Langit Jakarta yang kelabu seolah mencerminkan hidup keluarga Rahman. Di rumah petak sempit itu, Rahman, pemuda 17 tahun yang kurus namun bermata tajam, mengemasi barang-barangnya. Di sudut ruangan, ibunya, Bu Fatimah, terisak pelan. Ayah Rahman, Pak Hasan, hanya bisa mengusap punggung istrinya dengan tatapan sendu. Adik Rahman, Riko, merangkul kaki ibunya, wajahnya penuh tanya.
"Nak, jaga diri baik-baik di sana. Ibu hanya bisa berdoa untukmu," Bu Fatimah memeluk Rahman erat.
Rahman mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ibu, Ayah, doakan Rahman. Rahman akan berusaha keras di sana."
Keesokan harinya, Rahman berangkat ke bandara dengan bekal seadanya dan tekad membara. Tujuannya: Spanyol, negeri yang jauh di seberang benua. Di sana, ia akan bergabung dengan akademi sepak bola CD Leganés B, sebuah klub kecil yang tak banyak dikenal di pinggiran Madrid.
Kehidupan di Spanyol tidak mudah bagi Rahman. Selain harus beradaptasi dengan budaya dan bahasa yang asing, ia juga harus bersaing dengan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RenSan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Setibanya di asrama, Rahman segera menghubungi orang tuanya melalui panggilan video. Ia ingin berbagi kabar gembira sekaligus meminta nasihat mereka tentang tawaran Jorge Mendes.
Wajah Pak Hasan dan Bu Fatimah muncul di layar ponsel, diiringi suara riuh Riko yang berteriak kegirangan di latar belakang.
"Assalamualaikum, Ayah, Ibu, Riko!" sapa Rahman dengan senyum lebar.
"Waalaikumsalam, Nak!" jawab Pak Hasan dan Bu Fatimah serempak.
"Kakak! Kakak hebat sekali!" teriak Riko.
Rahman menceritakan tentang pertandingan melawan Alavés, tentang gol dan assist yang ia ciptakan, dan tentang pujian yang ia terima dari media dan penggemar. Ia melihat raut wajah bangga dan bahagia di wajah orang tuanya.
"Alhamdulillah, Nak. Kamu benar-benar membanggakan kami," ujar Bu Fatimah dengan mata berkaca-kaca.
"Ayah tidak pernah meragukan kemampuanmu, Nak. Teruslah berjuang dan jangan lupa sholat," pesan Pak Hasan.
Rahman kemudian menceritakan tentang tawaran Jorge Mendes. Ia menjelaskan siapa Mendes dan betapa berpengaruhnya ia di dunia sepak bola. Ia juga menyampaikan kekhawatirannya tentang dampak keputusan ini terhadap kariernya di Leganés.
Pak Hasan dan Bu Fatimah mendengarkan dengan seksama. Mereka memahami bahwa ini adalah keputusan besar bagi Rahman. Mereka tidak ingin memaksakan kehendak mereka, namun mereka juga ingin memberikan nasihat terbaik bagi anak mereka.
"Nak, Ayah dan Ibu selalu mendukungmu, apapun keputusanmu," ujar Pak Hasan. "Tapi, Ayah ingin kamu memikirkan baik-baik tawaran ini. Jangan terburu-buru mengambil keputusan, pertimbangkan semua aspeknya."
"Iya, Nak," tambah Bu Fatimah. "Ayahmu benar. Kamu harus memikirkan masa depanmu. Tapi, jangan lupa untuk bersyukur atas apa yang telah kamu capai. Kamu sudah menjadi kebanggaan keluarga dan Indonesia."
Rahman mengangguk. Ia merasa bersyukur memiliki orang tua yang selalu mendukung dan memberikan nasihat bijak kepadanya. Ia akan memikirkan tawaran Mendes dengan matang, mempertimbangkan semua aspek positif dan negatifnya.
"Terima kasih, Ayah, Ibu," ujar Rahman. "Aku akan memikirkan tawaran ini dengan baik. Aku akan memberitahu kalian keputusanku nanti."
"Iya, Nak. Kami percaya padamu," jawab Pak Hasan.
Panggilan video berakhir. Rahman duduk termenung di kasurnya, memikirkan masa depannya. Ia berada di persimpangan jalan, harus memilih antara tetap setia pada Leganés atau menerima tawaran Mendes dan mengejar mimpi yang lebih besar.
Rahman tahu bahwa ia harus membuat keputusan yang tepat, keputusan yang tidak hanya akan mempengaruhi kariernya, tetapi juga hidupnya.
**********
Setelah mempertimbangkan dengan matang dan berdiskusi dengan orang tuanya, Rahman akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran Jorge Mendes. Ia yakin bahwa Mendes bisa membantunya mencapai potensi terbaiknya dan membuka peluang untuk bermain di level yang lebih tinggi.
Rahman menghubungi Mendes melalui telepon. "Señor Mendes, saya sudah berbicara dengan orang tua saya, dan saya memutuskan untuk menerima tawaran Anda," ujar Rahman dengan suara mantap.
Mendes terdengar senang. "Itu keputusan yang bagus, Rahman. Aku yakin kita bisa bekerja sama dengan baik."
"Tapi, ada beberapa syarat yang ingin saya ajukan," lanjut Rahman.
Mendes terdiam sejenak, lalu menjawab, "Tentu saja, Rahman. Silakan sampaikan syaratmu."
"Pertama, saya ingin tetap bermain di CD Leganés hingga akhir musim ini. Saya ingin membantu tim ini meraih promosi ke La Liga dan menjuarai Copa del Rey."
Mendes mengangguk. "Aku mengerti. Itu adalah permintaan yang wajar. Aku akan menghormati keputusanmu."
"Kedua, saya ingin memberikan potongan gaji sebesar 5% kepada Anda sebagai agen saya. Saya tahu ini tidak banyak, tapi gaji saya saat ini belum terlalu besar."
Mendes tersenyum. "Jangan khawatir, Rahman. Aku tidak hanya mengejar uang. Aku melihat potensi besar dalam dirimu, dan aku yakin kamu akan menjadi pemain yang sangat sukses. Potongan 5% sudah cukup untuk saat ini. Kita bisa meninjau ulang persentase tersebut nanti setelah kamu mendapatkan kontrak yang lebih besar."
Rahman merasa lega. Ia senang karena Mendes memahami situasinya. Ia yakin bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat dengan memilih Mendes sebagai agennya.
"Terima kasih, Señor Mendes," ujar Rahman. "Saya percaya bahwa kita bisa bekerja sama dengan baik."
"Aku juga, Rahman," jawab Mendes. "Aku akan melakukan yang terbaik untuk membantumu mencapai impianmu."
Mereka mengakhiri percakapan dengan perasaan optimis. Rahman merasa bahwa ia telah mengambil langkah penting dalam kariernya. Ia yakin bahwa dengan bantuan Mendes, ia bisa mencapai puncak kesuksesan di dunia sepak bola.
**Bersambung...**
nanti musim depan duet sama Mas Rohim
/Grin/