NovelToon NovelToon
Wanita Malam Milik Tuan Damian

Wanita Malam Milik Tuan Damian

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Pelakor / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:42.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dayu_SA

"Menikahlah denganku," Dina nyaris menyemburkan jus yang baru saja ia minum demi mendengar kata-kata Damian.

Ardina Maharani, seorang waitress club malam, karena desakan ekonomi terpaksa menyetujui perjanjian pernikahan dengan Damian Adinata, seorang CEO muda yang membutuhkan keturunan. Sesuatu yang tak bisa istri pertama pria itu berikan.

Mampukah Dina bertahan untuk selalu menjadi yang kedua? Atau justru ia akan menggeser posisi istri pertama dan menjadi satu-satunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayu_SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB [24]

Damian tersenyum sebelum sesaat kemudian melambaikan tangannya ke arah Dina, mengisyaratkan kepada wanita itu agar datang menghampirinya. Dina mengangkat alis tak yakin. Untuk apa Damian menyuruhnya ke sana? Bukankah itu justru akan membuatnya tambah menjadi pusat perhatian?

"Ayo," perhatian Dina teralih ketika merasakan Lisa menarik tangannya, membuat Dina mau tak mau mengikuti langkah wanita itu.

"Bagaimana kabarmu?" Dina dan Lisa memutar bola mata secara bersamaan. Basa basi macam apa itu?

"Seperti yang kamu lihat, tidak kekurangan satu apapun," ujar Lisa bernada sarkastik.

Damian hanya tersenyum sambil menepuk kepala Dina dengan pelan. Wanita itu hanya bisa menggeleng sambil berusaha menempatkan dirinya di belakang tubuh Damian. Berusaha menyembunyikan tubuh mungilnya dari perhatian publik. Meskipun ia tahu itu jelas hal yang mustahil.

"Sepertinya Damian di sini juga ingin menyampaikan sesuatu," ucapan Dodi ayah Damian menyadarkan Dina dari lamunannya.

Dina dapat merasakan Damian yang sengaja menggeser posisi berdirinya sehingga memperlihatkan Dina yang sejak tadi berusaha menyembunyikan seluruh eksistensinya. Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, menguarkan aura penuh intimidasi seperti yang biasa lelaki itu kenakan ketika berurusan dengan relasi bisnisnya. Bahkan Dina yang berada di sebelah pria itupun dapat merasakannya, aura yang baru pertama kali ia rasakan dari diri pria itu.

"Mungkin dari kalian sudah banyak yang tahu baik sengaja ataupun tidak. Malam ini aku akan memberikan sebuah kepastian. Ya..., wanita di sebelahku ini namanya Dina, istri yang belum lama ini kupersunting. Dan pernikahan kami ini sudah sah baik secara agama dan hukum," ujar pria itu kemudian tanpa basa-basi.

Aula acara yang sebelumnya hening mendadak menjadi ricuh. Kericuhan jelas paling terdengar dari keluarga Renata yang merupakan besan dari keluarga Aditama.

"Pernikahan?!" ujar salah seorang pria paruh baya dengan sebagian rambut yang sudah berwarna kelabu. Meski mungkin sudah berumur lebih dari lima puluh tahun, namun tubuhnya masih terlihat kekar dan masih terlihat jelas sisa-sisa ketampanan masa mudanya. Wajah lelaki itu mengingatkan Dina akan Renata, sepertinya ini ayah dari wanita itu.

"Apakah pernikahan bisa dilakukan semudah itu?!" seru pria itu lagi. "Kau bilang sudah melakukan pernikahan sah secara hukum dan agama tanpa memberitahu kami, pihak dari istri pertama? Kau anggap kami semua ini apa hah?" nada bicara pria itu semakin meninggi.

Damian hanya terdiam, memberikan lelaki di depannya kesempatan untuk mengeluarkan segala apa yang ingin pria itu katakan.

"Apa kau beranggapan jika hubungan rumah tangga itu seperti sebuah permainan anak-anak? Kami ini keluarga terhormat, jangan kau pikir dirimu yang baru lahir kemarin sore itu bisa menginjak-injak martabat kami seperti ini!" nafas pria itu terdengar memburu, tampak jelas jika ia tengah mati-matian menahan emosinya.

"Tanpa itikad baik sama sekali, bahkan tanpa kabar ataupun penjelasan apa-apa, tiba-tiba saja sudah membawa wanita yang entah berasal dari mana dan mengakuinya sebagai istri." Lelaki itu mendengus sambil menatap Dina dengan tatapan melecehkan.

"Damian kau sadar bukan, hubungan perusahaan yang sudah terjalin antara kedua keluarga kita bisa menjadi taruhan atas keputusan gilamu ini? Apa kau siap kehilangan segalanya hanya demi wanita jalang yang baru saja kau temui?"

