NovelToon NovelToon
PENGASUH TUAN LUMPUH

PENGASUH TUAN LUMPUH

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintamanis
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Raya Syakila harus menerima nasib buruk saat ia pulang ke Indonesia. Rumah mewah orangtuanya telah di sita dan keluarganya jatuh miskin seketika.

Dia harus bekerja sebagai pengasuh seorang pria tampan yang lumpuh bernama Nevan, semata-mata karena dia sangat membutuhkan pekerjaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19 - Menyelidiki kehidupanku?

Raya mengemudikan mobil Nev dan ikut mengantar Nev ketempat tujuannya. Ralat, bukan mengantarkan, tetapi Raya harus ikut juga karena keputusan Tuannya itu tidak bisa dibantah.

Baiklah, akhirnya dia mengikuti keinginan Nev tanpa banyak protes lagi.

Tujuan Nev adalah ke pantai dan setidaknya Raya bisa mengambil kesempatan ini untuk sedikit me-refresh pikirannya yang memang sudah penat.

Walaupun hal ini bertolak belakang dengan nuraninya--karena memikirkan kedua orangtuanya membuatnya merasa tak enak jika harus jalan-jalan disaat seperti ini.

Tapi, mau bagaimana lagi?

Raya mencoba menikmati perjalanannya, sesekali mulutnya bertanya pada Nev tentang arah jalan dan sesekali berikutnya hanya diam dan penuh keheningan.

Rasanya Raya harus mengolah kata dulu jika ingin bicara atau bertanya pada Nev, karena dia takut Nev semakin mengerjainya jika pria itu melihat selah dan kesempatan.

"Aku dengar kamu butuh pengacara?" tanya Nev tiba-tiba setelah keheningan sempat terjadi diantara keduanya.

"Begitulah, Tuan. Tapi saya sudah mendapatkannya." kata Raya jujur.

"Seriously?"

Raya mengangguk samar.

"Padahal aku ingin mengenalkanmu pada seorang pengacara." kata Nev menghela nafas panjang.

"Terima kasih, Tuan. Tapi itu tidak perlu dan juga--" tiba-tiba Raya teringat sesuatu.

"Darimana Tuan tahu saya membutuhkan seorang pengacara?" tanya Raya sembari tetap fokus mengemudikan mobilnya.

Nev menggaruk dahinya sekilas. "Itu...aku-- aku hanya mendengarnya saja." sanggah Nev gugup.

Mata Raya memicing kearah Nev. "Tuan, apa Tuan menyelidiki kehidupan pribadi saya?" tanyanya serius.

Nev terlihat salah tingkah, beberapa kali dia merubah posisi duduknya. Salah sendiri dia mengajukan pertanyaan yang membuat Raya curiga.

"Tuan, benarkah Anda menyelidiki tentang saya?" tuntut Raya dan menginjak rem secara mendadak saat trafic light berubah warna menjadi merah.

Tubuh keduanya sedikit terguncang kedepan akibat Raya melakukan pengereman yang tiba-tiba itu, namun safetybelt melindungi tubuh mereka.

Nev bergeming, tak menjawab pertanyaan serius yang Raya ajukan. Dia melihat Raya yang menarik nafas panjang kemudian mulai menginjak gas dan menjalankan mobil kembali saat lampu lalu lintas berubah hijau.

"Anda tidak menjawab saya, Tuan." sindir Raya.

Dan Nev pun mengusap kasar wajahnya sendiri, kepalang tanggung--sudah tertangkap basah dan tak mungkin mengelak akhirnya Nev mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan Raya.

"Why?" lirih Raya melihat Nev sekilas.

"Maaf jika kamu merasa terganggu, itu karena aku...." Nev ragu mengatakan jika semua yang dia lakukan itu karena khawatir pada Raya, terlebih ketika melihat Raya menangis saat membicarakan keluarganya waktu itu.

"Kenapa, Tuan?" suara Raya naik satu oktaf.

Nev memejamkan matanya, dia tahu Raya marah karena sikap lancangnya telah menyelidiki latar belakang kehidupan Raya.

Tapi, Nev juga tak mungkin mengakui kekhawatirannya.

"Apa karena Tuan curiga pada saya? Tuan terus mengira jika saya adalah orang yang dibayar Feli untuk melakukan hal diluar nalar, seperti yang pernah Anda tuduhkan? Anda mengira jika saya akan mencelakakan Anda?" gumam Raya dengan nada sendu.

"Bukan begitu, Raya." jawab Nev cepat.

"Lalu kenapa?" desak Raya lagi, tampaknya Raya benar-benar marah pada Nev.

"Maaf jika kamu merasa tak senang, aku hanya mengkhawatirkanmu." kata Nev jujur.

