Kisah Nyata : Adakalanya cinta itu memang harus dilepas, bukan karena jika bersama akan saling menyakiti, Namun...jika terus bersama, akan ada banyak hati yg tersakiti.
Diangkat dari kisah nyata, Adeeva seorang guru honorer yang di buat jatuh cinta oleh Adrian, seorang pria berprofesi sebagai polisi. Kegigihan Adrian membuat Adeeva luluh dan menerimanya.
Namun masalah demi masalah pun mulai bermunculan. Membuat Adeeva ingin menyerah dan berhenti. Bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada? Akankah mereka bisa bersatu atau justru harus saling merelakan?
Temukan jawabannya di novel ini. Yang akan membuatmu masuk ke dalam kisah percintaan yang mengharukan.
Note : Demi menjaga privasi tokoh sebenarnya, semua nama dan lokasi kejadian sudah di rahasiakan.
follo saya di
Fb : Cut elvi anita
Ig : cut_elvi_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LV Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Foto Praweding?
Aku sudah siap dengan seragam guruku.Tapi masih betah duduk didepan cermin. Sesekali merapikan kerudung yang aku pakai. Hari ini aku hendak ke studio. Foto dengan seragam guruku yang akan aku simpan sebagai kenang-kenangan nanti.
Adrian sepertinya sudah sampai. Aku mendengar suara motornya. Agaknya aku sudah sangat tahu bunyi motor Adrian. Bagaimana tidak, hampir setiap hari dia mengantar dan menjemputku jika tidak ada pekerjaan yang mendesak.
"Adeeva.... " Ibu memanggikku.
"Ya Bu... " jawabku. Aku lalu membuka pintu.
"Adrian uda nungguin tuh dibawah.. "
Aku pun langsung turun ke bawah menemui Adrian yang sedang berbincang dengan ayah. Kami lalu berpamitan dan pergi menuju studio foto. Adrian hari ini tampan rapi dan gagah. Dia seperti orang yang ingin menghadiri acara rapat penting dengan petinggi polri. Padahal cuma mau nemenin aku foto doang. hee
Studio foto tidak seberapa jauh dari warungku. Mungkin hanya sekitar 2 Km saja. Jadi aku masih bisa mempertahankan eksistensi make up ku agar tidak luntur.
Setibanya di sana, aku langsung turun dan masuk ke studio. Adrian memarkirkan motornya terlebih dahulu. Aku lalu di arahkan untuk masuk ke ruang pemotretan.
"Mau bikin pas foto ya kak? " Tanya fotografer.
"Eh, enggak....mau foto bebas aja. Buat kenang-kenangan. " Jawabku.
Aku pun diarahkan untuk duduk disebut kursi sofa bulat sambil memilih-milih layar. Tak lama Adrian masuk.
"Sebentar ya bang, kakak ini dulu. Abang boleh tunggu di sana. " Fotografer menunjuk kursi tunggu disudut ruangan.
"Kami mau foto berdua bang. Masa suami istri foto sendiri-sendiri. " Aku terkejut. Nyaris terjatuh dari kursi mendengar kata - kata Adrian. Ya Tuhan, apakah aku harus mengamini kata-katanya? Apakah dia hanya sedang bergurau?
"Eh sorry bang. Saya kira abang enggak datang dengan kakak ini. " Fotografer mengarahkan Adrian untuk naik ke atas panggung studio
Ya Tuhan, kenapa sih Adrian harus ikut foto juga. Aku pikir, dia dan aku akan foto sendiri-sendiri. Bukannya malah jadi foto berdua. Gimana sih?
Fotografer pun mengarahkan gaya yang sesuai untuk kami. Aku masih duduk di kursi dan Adrian berdiri disampingku. Soal jantung jangan ditanya lagi, sudah pasti seperti kuda yang sedang berlari kencang.
"Ganti gaya sekarang... " Perintah fotografer.
"Gaya gimana lagi bang? gini aja uda oke kok. " kataku. Padahal aku takut kalau nanti dikasih gaya yang aneh-aneh. Ini semua salah Adrian, kenapa harus bilang kalau kami ini suami istri. Dasar!
"Kakak boleh berdiri. Nah abang berdiri dibelakang kakak. " Fotografer siap memotret.
Tapi... "Bang... tangannya... " Sambungnya lagi.
"Gimana? Gini? atau gini? " Adrian mengubah-ubah gaya tangannya.
Fotografer pun naik ke panggung. "Disini bang... " Dia meletakkan tangan Adrian di pinggangku. Aku terkejut. Apa-apaan ini? Gaya aneh macam apa ini? tanyaku membatin.
Aku dan Adrian tak berkutik. Kami seolah pasrah dengan apa yang fotografer lakukan. Tapi percayalah, hanya meletakkan saja tidak memeluk. Sumpah Arunika!
Ini adalah kali pertamanya aku dan Adrian sedekat ini. Selama berpacaran, tanganku saja tak pernah dia sentuh. Bahkan seujung kuku pun.
***
Kami turun ke bawah dan melihat hasil tangkapan kamera fotografer. Memilih dua terbaik untuk di cetak. Alhasil, aku gagal untuk foto sendiri dengan seragam guruku. Namun dalam hati bahagia. Akhirnya aku dan Adrian punya foto berdua juga. hhee
"Mau dicuci yang ini ya... " Tanya editor saat kami sudah didepan komputer.
"Adek kesana dulu... " Adrian mengusirku dan tidak mengizinkan aku untuk melihat hasil foto kami di layar komputer. Dia mendorongku perlahan untuk menunggu diluar.
"Kenapa sih? Adek kan juga mau liat.. " Aku menolak.
"Malu... abang jelek... " Dia tertawa.
Ya Tuhan, alasan macam apa itu? Aku pun tertawa dan berlalu keluar. Namun sempat aku mendengar apa yang Adrian katakan pada editor foto.
"Bang... nggak bisa saya di ganteng ini dikit? "
Aku terbahak diluar dan Adrian melihatku. Ada-ada saja tingkahnya. Kenapa sih dia harus malu dan tidak percaya diri. Padahal aku mau menerimanya bukan dari wajahnya atau pun titlenya. Tapi karena perjuangannya untuk mendapatkanku.
Kami kemudian pulang dan besok hasil foto baru bisa di ambil. Adrian membayar semua tagihan foto kami. Dan bilang kalau besok biar dia yang ambil karena sekalian lewat pulang dari polres.
kawen aja truss sama pak Edward udah beress.. gak banyak kali abis episode..