NovelToon NovelToon
Pria Pilihan Sang Perawat

Pria Pilihan Sang Perawat

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Nikahkontrak / Cintamanis
Popularitas:476.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: SHIRLI

Cantik, cerdas dan mandiri. Itulah gambaran seorang Amara, gadis yang telah menjadi yatim piatu sejak kecil. Amara yang seorang perawat harus dihadapkan pada seorang pria tempramental dan gangguan kejiwaan akibat kecelakaan yang menimpanya.

Sanggupkah Amara menghadapi pria itu? Bagaimanakah cara Amara merawatnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHIRLI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyambutan luar biasa

Usai berbincang sebentar, Eli lantas mempertemukan Amara dengan wanita berusia matang yang konon adalah majikannya. Wanita cantik itu terlihat lebih muda dari usianya. Penampilannya tampak elegan dengan pakaian dan perhiasan mahal yang melekat di tubuhnya.

"Selamat pagi Nyonya," sapa Amara ramah saat pertama kali pandangan mereka bertemu. Sejenak Amara terpaku, ia merasa seperti pernah bertemu dengan wanita itu, tapi kapan dan di mana, ia tak bisa mengingatnya dengan jelas.

"Kamu Amara?" tanya wanita itu datar. Pandangannya mengamati Amara dari kaki hingga ujung kepala seperti meragukan.

"Betul Nyonya." Amara mengangguk.

"Saya Amel, Nyonya di rumah ini. Kau yakin ingin bekerja di sini? Apa Dokter Khanza sudah menjelaskan semua mengenai pekerjaanmu disini?"

"Sudah, Nyonya." Amara kembali mengangguk mantap.

Wanita itu manggut-manggut pelan. Ia menghela nafas dalam sebelum kemudian berbicara penuh keyakinan. "Saya yakin, anak saya itu nggak gila. Makanya saya dan suami enggan membawanya ke rumah sakit jiwa. Saya percaya, dengan penanganan yang tepat anak saya akan sembuh seperti sedia kala." Wanita itu sejenak terdiam, menjeda ucapannya dengan mendesah pelan.

"Saat keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu dia sudah dinyatakan sembuh oleh tim dokter. Tapi akhir-akhir ini emosinya kembali labil dan meledak-ledak secara mendadak. Entah sudah berapa perawat yang sudah berganti datang dan pergi. Semuanya menyerah dengan berbagai alasan."

Amara hanya mengangguk samar menanggapi cerita Amel. Ia pun mendengarkan baik-baik setiap kata yang terucap darinya.

"Saya hanya menerima seseorang yang benar-benar ingin bekerja, Amara. Bukan orang yang ingin main-main saja. Jadi saya perlu memastikan lagi, apa kau benar-benar ingin bekerja di sini?"

Pertanyaan Amel yang penuh penekanan itu membuat Amara tertegun bingung. Ia harus memutuskan sebelum melihat jelas seperti apa pekerjaannya. Sudah seperti membeli kucing dalam karung. Tapi sudah kepalang tanggung. Ia terlanjur resign dan memutuskan memilih bekerja di sini. Jadi tak ada pilihan lain lagi.

"Saya sudah mantap untuk bekerja di sini, Nyonya." Amara menjawab tegas dan penuh keyakinan.

"Bagus. Aku suka tekad kamu." Sebuah seringai puas tersungging lebar di bibir wanita yang mencepol rapi rambutnya itu. "Saya begitu menggantungkan harapan sama kamu. Semoga kamu bisa menjaga amanah dan tidak mengecewakan saya. Saya akan memberimu bonus besar jika berhasil merawatnya."

***

Amara mengikuti di belakang saat wanita itu membawanya menuju area taman belakang, dimana puteranya sedang berada di sana.

Dari kejauhan, Amara bisa melihat seorang pria tengah duduk termenung di atas kursi roda. Dengan balutan piyama tidur yang membungkus tubuh kurusnya, posisi pria dengan bebat di kepala itu membelakanginya dan menghadap tepat ke arah matahari pagi. Amara Berhenti tak jauh dari sana, sementara Amel terus bergerak mendekati putranya.

Tersenyum, Amel dengan penuh kasih sayang membelai lembut punggung putranya. Tapi pria itu bahkan tak bereaksi. Dimas sama sekali tak merespon kehadiran mamanya.