Dan Raya terdiam sejenak karena mendengar itu. Benarkah Nev mengkhawatirkannya?

Setelah hening beberapa saat, Raya mulai bersuara lagi. "Apa Tuan tidak percaya pada saya?" lirihnya menatap Nev sejenak.

"Tentu saja aku percaya padamu." jawab Nev cepat.

"Lalu kenapa Tuan menyelidiki tentang saya?" lirih Raya yang kini mulai menyeka sudut matanya sendiri.

Astaga...aku membuatnya menangis. Nev merasa bersalah melihat itu.

"Raya, tenangkan dirimu. Oke?" Nev menatap Raya lama--mencoba mengendalikan Raya yang tampak kecewa pada apa yang telah Nev perbuat.

Raya mengira jika Nev tidak percaya padanya, itulah yang membuatnya tiba-tiba menangis.

"Berhenti dulu disini, aku akan bicara. Aku tidak mau bicara jika keadaanmu seperti ini." titah Nev dan seketika Raya menghentikan laju mobil di pinggir jalan yang memang tampak lengang.

Saat mobil benar-benar berhenti, Raya terisak sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Nev menjadi bingung sendiri ketika melihat Raya yang semakin menangis.

"Maaf, aku tahu aku lancang. Aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu." kata Nev melirih.

Tubuh Raya terlihat bergetar karena menangis dan Nev semakin kesal pada dirinya sendiri, kenapa tadi dia harus mengajukan pertanyaan yang menyinggung perasaan Raya.

"Aku hanya mengkhawatirkanmu, aku takut kamu membutuhkan sesuatu dan aku tidak mengetahuinya jadi aku--"

"Apa itu penting?" tanya Raya tiba-tiba membuka bungkaman wajahnya dan menatap Nev serius--efek rasa marahnya dia jadi berani menatap Nev.

"Ten-tentu saja..." jawab Nev gugup melihat keseriusan Raya.

"Kenapa? Kenapa Tuan merasa itu penting?" cecar Raya dengan wajah memerah karena menangis.

"Karena aku benar-benar peduli padamu." kata Nev jujur--memuaskan banyak tanya dikepala Raya.

Raya diam, wajahnya tetap muram namun dia kembali menstater mobil dan mulai menjalankan mobil lagi.

Sepanjang perjalanan menuju pantai, Raya dan Nev sama-sama tak bersuara, larut dalam pemikiran masing-masing.

Sampai mereka tiba disebuah Resort yang didalamnya juga terdapat pantai--terlihat cukup ramai karena ini adalah weekend.

Raya segera membuka seatbelt, membantu Nev keluar dari mobil dan membawa kursi roda Nev menyusuri sisi pantai tanpa banyak bertanya.

Nev menunjuk kesebuah sisi dimana terdapat *cabana, restoran dan pondok-pondok yang berjejer disepanjang pinggiran pantai.

Raya mengerti maksud Nev dan mendorong kursi roda Nev sampai disebuah kursi santai dekat pinggiran pantai itu.

Nev menggunakan kacamata hitamnya karena sinar matahari pagi cukup menyilaukan.

Kemudian Nev meminta bantuan Raya agar dia bisa duduk dikursi yang ada disana.

"Kamu masih marah?" tanya Nev menatap Raya sekilas, kemudian beralih menatap ombak di pantai.

Raya menggelengkan kepalanya.

"Aku paham kenapa kamu marah, tak apa jika mau memarahiku, aku memang salah." ujar Nev mengaku.

Raya menggeleng lagi.

"Tapi bisakah jangan menangis seperti tadi?" kini suara Nev melirih dan fokus menatap Raya dengan lekat.

Seperti biasa, Raya langsung ciut dan tak berani membalas tatapan mata Nev karena amarahnya telah surut saat melihat wajah memelas yang Nev tunjukkan.

"Aku merasa jadi pria yang breng-sek jika melihat kamu menangis karenaku." gumam Nev, seolah bermonolog sendiri-- padahal Raya bisa mendengar ucapannya itu.

Raya tersenyum sekilas. "Maaf jika sikap saya berlebihan, saya hanya tidak mau Tuan menilai saya seperti orang lain setelah mengetahui latar belakang keluarga saya.." kata Raya jujur.

"Memangnya oranglain menilaimu seperti apa?" tanya Nev.

"Oranglain akan melihat saya sebagai anak seorang koruptor, hidup senang dengan hasil mencuri uang orang, orang memandang saya sebelah mata dan saya tidak mau Tuan melihat saya seperti itu juga."

Nev mengangguk-anggukkan kepalanya, dia paham apa yang Raya pikirkan.

"Tapi, aku tidak melihatmu seperti itu..." jawab Nev.

