya, belum sempat ia melangkah, Fina sudah menarik rambutnya dari belakang. 

Renata mengumpulkan semua  keberaniannya. Ia memutar tubuhnya lalu menjambak rambut Fina hingga sang empu meringis dan melepaskan rambutnya. Tak hanya itu, Renata juga menampar pipi Fina dengan keras. 

"Ingat, Fin. Aku bukan Renata yang gampang kau tindas, jadi jangan macam-macam kalau kamu tidak mau aku berbuat lebih."

Renata melepaskan rambut Fina dengan paksa. 

Semua karyawan yang melintas hanya menjadi penonton. Mereka yang  pernah menyakiti Renata hanya bisa geleng-geleng melihat aksi gadis itu.

 

1
arniya
bagus
arniya
ternyata Renata cucunya
arniya
Bagas jangan php
arniya
mampir kak
arniya
ternyata ad udang di balik batu....
nia kurniawati
Luar biasa
Bunia raditya
bagus cerita nya
Bunia raditya
hallo
Nay Sha
Luar biasa
Nay Sha
Lumayan
Anonymous
keren
Sativa Kyu
👍
Nana Bati
selamat thor... sukses ceritanya 👍👍👍
Nana Bati
maju terus bagas, abaikan kakek liam dan hina
Nana Bati
semoga bagas dan renata berakhir dengan bahagia... lanjut thor 👍👍👍
fadhila
sabar Bagas... sesuatu yg didapat dg cara merebut itu tidak akan awet ibaratnya tu hasil curian psti g berkah...
fadhila
baru bab 1 tapi dh penuh air mata🥺🥺😭😭
En
mantap
En
seruu sekali
Sumardani Yati Ori
cuih...ra sudi kalo w gantiin biarpun bos....model kayak gitu....model nippon sapu bersih kalo ga dapat hidayah kejedot ketiban duren segerobak ga bakal baik sorry thor ane julid
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!