"Dimas," Amara sontak mengernyitkan keningnya saat mendengar nama itu disebut. "Mama mau perkenalkan seseorang padamu," lanjut Amel dengan punggung setengah membungkuk untuk mendekatkan diri pada putranya.

Dimas mendesah pelan. Ia terlihat malas menanggapi mamanya. "Siapa lagi sih, Ma. Siapa lagi yang Mama bawa!" ucap lelaki itu setengah berteriak. "Sudah ribuan kali aku bilang, aku tidak butuh perawat!"

"Tapi kau butuh perawat untuk menjagamu nak--"

"Aku tidak butuh!" potong Dimas dengan keras.

Amel mendesah pelan. Ia lalu berjongkok tepat di depan Dimas. Wanita dengan dress panjang warna coklat itu mendongak menatap mata putranya lekat-lekat.

"Dimas," lirih Amel. "Kita butuh perawat untuk memantau kesehatanmu, Nak."

"Apa dia wanita?" tanya Dimas penuh selidik.

Amel mengangguk dalam dengan wajah penuh sesal.

Dimas mendengkus sambil memalingkan wajahnya. Ia sudah menyangka sang mama tetap mendatangkan perawat wanita untuk merawatnya. Ia benci. Dimas tak suka. Karena setiap melihat wanita asing yang mencoba mendekatinya, ingatan Dimas selalu kembali pada Naura dan penghianatan gadis itu.

"Usir dia sekarang, Ma!"

Amel terperangah dan langsung menggeleng cepat sebagai bentuk penolakan. "Tidak bisa Dimas. Kita tidak bisa mengusir dia! Kita membutuhkan tenaganya un--"

"Pergi Lo!" sentakan Dimas itu berbarengan dengan ponsel yang melayang dan mendarat tepat di pelipis Amara. Dimas sengaja melemparkannya.

Amara meringis kesakitan, tapi tangannya masih sigap menangkap benda pipih itu hingga tak terjatuh ke lantai.

Kejadian tiba-tiba itu tentu saja terjadi di luar perkiraan Amel. Wanita paruh baya itu sontak berdiri dengan mata terbelalak kaget. Ia menatap Amara yang tengah mengusap pelipisnya dengan wajah cemas. "Amara, apa kau baik-baik saja?" tanyanya untuk memastikan. Sementara Amara hanya tersenyum kecut sebagai jawaban.

Amel mengarahkan pandangan ke arah sang putra yang rupanya masih menatap tajam terhadap Amara. Tangan Dimas terkepal, sementara rahangnya mengeras. Amel bisa memastikan jika putranya itu benar-benar tengah marah.

Amel segera membungkukkan badan dan cepat-cepat menangkup wajah Dimas dan memaksa lelaki itu untuk menatapnya.

"Dimas, lihat Mama, Nak. Lihat Mama!" desak Amel penuh kecemasan. Namun kepala Dimas begitu berat untuk ia paksa, hingga pria itu tetap mengarahkan tatapan penuh ancaman ke arah Amara.

Tanpa aba-aba, Dimas bangkit dari duduknya. Ekspresinya menggelap dan mengerikan. Dengan tertatih ia melangkah cepat ke arah Amara seperti ingin menyerang. "Pergi lo! Gue nggak butuh siapa-siapa untuk melayani gue! Gue nggak butuh wanita dalam hidup gue! Pergi!!!"

***

Tubuh lunglai Dimas yang sudah tak sadarkan diri telah berhasil direbahkan di atas ranjang kamarnya oleh Amara dan juga Amel.

Beruntung Amara bisa melumpuhkan Dimas yang sudah tak terkendali dan menyuntikkan obat penenang diwaktu yang tepat. Ilmu bela diri yang dipelajarinya saat sekolah dulu ternyata berguna juga dalam situasi seperti ini.

Napas kedua wanita itu terengah, setelah berusaha keras memindahkan tubuh Dimas dari kursi roda. Keduanya beristirahat sejenak dalam diam untuk menormalkan kembali pernapasan mereka.

Dalam diam, Amel rupanya mengamati Amara yang masih fokus menatap Dimas dengan tatapan heran. Gadis itu mengabaikan pelipisnya yang lebam dan tentunya itu sakit. Gadis itu justru memfokuskan diri untuk mengurus Dimas.