"Terima kasih, Tuan.. Jika Tuan benar-benar peduli pada saya seperti yang Tuan katakan tadi, sebaiknya jangan memasuki kehidupan saya terlalu dalam." kata Raya memperingati.

Nev tersenyum miring, Raya terlalu telat memberinya peringatan-- karena dia sudah terlanjur memasuki hidup Raya sekarang.

"Saya punya banyak masalah dan tidak mau mengaitkan orang lain kedalam masalah saya." kata Raya.

"Aku juga punya banyak masalah." jawab Nev datar dan Raya mengangguki ucapan Nev itu.

"Kita sama-sama bermasalah." ucap Raya yang akhirnya terkekeh kecil.

Nev ikut tertawa. "Untuk itulah aku mengajakmu kesini, untuk melupakan sejenak masalah kita." kata Nev tersenyum.

Raya pun memandangi pantai yang terbentang dihadapannya, kemudian dia menghirup nafas dalam-dalam mencoba menenangkan diri dari udara pantai yang cukup menyegarkan pagi ini.

Nev tersenyum melihat Raya yang mulai melunak padanya dan mulai larut dalam suasana Pantai.

"Aku sudah lama tidak ketempat seperti ini." kata Nev mengendikkan bahunya sendiri.

"Kenapa Tuan?" tanya Raya mulai bersikap biasa.

"Karena kondisiku." ucap Nev sembari tersenyum kecil. "Aku kesini dengan niat membuatmu rileks sejenak. Maka dari itu aku memaksamu ikut." sambungnya.

Raya terkesima dengan jawaban Nev, dia tidak menyangka ternyata tujuan ke pantai kali ini benar-benar dilakukan Nev untuk dirinya.

"Terima kasih, Tuan." kata Raya tulus.

Nev mengangguk dan tersenyum kembali.

Tanpa mereka berdua sadari, kegiatan mereka hari ini dipandangi oleh seseorang yang sejak tadi mengikuti kepergian keduanya. Orang itu mengepalkan tangannya dengan perasaan kesal.

...Bersambung.......

...Jangan lupa Like, komen, vote, dan hadiah. Jadikan Favorit juga yaaa💕💕...

Buat yang ngerasa bab nya terlalu pendek, othor udah ngetik sesuai standart ya.. kadang 1000 kata per bab, kadang juga sampai 1500 kata per bab nya. jadi jangan protes kependekan atau apa ya... santai aja bacanya jangan diburu-buru😅😅

Karena gak mungkin Raya dan Nevan jatuh cinta tiba-tiba. Mereka perlu pendekatan dulu, saling tahu keinginan hati dan ada rasa penasaran satu sama lainnya. Oke? jadi santai kayak dipantai ya...rileks kayak di kompleks.. eehh😂

..._________...

NB : *Cabana adalah kamar yang menghadap atau dihubungkan dengan pantai atau kolam renang, dapat dengan atau tanpa fasilitas untuk tidur, biasanya bangunan ini terpisah dari bangunan inti.

1
Asih S Yekti
sampai episod ini kok masih konflik terus ya , harusnya deket end sudah tanda tanda bahagia dong
Mas Tista
anaknya jimi dan nimas lbh tua dari si triplet kan ?
Victoria Neka
luar biasa ya Arthor benar benar hebat
Asih S Yekti
ceritanya kok terlalu kejam ya
Mas Tista
semoga hukuman untuk feli sesuai dgn kejahatannya
Mas Tista
miris yaaaa....
Victoria Neka
sungguh karya yg sangat bagus
Mas Tista
ads....aku
Mas Tista
kagum sama raya
Chyntia Rizky 🖋️: makasih sudah mampir di novel ini ya kak. baca karya saya yg lain ya setelah ini🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Selvy Anton
Luar biasa
Arie Chrisdiana
maaf thor terpaksa aq bacanya lompat2 coz 1 bab aja isinya buanyak skl dan terlalu bertele2 jd nya bosan, utk ke depannya usulan ku tlg jgn bertele2 ya thor biar yg baca ndak cpt bosan,,, tetap semangat thor 💪💪🙏🙏🙏
Arie Chrisdiana
Mmgnya Nevan ndak punya asisten pribadi atau sekretaris ta kok ndak ada yg dampingi
Arie Chrisdiana
sdh mulai ada kemajuan tuch 👏👏👏👏
Rain
👍
Iin Karmini
ga asyik ya nev klo bogemnya msh mentah...bogem matang lbh syedaap
Iin Karmini
knapa nenek nev yg slh?? othor laah..itu nenek nev nurut mau othor lho😜😜
Iin Karmini
tul bgt...
anita
jgn2 nev gk lumpuh,itu cm buat ngetes feli aja
Iin Karmini
ampyun dah...
Iin Karmini
gaskn...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!