"Jaga bicaramu dasar baji-" tangan Damian sudah terkepal dengan erat bersiap melayangkan tinjunya ke arah pria tadi kalau saja tidak segera di tahan oleh ayahnya.

Dodi merentangkan tangan kanannya di depan wajah Damian dengan ekspresi datar, berusaha menahan pergerakan agresif putranya.

"Apakah kau sudah merasa cukup bicara?" Dodi menatap pria tadi dengan tajam, "justru karena kami masih memikirkan hubungan dua keluarga, makanya kami tidak langsung menyuruh Damian untuk menceraikan Renata!"

"Apa maksudmu?!"

"Kau yakin tidak mengerti maksudku? Atau kami memang benar-benar harus membukanya di sini. Awalnya aku ingin memberimu sedikit muka, namun jika kau memang bersikeras untuk tetap bersikap seolah tak terjadi apa-apa, kami dengan senang hati akan membuka semuanya."

"Buka saja, kenyataan apa yang sebenarnya tidak kami ketahui," perhatian semua orang tertuju ke arah suara, dimana terlihat seorang pria tua yang duduk di atas kursi roda.

"Kakek!" Damian dengan cepat menghampiri pria renta tersebut dan mengambil alih posisi suster yang sejak tadi mendorong kursi roda kakeknya.

"Ayah," Dodi menganggukkan kepalanya dengan hormat.

"Jadi hal besar apa yang harus kami ketahui sebenarnya," lanjut pria tua itu lagi. Sama sekali tak ingin mengalihkan pembicaraan.

Dodi menatap Damian, Renata dan kemudian seluruh anggota keluarga yang berkumpul secara bergantian. Kalau sudah begini, mau tak mau semuanya memang harus segera dijelaskan agar tak ada lagi kesalahpahaman.

"Renata memiliki kelainan di rahimnya, ia pernah menderita kista dan kista itu melukai rahimnya sehingga ia tidak akan pernah bisa memiliki keturunan," Dodi dengan jelas dapat melihat tarikan nafas tertahan di sekitarnya. Ia berusaha memperhalus penjelasannya, berusaha agar nama baik menantunya tidak tercoreng lebih jauh.

"Jadi karena dia tidak bisa memberi kalian keturunan kalian akan membuangnya begitu saja!" Kali ini suara melengking itu berasal dari Teresa, Ibu kandung Renata.

"Tentu tidak, kami tidak sekejam itu tentu saja. Jika memang hanya karena itu, mungkin kami sudah meminta Damian untuk menceraikannya sejak lama. Tidak usah menunggu hingga lebih dari lima tahun," Lisa segera membela putranya. Merasa geram karena usaha suaminya memperhalus keadaan menjadi sia-sia.

"Lalu apa, apa alasan sebenarnya?" kakek Damian kembali meminta kepastian.

"Renata sempat hamil dan melakukan aborsi ketika masih duduk di bangku SMA. Karena masih di bawah umur dan penanganan yang tidak intensif membuat bekas operasi itu menjadi kista dan menjangkiti rahimnya dalam waktu yang lama." Damian yang mulai hilang kesabaran akhirnya membuka suara. Menatap Renata dengan tatapan datar, sementara wanita yang kini menjadi pusat perhatian hanya mampu menunduk dengan wajah pucat pasi.

"Damian, kau tahu bukan menuduh tanpa bukti itu adalah sebuah fitnah. Dan apa yang saat ini tengah kau katakan adalah sebuah fitnah yang begitu kejam?!" Erwin, ayah Renata bicara dengan suara bergetar, benar-benar berusaha menahan emosi yang saat ini menggelegak di dadanya.

Damian dengan cepat mengeluarkan amplop cokelat yang sudah pria itu siapkan dari dalam saku jasnya. Di bagian luar amplop terpampang jelas logo rumah sakit tempatnya dan Renata melakukan check up tempo hari. Untung saja ia sempat meminta salinan datanya, karena data yang asli sudah dihancurkan oleh Renata saat itu juga.

"Sayangnya ini bukanlah fitnah yang kejam, tapi kenyataan yang ditutupi oleh putri Anda selama ini," ujar Damian sambil menyerahkan isi amplop pada kakeknya. "Renata mengetahui keadaan fisiknya sejak lama tapi ia sengaja menyembunyikan semuanya."

Kakek Damian membaca laporan kesehatan itu dengan seksama. Kening pria tua itu berkerut ketika membaca beberapa poin pentingnya.

"Hanya ada 10% kemungkinan untuk sembuh," ujar pria tua itu.