Amel berdehem kecil, dan itu berhasil menarik perhatian Amara. Gadis berjilbab itu sontak mengarahkan pandangan kearahnya. keduanya tersenyum canggung saat dua netra saling bertemu.

"Amara, apa kau baik-baik saja?"

Sejenak Amara tertegun, tak menyangka jika pertanyaan itu terlontar dari bibir Amel. "Saya? Oh, Sa-saya baik-baik saja, Nyonya," jawabnya kikuk. Amara terdiam sejenak, lalu menatap Amel dengan wajah penuh sesal. "Nyonya, saya minta maaf," ucap Amara merasa bersalah.

"Maaf? Meminta maaf untuk apa?"

"Apa nyonya tidak keberatan saya menggunakan cara seperti tadi untuk melumpuhkan, Tuan?"

Amel tersenyum menanggapi tingkah Amara yang natural. Sikapnya yang mengabaikan dirinya sendiri dan lebih mementingkan pasien sudah jelas membuktikan bahwa gadis ini profesional dalam pekerjaannya.

"Harusnya aku yang minta maaf. Di hari pertamamu bekerja sudah mendapatkan sambutan yang luar biasa," ujar Amel sambil tertawa kecil. Namun Amara bisa merasakan tawa itu mengandung sejejak kesedihan.

"Ini sudah biasa buat saya, Nyonya," Amara menyahuti pelan.

"Apa kau akan mundur setelah tau orang seperti apa yang akan kau rawat?" Amel bertanya dengan nada menantang. "Apa kau sama saja dengan para perawat yang pernah kubawa? Mereka memilih mundur sebelum berusaha karena tidak kuat menghadapi Dimas. Atau kau berbeda dari mereka?"

Amara menggeleng pelan. "Saya akan tetap pada keputusan saya untuk bekerja disini Nyonya," jawabnya tegas dengan wajah penuh keyakinan.

Jawaban Amara benar-benar terasa seperti angin segar yang menyapa di bawah teriknya sinar matahari bagi Amel. Wanita paruh baya itu tampak membelalak seolah tak percaya.

Senyumnya tersungging dengan rona bahagia tersirat di wajahnya. Ia menghela nafas lega lalu berhambur memeluk tubuh Amara tanpa aba-aba.

"Terimakasih Amara. Kau adalah penolongku, ucapnya setelah melepaskan pelukan sembari menatap Amara penuh haru.

Tubuh Amara justru terpaku. Ia tak menyangka reaksi Amel akan sehangat ini padanya. Sungguh berbeda dengan kesan pertama yang sempat ia tangkap tadi.

"Jangan sungkan Nyonya, saya akan berusaha yang terbaik untuk kesembuhan Tuan." Amara berbicara dengan nada pelan, seolah dirinya sendiri tak yakin dengan apa yang dia ucapkan.

Bersambung

1
Sumarni Tina
akhirnya Dimas ketahuan
Sumarni Tina
Luar biasa
Enjelika h
Lumayan
Sulistiawati Kimnyo
semangat lg kakak....
Via
kebanyakan dram jd bosen bacanya
Via
huhhh TOLOL si Amara goblok anjing gitu aj mau ngalah setan😤😤😤😏😏😏
Firda Fami
dah tinggalin aja tuh si Dimas biar mati sekalian 👿
beybi T.Halim
gak asek .., karakter wanitanya seharusnya keren.,barbar dan gak gampang ditindas.,biasanya anak yatim-piatu itu punya sifat yg keren😊
Fa Rel
amara bodoh mending minta cerai biarin dimas nyesel seumur idup
Fa Rel
rasain lu dimas emang enak di.bhongin biar amara ma juan aja lah dripada.ma.dimas g tau trima kasih
Zahra Cantik
masa udah tamat thor 😔😔
kasih bonus dong 😘😘😘
Nina Latief
Lanjut thooorrr...nanggung nih
Bagus X
tamat ?
😨😨
Bagus X
wah wah wah,,tanda tanda wereng coklat ini😌
Bagus X
💖💞👄
Bagus X
eeelahdalah,,,
Bagus X
wadaw,,dalem bngeeeet
Bagus X
😁😁😁😁😁😁😁😁 sa ae mu Thor idenyaaa
Bagus X
ooohhhh,,,so swiiiitttt 😜
Bagus X
ya'ampun othooor,,,benar benar tega dehhh🤦
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!