Menikah dengan wanita yang jelek membuat Gilang enggan untuk menyentuh istrinya, sikap Gilang yang keterlaluan membuat Nindi istrinya merubah penampilannya dan bekerja sebagai sekertaris Gilang sendiri.
Apakah Gilang nanti akan tau penyamaran sang istri? ikuti terus ceritanya yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Inilah menantu mama
Pagi ini Nindi sudah berkutat di dapur untuk memasak, perutnya sangat lapar karena pergulatan panas yang semalam harus terjadi.
Nindi tak menyangka kalau Gilang memiliki naf su yang luar biasa besar.
Berbeda dengan pikiran Nindi, kalau orang bercinta itu cukup sekali namun kelihatannya berbeda dengan aplikasi lapangannya, Gilang bahkan sehari minta jatah tiga kali seperti kebutuhan orang makan.
Pagi ini Nindi membuat kare ayam dan juga telur rebus, dia biasa masak masakan ini saat almarhum ayahnya masih hidup.
Setalah memasak Nindi pergi membersihkan diri lalu membangunkan Gilang yang masih polos dengan selimut yang menutup bagian sensitifnya saja.
"Mas bangun mas," kata Nindi sambil menggoyang tubuh Gilang
Gilang hanya menggeliat tanpa merespon Nindi, dia mengulang lagi namun lagi-lagi Gilang hanya menggeliat. Dia malah menutupi telinganya dengan guling hal ini membuat Nindi kesal sekali.
Nindi yang menyerah lalu memakai baju kerjanya, hari ini dia akan bekerja karena pekerjaannya masih banyak sekali dan untuk akhir bulan masih lama.
Nindi sarapan terlebih dahulu, tak lupa dia menulis memo untuk Gilang.
Aku berangkat dulu mas, tadi susah sekali membangunkan kamu. Oh ya jangan lupa sarapan ya, dan jaga rumah baik-baik.
Seperti yang Gilang sampaikan kemarin kalua dia akan cuti seminggu, padahal itu Gilang lakukan karena dia ingin berduaan dengan istrinya di rumah.
Tak selang berapa lama Nindi sampai dia kantor Gilang, Veri yang kebetulan baru datang akhirnya jalan ke loby bareng dengan istri bosnya tersebut.
"Bu Nindi maafkan saya," kata Veri menyesal
Nindi tampak bingung dengan asisten suaminya kenapa tiba-tiba meminta maaf padanya.
"Meminta maaf untuk apa pak?" tanya Nindi
"Karena waktu itu saya meminta Bu Nindi untuk menjauhi pak Gilang yang tak lain adalah suami ibu sendiri," jawab Veri
Nindi tersenyum, sebenarnya dia tidak mempermasalahkan perkataan Veri waktu itu toh apa yang Veri katakan benar adanya.
"Nggak papa kok pak Veri," sahut Nindi dengan tersenyum
Veri dan Nindi berpisah sekarang karena mereka harus pergi ke ruangan masing-masing.
Nindi dengan segera mengerjakan pekerjaannya, Veri juga memberinya pekerjaan tambahan lagi.
Di kamarnya Gilang mulai menggeliat lagi, perlahan matanya terbuka. Dia melihat sampingnya namun bukan istrinya yang berbaring di sana melainkan guling.
Gilang beranjak bangun dan melihat jam dinding, tenyata sudah pukul sembilan.
"Astaga, sudah jam sembilan," gumam Gilang lalu menyibakkan selimutnya dan pergi ke kamar mandi.
Setelah beberapa menit Gilang telah selesai membersihkan diri, Gilang memakai baju santai dan keluar kamar, dia tidak mengira kalau Nindi ke kantor sungguhan.
Saat di luar kamarnya dia mencari Nindi namun tidak menemukan istrinya di penjuru apartemennya.
Mata Gilang tertuju pada memo yang Nindi tempelkan di pintu lemari pendingin.
Mata Gilang membola, dia segera berganti baju dan segera ke kantor tanpa sarapan.
"Nindi, Nindi kenapa pergi sendiri sih!" gerutunya
Tak berselang lama Gilang sudah sampai di kantor berbeda dengan kemarin Gilang nampak tergesa-gesa.
Saat berada di ruangannya dia langsung saja mendekati istrinya.
"Kamu tu sayang, kenapa datang ke kantor?" protes Gilang
"Kan, aku sudah bilang kalau aku akan ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaanku sebelum resign," sahut Nindi.