"Iya Kakek, membutuhkan waktu bertahun-tahun dengan cara terapi. Dan itupun tak bisa menjamin Renata akan bisa hamil jika rahimnya sembuh nanti," jawab Damian. "Kalau saja Renata mau jujur sejak awal, mungkin rahimnya bisa disembuhkan lebih cepat. Namun dia lebih memilih bungkam, jika bukan Damian yang memaksa untuk periksa bersama, mungkin selamanya kita tidak akan tahu apa-apa."

Kakek Damian menghela nafas, menatap Renata sambil menggelengkan kepala dengan ekspresi kecewa. Pantas saja bahkan setelah lima tahun menikah, cucu buyut yang ia nantikan tak kunjung lahir ke dunia. Ternyata memang ada masalah dari diri Renata.

Erwin yang baru pertama kali mendengar berita ini langsung menatap putrinya yang tengah menunduk dengan wajah pucat pasi. Pandangannya kemudian beralih ke arah Teresa istrinya yang juga langsung menundukkan kepala ketika bertemu pandang dengannya. Saat itulah sebuah pemahaman kemudian menjejali otaknya. Wajahnya seketika terasa panas. Karena emosi juga rasa malu yang kini tengah menggerogoti hatinya.

Anak dan istri yang ia percayai menyimpan rahasia sebesar ini darinya. Dan kini membuatnya harus menanggung malu di depan semua keluarga. Dengan tangan terkepal, tanpa kata pria itu langsung melangkah pergi begitu saja. Merasa tak lagi punya muka untuk sekedar menatap Damian menantunya, apalagi para tetua.

"Papa...," Teresa dengan cepat mengikuti langkah suaminya. Shesil kemudian langsung menggenggam tangan Renata dan menarik tangan wanita itu untuk mengikuti ayah dan ibu mereka.

Para keluarga Hermawan yang tersisa hanya mampu menggeleng dengan ekspresi kecewa. Mereka hanya saling pandang, menunggu reaksi dari para tetua. Ketika mereka mendapati satu dua orang memilih pergi dari aula, satu persatu akhirnya memilih ikut pergi, sehingga kini yang tersisa hanya keluarga besar Adinata yang merasa tak yakin apakah acara ini akan tetap terlaksana atau tidak.

Acara yang dirancang sejak jauh-jauh hari dengan sedemikian rupa kini berakhir berantakan. Dina menghela nafas panjang. Dirinya yang berasal dari keluarga sederhana untuk pertama kali dalam hidupnya menyaksikan kehidupan para kaum elite yang ternyata cukup rumit. Dan sialnya kini ia menjadi salah satu bagian dari kaum elite ini, meski hanya untuk sementara.

1
kim-echa
bagus
Neng Aulia
thanks da up💜💜
Dayu SA: /Kiss//Kiss//Kiss/
total 1 replies
Neng Aulia
akhirnya siuman jg Thor...smpe lupa sm ceritanya Krn kelamaan pingsan😁😁 smoga kedepan nya lancar up nya Thor...bagus soalnya novel ini mknya ttp aku save di favorite....
Dayu SA: siappp...
pantengin terus ya 😁
Neng Aulia: di maafkeun Thor tp setelah ini lancar up nya ya😁
total 3 replies
nuraeinieni
semangat kerja dina,;,berjuang mengumpulkan pundi2 rupiah utk biaya pengobatan ibux.
muna aprilia
lnjut
Endangdaman
ah so sweet deh damian
sumiyati budiyanto
iya bagus,alurnya jg enak dibaca
nuraeinieni
aq mampir thor
wawawawa
apa"an si shesil😒
Dayu SA
luar biasa
Lisa
Semangat y Kak..kita tunggu update nya
Dayu SA: Wahhhh makasi ya kak, komentar dan likenya sangat berarti buat mendongkrak semangat nih. Kawal terus perjalanan mereka sampai tamat ya! makasi ^^
total 1 replies
Lisa
Bagus ceritanya Kak..
Lisa
Slmt y utk Dina & Damian..meskipun pernikahannya terkesan buru²..bahagia selalu y utk kalian berdua
Lisa
Syukurlah ibunya Dina udh pulih..yg kuat y Dina..Damian org yg baik koq..
Lisa
Luar biasa
Lisa
Damian emg suka sama Dina makanya dia menawarkan perjanjian itu..y moga aj Dina menerimanya..
Lisa
Damian mulai tertarik sama Dina
Lisa
Aq mampir Kak
Dayu SA: sippp... makasi kak ^^
total 1 replies
Bunda
nyimak Thor 🙏🏻
Dayu SA: Silahkan, terimakasih kak 🙏🏻
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up Thor
Bunda: g ada kelanjutannya ya
Anto D Cotto: sep, tetap semangat thor 👍
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!