"Iya tapi kamu nggak nunggu aku," ujar Gilang
"Kamu susah sekali membangunkan kamu mas," bela Nindi
Tak ingin berdebat lagi, Gilang langsung saja memeluk istrinya bibirnya juga kini sudah menyatu.Beberapa jam tidak bertemu istrinya membuat Gilang merindu.
Saat bersamaan datanglah seorang tamu dan juga resepsionis, mereka harus menyaksikan langsung Gilang berciuman dengan sekertaris, istri dan juga selingkuhannya.
Resepsionis mengetuk pintu yang sudah terbuka, Gilang dan Nindi yang kaget segera melepas pautan mereka. Pegawai Gilang banyak yang belum tau terkait kehidupan pribadi Gilang, yang mereka tau kalau kapan hari Gilang datang ke kantor dengan seorang wanita yang jelek dan Gilang mengaku kalau itu istrinya.
"Maaf Pak Bu, ada yang ingin bertemu," kata resepsionis.
Gilang menuju meja kerjanya lalu menyuruh mereka masuk, resepsionis pamit untuk kembali ke loby.
Orang yang datang tak lain adalah Celo.
"Ada apa?" tanya Gilang ketus
"Tenanglah Gilang, aku kesini karena perintah papa, besok kamu harus datang ke kantor papa karena ada yang harus dibicarakan," jawab Celo.
"Ya sudah, kak Celo kan sudah menyampaikan pesan papa jadi sekarang pergilah," suruh Gilang.
Celo tersenyum sinis sambil sesekali menatap Nindi yang sekarang menjadi sekertaris Gilang.
"Buru-buru sekali sih Gilang, aku kan butuh istirahat sejenak, tidak bisakah kamu menyuruh sekertaris kamu untuk memberi aku minum," kata Celo yang membuat Gilang naik darah.
"Kak pergilah, jangan semakin membuat aku marah," ucap Gilang.
Celo segara pergi dengan senyum liciknya, tak lupa dia melirik dan tersenyum dengan Nindi tentu ini membuat Gilang kesal.
Sebenarnya bisa saja Celo memberitahu kalau Papa Gilang menyuruh Gilang ke kantornya besok namun Celo memiliki maksud lain sehingga dia sendiri harus repot-repot datang ke kantor Gilang dan ini pertama kalinya Celo menginjakkan kaki di kantor Gilang.
Tak di sangka kantor adiknya sungguh megah, dia pikir kantor Gilang masih kecil namun dia salah adiknya lebih sukses darinya, jangankan kantor dia dan Alex kakaknya masih berlindung di bawah ketika ayah tiri mereka.
"Informasi apa yang kamu dapat dari kantor Gilang." tanya Alex sesaat Celo sampai di kantor papanya kembali.
"Kantor Gilang sungguh megah kak, tak ku sangka dia sesukses itu," jawab Celo
"Lalu?" tanya Alex
"Istri Gilang bekerja di kantor Gilang sebagai sekertaris," jawab Celo yang mendapat senyuman licik dari kakaknya
"Kita harus mencari informasi tentang sekertaris yang tak lain istri Gilang tersebut," sahut Alex.
Seusai jam kantor, Gilang mengajak Nindi untuk ke rumahnya. Inilah pertama kalinya Nindi akan bertemu dengan mertuanya.
"Ma," panggil Gilang saat masuk dalam rumah mamanya
Mama Gilang yang mendengar panggilan dari anaknya segera bergegas menemui anaknya, dan betapa kagetnya mama Gilang saat Gilang membawa seorang wanita.
"Ini siapa Gilang?" tanya mama
"istri Gilang ma," jawab Gilang enteng.
Mamanya yang kesal sontak menjewer telinga anaknya, bukannya tidak senang melainkan karena Gilang menikah tanpa sepengetahuan mamanya.
"Ma, ampun ma, kenapa Gilang dijewer?" pekik Gilang yang kesakitan.
"Salah sendiri menikah kenapa nggak bilang-bilang siapa yang membesarkan kamu hah, hingga saat menikah kamu melupakan mamamu," kata Mama sambil menangis.
Gilang nampak bersalah pada mamanya, memang benar yang dikatakan mamanya.
"Maafkan Gilang ma, besok Gilang akan menikah lagi di hadapan mama," hibur Gilang
Nindi ikut menghibur mertuanya, dia pun duduk di samping mertuanya.
"Maafkan kami ma," pinta Nindi.
Tiba-tiba saja papa Gilang datang
"Papa tidak setuju Gilang jika kamu menikah dengan wanita yang tidak selevel dengan kita!"